Jakarta, ICMES. Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, telah menghabisi sejumlah pasukan Zionis Israel dengan cara memancing kedatangan mereka dan kemudian menyergap mereka dengan ranjau yang disiapkan dari rudal Israel yang gagal meledak.
Puluhan anggota pasukan cadangan Brigade Pasukan Terjun Payung tentara Israel menolak istruksi untuk kesiapan operasi militer di kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza.
Pejabat senior dari negara-negara Arab dan Muslim yang menghadiri pertemuan puncak di Arab Saudi menyerukan sanksi efektif terhadap rezim Israel atas kejahatan perang yang dilakukannya di Palestina.
Berita selengkapnya:
Pejuang Palestina Ganyang Pasukan Zionis dengan Roket Israel Sendiri
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, telah menghabisi sejumlah pasukan Zionis Israel dengan cara memancing kedatangan mereka dan kemudian menyergap mereka dengan ranjau yang disiapkan dari rudal Israel yang gagal meledak.
Al-Qassam dalam sebuah pernyataan di saluran Telegramnya pada Minggu malam (28/4) menyebutkan: “Mujahidin Al-Qassam telah memancing pasukan mekanis Zionis dan menempatkan mereka dalam penyergapan ranjau menggunakan alat peledak dan roket F16 yang ditembakkan ke warga sipil tetapi gagal meledak di Jalan Al-Sikka di daerah Al-Mughraqa di Jalur Gaza tengah.”
Dalam postingan lain, Al-Qassam melaporkan bahwa para pejuangnya membom “markas komando musuh di poros Netzarim, selatan Kota Gaza, dengan mortir kaliber berat.”
Tidak ada komentar dari pihak Israel mengenai pernyataan Al-Qassam tersebut, dan biasanya hanya cukup dengan melakukan pemutakhiran data mengenai korban tewas dan cedera tentaranya dalam perang di Gaza.
Website Router yang berbasis di Israel menyatakan bahwa tiga tentara tewas dan 11 lainnya terluka akibat ledakan di Jalur Gaza.
Media Israel melaporkan bahwa beberapa helikopter telah mengangkut korban tewas dan luka dari lokasi serangan ke rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Soroka.
Brigade Al-Qassam mengkonfirmasi adanya pemboman markas para komandan pasukan pendudukan di poros Netzarim, selatan Kota Gaza, dengan mortir.
Secara terpisah, sayap militer Gerakan Jihad Islam, Brigade Al-Quds, menyiarkan penggalan video pemboman permukiman di sekitar Jalur Gaza, dan mengonfirmasi bahwa mereka telah membom situs militer Israel di Fajjah, sebelah timur Gaza, dengan serangan roket.
Sebuah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza utara meledak ketika mendarat di area terbuka di salah satu pemukiman Israel di Negev barat tanpa mengaktifkan sirene. (raialyoum)
Puluhan Pasukan Penerjun Israel Menolak Bersiap untuk Operasi Militer di Rafah
Puluhan anggota pasukan cadangan Brigade Pasukan Terjun Payung tentara Israel menolak istruksi untuk kesiapan operasi militer di kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza.
Saluran 12 Israel pada hari Ahad (28/4) melaporkan bahwa sekira 30 tentara dari kompi pasukan terjun payung cadangan yang tergabung dalam brigade pasukan terjun payung reguler telah menerima perintah untuk mempersiapkan operasi di Rafah, namun mereka menolak perintah untuk bersiap dan memberi tahu komandan mereka bahwa mereka tidak akan bergabung karena mereka “tidak lagi mampu bertempur”.
Menurut saluran tersebut, “komandan militer tidak bermaksud memaksa personel cadangan” untuk berpartisipasi dalam operasi tersebut, dan ketidakikutsertaan mereka “tidak akan menyebabkan kesenjangan operasional”. Disebutkan bahwa hal ini menandakan “kelelahan yang dialami pasukan cadangan setelah berbulan-bulan bertempur.”
