AS, ISIS dan Genosida di Yaman (2)

Serangan bom di Yaman (Foto: CNN)

Serangan bom di Yaman (Foto: CNN)

Oleh: William Boardman

Absurditas Reuters dalam menyuguhkan karakter Dewan Keamanan PBB diungkapkan dengan mendukung solusi politik untuk krisis Yaman sesuai dengan Gulf Cooperation Council Initiative. Kita tahu, bahwa Gulf Cooperation Council adalah sebuah oxymoron, dalam hal ini ada enam dari tujuh negara-negara Arab (Irak tidak termasuk) di Teluk Persia yang telah sepakat untuk tidak bekerja sama dengan negara Teluk Persia lainnya yaitu Iran. Selanjutnya, Dewan Keamanan PBB mendukung Gulf Cooperation Council Initiative ketika lima dari anggota Dewan Teluk (Oman tidak termasuk) mengebom Yaman dan melanggar hukum internasional.

Berikut ini adalah propaganda Reuters lainnya:

Syiah Houthi yang merupakan aliansi dari Iran…

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Houthi adalah aliansi dari Iran, dalam konteks deklarasi perang terbuka terhadap Yaman. Memang, Houthi adalah muslim yang bermazhab Syiah, dan Iran hampir pasti mendukung mereka pda titik tertentu. Tetapi, sebagian besar klaim yang menyatakan keterlibatan Iran dalam konflik Yaman secara terang-terangan tidak memiliki bukti yang kuat. Reuters telah mengekor Arab, Amerika Serikat (AS) dan Israel yang kerap melakukan propaganda bahwa Iran adalah sebuah ancaman yang berbahaya.

Mereka memberontak dari pemerintah yang korup…

Siapa yang mengatakan demikian? Ini merupakan bentuk kemunafikan jurnalisme. Benar, Yaman memang memiliki sejarah yang panjang terkait pejabatnya yang korup. Namun Hadi melakukan hal yang lebih parah dari sekedar korupsi, yaitu mengizinkan Tentara AS untuk berperang dan membunuhi penduduk Yaman.

Pejuang setempat menyatakan bahwa mereka membela keluarganya dari serangan Houthi…

Kalimat ini bukan lagi munafik, melainkan kebohongan besar. Justru yang menjadi musuh utama dari Houthi adalah pasukan yang masih setia kepada Hadi, juga teroris Al-Qaeda dan ISIS.

Arab Saudi yang beraliran Sunni mengatakan bahwa mereka mengebom Houthi untuk melindungi Yaman.

Ini merupakan bentuk kebohongan yang lain. Sudah jelas, bom Arab Saudi menghancurkan-leburkan Yaman, namun mereka mengklaim langkah itu adalah sebuah ‘penyelamatan’. Saudi memang melindungi Hadi, dalam artian, mafia yang memberikan perlindungan kepada mafia lainnya. Arab Saudi memiliki konflik teritorial di sepanjang perbatasan laut dengan Yaman, dan mereka bertindak seolah-olah percaya dengan propagandanya sendiri yang mengaitkan Iran dalam konflik ini. Jadi, mungkin saja Arab Saudi melakukan pengeboman terhadap Houthi karena sejatinya mereka tidak berani mengebom Iran.

Tidak ada seorangpun yang peduli Yaman, termasuk The New Yorker..

Dalam konteks yang lebih luas, sepertinya tidak ada cukup kepedulian terhadap korban yang berjatuhan tanpa henti di Yaman. Di negara itu, terjadi kejahatan kemanusiaan tiap hari yang uniknya, dipercayakan pada pengamatan dangkal ala Reuters. The New Yorker, yang mengambil sikap berbeda dalam kasus Vietnam, beberapa waktu yang lalu menerbitkan secuil kisah Yaman pada tanggal 1 Mei 2015. Mereka menyampaikan penolakan rakyat AS terhadap terorisme dengan nada tak suka ala Eustace Tilley, dan menyajikan opini yang bertujuan untuk menyalahkan korban, sebagaimana yang ditulis Robin Wright;

Pemberontakan Houthi yang terakhir—merupakan yang ketujuh kalinya. Houthi merupakan penganut muslim Zaidi, yang jumlahnya sekitar sepertiga dari total penduduk Yaman yang berjumlah 26.000.000 orang. Pernah terjadi peristiwa dimana orang-orang yang memiliki kekuatan dari utara, mereka memerintah dengan aturan Imammah di jaman millenium, dan memiliki kebencian yang dalam karena berkurangnya pengaruh mereka selama Yaman dipimpin Saleh. Antara tahun 2004 dan 2010, mereka bertempur sebanyak enam kali melawan pemerintah.

Usaha selama seperempat abad untuk menyatukan Yaman telah gagal. Tidak ada solusi militer, dan tidak mungkin ada pemenang dalam konflik berlarut-larut—termasuk memenangkan luas wilayah yang dikuasai.

Pekan lalu, Amerika Serikat mengirimkan kapal induk USS Teddy Rooselvelt untuk melengkapi tujuh kapal perang Amerika di lepas pantai Yaman. Washington sangat mendukung solusi politik di Yaman, dan tidak tertarik menjadi pemain yang harus menanggung resiko yang tak diinginkan.

