Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 5 Juli 2022

Jakarta, ICMES. Ketakutan mewarnai Israel  meski militer Zionis mengaku telah berhasil merontokkan tiga drone yang diterbangkan Hizbullah Lebanon pada Sabtu lalu ke arah rig pengeboran minyak lepas pantai yang diadakan Israel di kawasan Karish yang dipersengkatan dengan Lebanon.

Wasekjen Front Rakyat Pembebasan Palestina (PFLP) Jamil Mazhar menegaskan bahwa perang besar pasti akan terjadi antara Poros Resistensi dan Rezim Zionis Israel.

Sebuah kapal tanker minyak Iran tiba di pelabuhan Banias, Suriah, pada Sabtu malam lalu.

Duta Besar Suriah untuk Rusia Riad Haddad menyatakan bahwa negara-negara Barat dan Turki mengirim sisa-sisa kelompok teroris Takfiri Daesh dan Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dari provinsi Idlib, Suriah utara, ke Ukraina untuk berperang melawan pasukan militer Rusia.

Berita Selengkapnya:

Israel Ketakukan Meski Mengklaim Berhasil Menembak Tiga Drone Hizbullah

Ketakutan mewarnai Israel  meski militer Zionis mengaku telah berhasil merontokkan tiga drone yang diterbangkan Hizbullah Lebanon pada Sabtu lalu ke arah rig pengeboran minyak lepas pantai yang diadakan Israel di kawasan Karish yang dipersengkatan dengan Lebanon.

Menurut laporan Rai Al-Youm, Senin (4/7), media Israel telah mengutip keterangan sumber keamanan bahwa kekhawatiran merebak di Israel menyusul pernyataan Hizbullah mengenai niatnya untuk menerbangkan sejumlah drone lagi, karena “pengoperasian drone jauh lebih murah daripada pencegatan terhadapnya” dan juga karena “ada opsi lain Hizbullah berupa pengiriman drone pembawa bahan peledak.”

Disebutkan bahwa Brigjen (purn) Israel Amir Avivi mengatakan, “Hizbullah mampu menyerang target-target strategis di Israel dengan ratusan drone dalam satu tempo. Dalam satu dekade terakhir, Hizbullah telah menambah persenjataannya dari 50 drone menjadi lebih dari 2000 drone.”

Pendiri  Israel Defense and Security Forum (IDSF) ini menjelaskan, “Bayangkan seandainya Hizbullah mengirim sebuah skuadron yang terdiri atas 100 drone dan melintasi perbatasan menuju Pelabuhan Haifa. Di sinilah tantangan operasional dengan skala yang berbeda.”

Dia menambahkan, “Penting untuk kita ketahui bahwa Iran dan Hizbullah tak takut berkonfrontasi, dan tak takut gagal dari waktu ke waktu. Mereka mempelajari, berkonfrontasi, membesar dan merencanakan pertempuran yang puluhan kali lebih besar daripada apa yang kita ketahui selama ini.”

Sementara itu Kolonel purnawirawan Pasukan Cadangan Israel Yossi Lengotsky mengatakan, “Jika Karish diserang, itu akan menjadi peristiwa yang sangat berbahaya. Ini adalah anjungan lepas pantai yang sangat istimewa, dibangun di timur jauh, dalam jangka waktu yang sangat lama. Serangan terhadapnya dapat melumpuhkan ekstraksi gas. Fakta bahwa Karish yang berjarak 90 kilometer dan berbeda dengan anjungan Tamar dan Levitan yang terletak di dekat pantai akan memukul kita dan sulit untuk dilindungi.”

Website Israel Walla melaporkan bahwa meski militer Israel berbangga telah berhasil mencegat tiga drone Hizbullah yang meluncur ke arah rig ladang gas Karish, namun penyelidikan awal menunjukkan bahwa mereka kesulitan melacak drone kedua dan memfokuskan rudal terhadapnya karena beberapa faktor.

Militer Israel kemudian melepaskan satu rudal lain ke drone itu tapi gagal mengena target. Para pilot juga kesulitan mendeteksi drone ketiga karena melesat pada ketinggian rendah.

Sejak Hizbullah menerbangkan tiga drone tak bersenjata ke Karish pada akhir pekan lalu, berbagai analisis Israel terus berlanjut tentang itu, dan media Israel berulang kali melaporkan “perimbangan baru yang diumumkan oleh Hizbullah , dan problematika Israel dalam meresponnya.” (raialyoum)

Wasekjen PFLP: Perang Besar Poros Resistensi VS Israel Pasti akan Berkobar

Wasekjen Front Rakyat Pembebasan Palestina (PFLP) Jamil Mazhar menegaskan bahwa perang besar pasti akan terjadi antara Poros Resistensi dan Rezim Zionis Israel.

Dalam wawancara dengan saluran Al-Mayadeen, Senin (4/7), Mazhar mula-mula menyebut pertemuannya baru-baru ini dengan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah sebagai perkembangan positif dan penting.

Dia mengatakan, “Rezim pendudukan Israel harus tunduk pada perimbangan yang intinya ialah bahwa minyak dan gas adalah hak orang Lebanon dan Palestina.”