Media Israel menyorot isu invasi tentara Israel ke Rafah, seiring dengan akselarasi peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah Tel Aviv menyetujui rencana Rafah untuk keempat kalinya setelah mengatasi keberatan AS.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Otoritas Penyiaran Negara pada hari Rabu lalu, dan rinciannya dilaporkan oleh saluran i24 News disebutkan bahwa Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel Herzi Halevy dan Kepala Shin Bet Ronen Bar bertemu pada Rabu pagi di Kairo, ibu kota Mesir, dengan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel terkait dengan kesiapan tentara Israel untuk operasi militer darat di Rafah dan kekuatiran Mesir terhadap masuknya sejumlah besar pengungsi Palestina ke Sinai.
Dilaporkan bahwa tentara Israel sedang bersiap bekerja untuk mencegah keluarnya warga Gaza melalui poros Philadelphia.
Sebelumnya pada hari Minggu, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengancam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan membubarkan pemerintah jika dia menyetujui proposal Mesir untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas dan menghentikan invasi Rafah di Jalur Gaza selatan.
Menanggapi Netanyahu, Smotrich mengatakan, “Menyetujui kesepakatan Mesir adalah penyerahan diri yang memalukan, dan memberikan kemenangan kepada Nazi dengan mengorbankan ratusan tentara heroik Israel yang tewas dalam pertempuran.”
Sehari sebelumnya Menteri Luar Negeri Israel Yisrael Katz mengatakan bahwa Tel Aviv akan menangguhkan operasi Rafah jika perjanjian pertukaran tawanan dicapai dengan Hamas, sementara pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyerukan agar kesepakatan itu diselesaikan.
Sementara itu, Ismail al-Sawabite, direktur jenderal kantor media pemerintah di Gaza, dalam wawancara dengan saluran Al-Alam milik Iran menyatakan bahwa jika Israel jadi menyerang Rafah maka jumlah korban gugur Palestina akibat invasi militer Israel berpotensi melejit secara dramatis hingga lebih dari 100,000 orang.
Menurutnya, sejauh ini, lebih dari 34 ribu warga Palestina gugur, lebih dari 77 ribu orang terluka, dan lebih dari 5000 warga Palestina ditangkap oleh pasukan Zionis.
Dia juga menyebutkan bahwa lebih dari 7.000 warga Palestina terjebak di bawah reruntuhan, lebih dari 370.000 unit perumahan hancur, dan 32 dari total 35 rumah sakit di Jalur Gaza telah berhenti beroperasi.
Pejabat Palestina ini juga mengatakan bahwa Israel telah mencegah masuknya 600.000 ton bantuan internasional ke Gaza. (raialyoum/alalam)
KTT Luar Biasa OKI Serukan Sanksi terhadap Israel
Pejabat senior dari negara-negara Arab dan Muslim yang menghadiri pertemuan puncak di Arab Saudi pada hari Minggu (28/4) menyerukan sanksi efektif terhadap rezim Israel atas kejahatan perang yang dilakukannya di Palestina.
Seruan itu dibuat oleh para menteri luar negeri Yordania, Mesir dan Turki, serta pejabat dari Qatar, Otoritas Palestina dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang menghadiri KTT Gabungan Luar Biasa Arab-Islam di ibu kota Arab Saudi, Riyadh untuk membahas perang di Gaza.
Kemlu Saudi di situs webnya menyatakan bahwa KTT tersebut menyerukan tindakan antara lain penghentian ekspor senjata ke Israel.
KTT yang dipimpin oleh Menlu Saudi Faisal bin Farhan tersebut menyatakan bahwa perangkat hukum internasional harus diaktifkan untuk meminta pertanggungjawaban rezim Israel atas kejahatan yang telah dilakukannya dalam beberapa bulan terakhir di Gaza dan Tepi Barat.
Para pejabat Arab dan Muslim yang menghadiri pertemuan tersebut juga menegaskan adanya kebutuhan untuk penghentian aktivitas terorisme pemukim Israel, dan bahwa harus ada sikap yang jelas dan tegas dalam hal ini.
Mereka juga menolak segala upaya rezim Israel mengusir warga Palestina dari tanah leluhur mereka di Gaza.
Para pejabat Arab dan Muslim yang menghadiri KTT di Riyadh itu juga menyatakan keprihatinan atas represi yang diambil terhadap demonstran pro-Palestina di negara-negara Barat. (presstv)