[Commentary] Iran, Israel, dan Standar Ganda yang Terabaikan

Artikel ini merupakan tanggapan atas intisari dari jurnal di The International Spectator: Italian Journal of International Affairs yang berjudul A Nuclear-Free Middle East –Just Not in the Cards, yang dipublikasikan secara online pada 30 April 2012 di tautan ini: http://dx.doi.org/10.1080/03932729.2012.667598. Intisari jurnal telah dipublikasikan di tautan ini: http://ic-mes.org/military/timur-tengah-yang-bebas-nuklir-jauh-panggang-dari-api/

NetanyahuHorovitz dan Popp melewatkan satu hal yang sangat penting dalam jurnalnya yaitu standar ganda Amerika Serikat (AS) dalam menyikapi program nuklir Iran dibandingkan jika dengan Israel. Hal ini terasa aneh, mengingat Horovitz dan Popp mengakui bahwa Israel memiliki nuklir arsenal dan pernah menggunakannya sebanyak dua kali, sementara Iran sama sekali belum terbukti memiliki senjata nuklir. Iran dikenai beragam sanksi karena program nuklirnya, sementara Israel tidak. Mengapa mereka tidak mempertanyakan keganjilan ini?

Alih-alih memberikan sanksi kepada Israel, AS justru menggunakan uang pajak yang dibayar rakyatnya untuk mendukung kegiatan militer Israel. Bantuan tahunan  militer AS ke Israel telah meningkat  dari $2.400.000.000 menjadi $3.100.000.000 pertahun hingga tahun 2017. Atas lonjakan ini, pejabat AS dan Israel telah membahas kebijakan bantuan militer AS ke Israel, dalam sebuah kesepakatan baru yang akan diperpanjang hingga tahun 2027. [1]

Horovitz dan Popp juga tidak mempertanyakan hipokritas Israel. Entitas Zionis ini begitu gigih menentang program nuklir Iran dengan berbagai cara, mulai dari propaganda di hadapan masyarakakat internasional, melobi Kongress AS, hingga melakukan serangan ke Iran. Begitu pula ketika Iran melakukan perundingan nuklir dengan negara P5+1. Daoud Khairallah, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Georgetown dalam wawancaranya bersama Russia Today, 3 April 2015, menyatakan bahwa Israel akan menggunakan segala upaya untuk mengagalkan kesepakatan ini. [2]

Saya pikir Israel, terutama dengan Netanyahu, akan mencoba segala cara (untuk menggagalkan kesepakatan nuklir. Di AS, ada Kongres, dan mereka akan memobilisasi segala sesuatu yang mereka bisa karena mereka bertaruh banyak di sisi ini. Mereka telah membuat ketegangan di Timur Tengah dengan menjelekkan Iran, dan menyebut keberadaaan nuklir Iran akan mengancam seluruh dunia. Sementara di sisi lain, Israel sendiri memiliki senjata nuklir. Keanehan dari posisi Israel ini (menerapkan standar ganda-red), tidak akan bertahan. Saya rasa, mereka tidak akan berhasil.

Yang jarang atau tidak dipersoalkan oleh negara-negara Barat, termasuk aktivis, akademisi, dan pakar-pakarnya, Israel bahkan menolak untuk menandatangani menandatangani traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT), yaitu perjanjian yang ditandatangani pada 1 Juli 1968 yang bertujuan membatasi kepemilikan senjata nuklir. Israel dilaporkan memiliki setidaknya 200 hulu ledak nuklir. Mengapa terhadap Iran mereka begitu garang, sementara terhadap Israel mereka bungkam?

Di luar standar ganda yang terabaikan tersebut, analisis Horovitz dan Popp sangat relevan dengan kondisi hari ini, bahwa Timur Tengah yang bebas nuklir adalah sesuatu yang sangat mustahil, apalagi setelah Iran dan negara-negara P5+1 akhirnya mencapai titik kesepahaman umum yang tersendiri dan komprehensif terkait program nuklir Iran. Sejak 16 Januari 2016, embargo atas Iran telah dicabut, dan negara-negara di seluruh dunia mencabut larangan transaksi dan kerjasama pun bergairah kembali. Meskipun mengayakan nuklir, Iran tetap memegang komitmennya bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, dan waktu telah membuktikan bahwa negeri Mullah tersebut bisa dipercaya.

[1] Kemenangan Israel, Kematian Detroit
[2] Pengamat: Israel Tempuh Segala Cara untuk Gagalkan Kesepakatan Nuklir Iran