Mazhar juga mengatakan, “Kami dan Sayid Nasrallah telah membahas upaya sejumlah negara menggalang NATO Timteng di bawah pimpinan Israel dan dengan tujuan melindunginya, dan kami menekankan bahwa semua upaya ini akan gagal di depan pertumbuhan kekuatan Poros Resistensi.”

Dia menilai Suriah, Lebanon, Palestina serta kelompok resistensi di Irak dan Yaman, dan terlebih lagi Iran, “tak akan membiarkan terciptanya perimbangan  baru yang memungkinkan musuh menjarah kekayaan di kawasan”.

Wasekjen PFLP mengaku yakin sepenuhnya bahwa pertempuran akbar akan berkobar antara Poros Resistensi dan Rezim Zionis Israel.

“Pertempuran pasti akan datang tanpa diragukan lagi, dan akan menjadi pertempuran semua poros, bukan di satu front. Jantung konfrontasinya adalah wilayah Palestina,” ujarnya.

Dia juga menegaskan, “Akan datang hari keberadaan kita dalam pertempuran besar di mana semua kancah dan front akan bersatu melawan musuh, Israel, dan siapa yang membekingnya, dan kemenangan akan jatuh ke tangan aliansi Poros Resistensi.” (almayadeen)

Kapal Tanker Minyak Ketiga Iran Tiba di Suriah

Sebuah kapal tanker minyak Iran tiba di pelabuhan Banias, Suriah, pada Sabtu malam lalu, menurut laporan kantor berita Iran Tasnim, Senin (4/7).

Dalam beberapa pekan terakhir, tanker itu adalah tanker ketiga yang memasuki wilayah Suriah, negara yang porak poranda akibat perang yang telah berlangsung selama lebih dari 10 tahun dan merugikan sektor hidrokarbon hingga puluhan miliar euro.

Pembongkaran muatan bahan bakar minyak di pelabuhan Baniyas dilakukan menyusul pembukaan jalur kredit baru antara Damaskus dan Teheran.

Kantor berita resmi Suriah SANA melaporkan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menandatangani “fase baru” jalur kredit yang mencakup penyediaan energi dan pasokan lain yang dibutuhkan Suriah untuk menutupi kekurangan.

Pada Juli 2015, parlemen Suriah menyetujui perjanjian dengan Iran untuk membuka jalur kredit baru senilai $1 miliar, setelah ada dua jalur kredit serupa pada tahun 2013 ($4,6 miliar) untuk memenuhi kebutuhan minyak Suriah, sementara kedua negara sama-sama dikenai embargo internasional. (raialyoum)

Suriah: Barat dan Turki Kirim Teroris ISIS ke Ukraina untuk Perangi Rusia

Duta Besar Suriah untuk Rusia Riad Haddad menyatakan bahwa negara-negara Barat dan Turki mengirim sisa-sisa kelompok teroris Takfiri Daesh dan Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dari provinsi Idlib, Suriah utara, ke Ukraina untuk berperang melawan pasukan militer Rusia.

“Tidak mengherankan bahwa Amerika Serikat, negara-negara Barat dan Turki telah memindahkan anggota kelompok teroris Daesh dan HTS dari Idlib ke Ukraina,” kata Haddad kepada kantor berita TASS Rusia dalam sebuah wawancara eksklusif yang diterbitkan pada hari Senin (4/7).

Dia menyebutkan bahwa kelompok-kelompok teroris takfiri itu sedang dieksploitasi oleh Barat untuk menekan orang-orang yang damai.

Riad Haddad memastikan Damaskus sepenuhnya mendukung operasi militer khusus Rusia di Ukraina.

“Saya ingin menekankan bahwa Suriah sepenuhnya mendukung operasi militer Rusia di Ukraina, yang bertujuan melindungi keamanan nasional, kedaulatan, dan integritas teritorialnya dari tentara bayaran dan neo-Nazi, yang telah mengalir ke negara Eropa Timur dari seluruh penjuru dunia,” terangnya.

Sementara itu, sumber-sumber informasi pada Senin malam melaporkan bahwa tentara Suriah telah memperkuat posisi-posisi militernya di kota Ain Issa di pedesaan utara Raqqa, yang berada di bawah kendali  militan Kurdi Pasukan Demokrasi Suriah (SDF).

Sumber-sumber mengatakan kepada Al-Mayadeen bahwa tentara Suriah telah memperkuat militernya di kota Ayn al-Arab di pedesaan timur Aleppo.

Direktur kantor media SDF, Farhad Shami, mengatakan bahwa “550 tentara Suriah telah tiba di daerah SDF setelah ada kesefahaman awal untuk menghadapi setiap agresi Turki di wilayah ini.”

Sebelumnya di hari yang sama, sumber Al-Mayadeen melaporkan bahwa tentara Rusia telah meningkatkan jumlah pasukannya menjadi sekitar sepertiga, sejak Turki mengumumkan ancamannya untuk melancarkan operasi militer baru di Suriah utara, dan dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina.

 â€œRusia bermaksud meningkatkan jumlah pasukannya di Qamishli, mengingat pentingnya lokasi geografis dan kedekatannya dengan pangkalan ilegal pasukan pendudukan Amerika di provinsi Hasaka, dan fakta bahwa itu berhubungan dengan perbatasan Turki, yang sekaligus merupakan perbatasan NATO,” ungkap sumber tersebut. (almayadeen)