Retorika bahwa AS dapat mendukung solusi politik (yang selalu dengan memaksakan kehendaknya sendiri) dan kondisi wartawan yang mudah ditipu merupakan sebuah realistas. Namun kenyataan di lapangan adalah AS telah mendukung, dan berpartisipasi dalam teror bom tak berujung dan blokade laut terhadap Yaman. Artinya, AS berpartisipasi dalam kejahatan perang yang mengarah pada kelaparan massal dan kehancuran kemanusiaan – yang oleh Ban Ki-moon disebut sebagai krisis kemanusiaan atau bencana, seakan-akan tidak ada korporasi yang menyebabkan hal itu.

Sebuah editorial tanggal 7 Juli 2015 di New York Times (NYT) seolah-olah menunjukkan kepedulian sekaligus rasa khawatir. Mereka menyadari siapa aktor pelaku genosida di Yaman tetapi berpura-pura menyatakan bahwa tidak ada pihak yang harus bertanggung jawab.

Yaman telah dimasukkan oleh PBB ke dalam daftar darurat kemanusiaan yang parah, sebagaimana Sudan Selatan, Suriah dan Irak. Ini adalah sesuatu yang tragis, terutama adanya 80% dari jumlah penduduk yang terancam bahaya kelaparan. Masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, tidak berbuat cukup banyak untuk mendorong gencatan senjata dalam perang.

Yaman adalah sebuah negara yang miskin, tidak stabil bahkan sebelum pasukan Koalisi Arab Saudi yang didukung AS mulai mengebom pemberontak Houthi pada akhir Maret. Pekan lalu, Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan bahwa Yaman tengah mengalami bencana.

Apakah masuk akal melakukan serangkaian kejahatan perang dengan alasan untuk membela diri?

Setelah menepikan kejahatan perang yang dilakukan AS, NYT bahkan tidak berdaya untuk menyerukan cara yang paling efektif untuk menyelamatkan nyawa penduduk Yaman yaitu dengan menghentikan pengeboman. Sebaliknya, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat internasional, NYT meminta sesuatu yang terdengar wajar, namun sesungguhnya sangat mustahil;

Yang dibutuhkan saat ini adalah solusi politik permanen untuk menjamin Houthi yang memiliki berbagai macam tuntutan dan tak mungkin menyerah begitu saja agar mendapatkan peran yang penting dalam pemerintahan baru. Negosiasi harus dimulai tanpa prasyarat. Tetapi Arab Saudi dan koalisinya telah muncul dan berniat memaksa Houth untuk menyerah, tanpa mempedulikan ‘harga’ yang harus dibayar oleh warga sipil di kota maupun di desa-desa.

Nah, kalimat “Arab Saudi dan sekutunya” berarti ada AS dan negara-negara lain yang turut terlibat dalam menggempur Yaman. NYT perlu bercermin terkait hal ini. Artinya, Arab Saudi dan sekutunya harus menghentikan pengeboman mereka.

Ironisnya, mereka tidak melakukan pengeboman terhadap pasukan Al-Qaeda dan ISIS di Yaman sebagaimana intensitas yang mereka tunjukkan saat menggempur rakyat Yaman.Bahkan, Al-Qaeda dan ISIS melengkapi teror bom yang dilakukan Arab-Amerika terhadap Yaman. Yang pasti, genosida yang dilakukan Arab-Amerika dari udara terhadap rakyat Yaman telah membuat sebagian wilayah Yaman menjadi surga bagi para teroris. Namun anehnya, kebijakan gila seperti ini tidak mendapatkan penentangan yang serius. Siapa yang memutuskan bahwa Yaman harus diperlakukan sebagaimana Haiti dari dunia Arab?

Andai saja ada salah satu dari sekian calon Presiden AS yang mengatakan sesuatu yang manusiawi, bermanfaat, dan berguna walau masih samar-samar tentang Yaman…

Namun sepertinya ini adalah hal yang sulit. Dan dimanapun saya bisa menemukan ada pihak yang menyatakan bahwa Amerika Serikat, Arab Saudi dan sekutunya merupakan predator keji dan penjahat perang sebagaimana standar International War Crimes Tribunal, maka bisa dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang yang akan menunjukkan performa baik untuk menjaga perdamaian dunia.

Catatan: Sesaat setelah artikel ini dirilis, PBB mengumumkan gencatan senjata di Yaman, efektif mulai 10 Juli 2015 dan diperkirakan akan berlaku selama sepekan. Namun Arab Saudi kembali menyerang Yaman, tepatnya di di ibukota Sanaa, kota Taiz dan Aden pada Sabtu (11/7/2015).

William Boardman selama 40 tahun telah berkecimpung di dunia teater, radio, TV, jurnalisme dan non-fiksi, termasuk 20 tahun di peradilan Vermont. Dia telah menerima penghargaan dari Writers Guild of America dan Emmy Award dari Academy of Television Arts and Sciences. Tulisan ini diterjemahkan dari GlobalReserach oleh Putu Heri (peneliti ICMES)