Rangkuman Berita Utama Timteng  Rabu 17 April 2024

Jakarta, ICMES. Jurnalis Inggris David Hirst menilai badai serangan Iran terhadap Israel telah membuat rezim Zionis ini babak belur dan menguak keringkihannya.

Petugas medis dan warga Palestina di Gaza menyatakan bahwa tank-tank Israel   kembali ke daerah-daerah di Jalur Gaza utara yang telah mereka tinggalkan beberapa minggu lalu, sementara jet-jet tempur melancarkan serangan udara ke kota  hingga menjatuhkan banyak korban jiwa dan luka.

Berita selengkapnya:

Jurnalis Inggris Nilai Israel Babak Belur Akibat Badai Serangan Iran

Jurnalis Inggris David Hirst menilai badai serangan Iran terhadap Israel telah membuat rezim Zionis ini babak belur dan menguak keringkihannya.

 “Serangan rudal Iran mengungkapkan kelemahan Israel, sampai pada titik di mana mereka tampaknya tidak mampu sendirian mempertahankan diri sehingga para sponsor utamanya, yaitu  AS, Inggris, dan lain-lain telah melakukan upaya pencegatan terhadap rudal-rudal yang menyerangnya,” tulis Hirst dalam sebuah artikel di situs Middle East Eye, seperti dikutip Al-Alam, Selasa (16/4).

Dia menjelaskan bahwa  Israel saat ini tidak lagi bebas memilih bagaimana menanggapi serangan Iran, mengingat kesulitan yang dihadapinya di Gaza, dan kegagalannya mencapai prestasi apa pun dalam menghadapi resistensi yang kuat.”

Dengan gagalnya serangan  Israel  di Gaza, meningkatnya penolakan terhadap kepemimpinan Netanyahu, dan adanya tekanan nyata terhadapnya untuk mencapai kesepakatan, yang di satu sisi akan mengarah pada kembalinya para tawanan dalam keadaan hidup, dan di sisi lain menimbulkan keretakan antara dia dan pendukung utamanya, Presiden AS Joe Biden, Netanyahu menyadari bahwa dengan cepat dia kehilangan opini publik global.

Karena itu, sekali lagi,  Israel perlu berlagak sebagai korban, untuk mempertahankan mitos  bahwa mereka berperang “demi mempertahankan keberadaannya.”  Sang petaruh Netanyahu tidak dapat menemukan waktu yang lebih baik untuk melempar dadu.

Menurut Hirst, Teheran ingin membuat preseden bahwa Iran bisa menyerang Israel secara langsung tanpa memicu perang total. Teheran ingin memberitahu Israel bahwa Iran dapat menyerangnya, dan   juga ingin memberitahu AS bahwa Iran adalah kekuatan di Teluk Persia, bahwa Iran akan tetap ada, dan bahwa Iranlah yang mengendalikan Selat Hormuz. Mereka ingin memberitahukan kepada setiap rezim Arab yang menyukai  Israel  bahwa hal yang sama bisa terjadi terhadap mereka.

Hirst menilai bahwa meski hanya sebagian kecil rudal Iran yang berhasil mencapai sasarannya, namun semua pesan yang mereka sampaikan berhasil. Dengan demikian, serangan tersebut merupakan keberhasilan strategis dan merupakan kemunduran bagi reputasi Israel sebagai preman kampung.

Penyampaian berbagai pesan ini dimulai dengan penyitaan kapal MSC Erez berbendera Portugis oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang  menurut laporan IRNA, dikelola oleh sebuah perusahaan yang dewan direksinya dipimpin oleh  oleh miliarder kelahiran Israel Eyal Ofer.

Kemudian mereka meluncurkan segerombolan drone“murah” menuju Israel dan memberi tahu semua orang bahwa mereka punya waktu delapan jam untuk bersiap.  Israel  mengeluarkan lebih dari satu miliar dolar hanya untuk mengoperasikan sistem pertahanan udaranya, menurut apa yang dikatakan Mayjen Reem Aminuach kepada Ynet, dan itupun bisa jadi hanya bagian terkecil dari tagihan tersebut.

Iran menggunakan 170 drone “murah”, sedangkan Israel menembak jatuh 25 dari 30 rudal jelajah yang lebih merupakan umpan, sedangkan senjata yang sebenarnya adalah rudal balistik yang  sebagian kecil di antaranya berhasil menembus pertahanan Israel dan menghantam pangkalan udara Nevatim di Israel selatan.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan rudalitu hanya menyebabkan kerusakan struktural ringan, sementara orang lain sama sekali tidak akan pernah mengetahui fakta sebenarnya, meskipun semua tahu bahwa pesan telah sampai ke  Israel  bahwa Iran memiliki kemampuan untuk menyerang dari jarak jauh, tanpa perlu menggunakan Hizbullah atau Ansarullah di Yaman atau sekutunya di Irak.

Hirst menyebutkan bahwa Netanyahu sekarang bingung. Dia bisa saja memilih untuk menuruti kelompok sayap kanan dan melancarkan serangan balik  terhadap Iran, namun dia tidak akan mendapat bantuan dari AS untuk melakukan hal tersebut. Jika dia menuruti, dia juga mungkin akan mendapati wilayah udara antara Tel Aviv dan Teheran akan semakin sulit.

Jika Netanyahu menyerang Iran, hubungan  dengan AS akan menjadi lebih buruk. Jika akan melancarkan serangan besar, dia juga kan ditentang oleh lembaga pertahanan dan keamanan, yang mencegahnya melakukan hal serupa pada tahun 2010.

Jika tidak berbuat apa-apa,  maka dia akan terlihat lebih lemah dibandingkan sekarang, sehingga dia akan rugi, sementara pemimpin oposisi Benny Gantz diuntungkan, meskipun dia adalah rekannya di Kementerian Perang, dan yang pada Minggu lalu berbicara tentang serangan diplomatik terhadap Teheran,  dan ini merupakan formula yang sama yang digunakan negara-negara Arab setiap kali mereka dikalahkan secara telak oleh Israel.

Hirst memandang bahwa tindakan terbodoh yang dilakukan sumber keamanan Israel pada hari Minggu lalu bisa jadi adalah aksinya secara terbuka berbangga atas tindakan Angkatan Udara Yordania, yang membantu mereka menembak jatuh drone dan rudal jelajah Iran. Pesan yang ingin mereka sampaikan ialah bahwa Israel memiliki sekutu yang siap mempertahankannya di kawasan.

Hirst menilai Iran telah membuktikan apa yang diinginkannya, dan akibatnya, Israel menjadi lebih lemah dari sebelumnya.

Ini adalah pertama kalinya Israel diserang langsung oleh Iran, dan juga pertama kalinya Biden melarang Israel menanggapinya. Karena itu, keadaan menjadi sangat buruk pasca serangan Iran. Israel membutuhkan pihak lain untuk mempertahankannya, dan Israel tidak memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana menanggapi pihak yang menyerangnya. Serangan itu juga membuat pelindungnya, AS, kebingungan mencari pilihan. (alalam)

Pasukan Zionis Mengganas Lagi di Gaza, Korban Jiwa dan Luka Berjatuhan

Petugas medis dan warga Palestina di Gaza menyatakan bahwa tank-tank Israel pada hari Selasa (16/4) kembali ke daerah-daerah di Jalur Gaza utara yang telah mereka tinggalkan beberapa minggu lalu, sementara jet-jet tempur melancarkan serangan udara ke kota Rafah – tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina di Jalur Gaza selatan- hingga menjatuhkan banyak korban jiwa dan luka.

Warga menyebutkan bahwa internet terputus di Beit Hanoun dan Jabalia di Jalur Gaza utara. Warga dan media yang berafiliasi dengan  Hamas  juga mengatakan bahwa tank-tank Zionis memasuki Beit Hanoun dan mengepung sekolah-sekolah tempat warga pengungsi berlindung.

Sseorang penduduk Gaza utara kepada Reuters mengatakan “Pasukan pendudukan memerintahkan semua warga  di sekolah dan rumah, tempat tank menyerbu, untuk mengungsi, dan tentara menangkap banyak pria.”

Beit Hanoun, dengan populasi 60.000 jiwa, adalah salah satu daerah pertama yang menjadi sasaran invasi darat Israel ke Gaza pada Oktober lalu. Serangan  tersebut mengubah sebagian besar Beit Hanoun menjadi kota hantu yang dipenuhi tumpukan puing, setelah sebelumnya terkenal dengan kebun-kebun buahnya.

Beberapa warga mengatakan bahwa banyak keluarga yang semula pulang ke Beit Hanoun dan Jabalia dalam beberapa minggu terakhir menyusul penarikan pasukan Israel kini mulai beranjak lagi akibat invasi baru Israel.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa Israel membunuh empat orang dan melukai beberapa lainnya dalam serangan di Rafah, tempat lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang berlindung sambil mengantisipasi serangan darat yang direncanakan Israel terhadap kota yang berbatasan dengan Mesir itu.

Enam bulan setelah dimulainya perang masih belum ada terobosan dalam perundingan yang didukung   AS dan dikelola  Qatar dan Mesir untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas, yang masih bersikukuh pada pendirian dan persyaratan masing-masing. (raialyoum)