Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 22 Januari 2024

Jakarta, ICMES. Seorang anggota senior Hizbullah Lebanon gugur dan  beberapa lainnya terluka terkena serangan drone Rezim Zionis Israel di Lebanon selatan.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, pada hari Ahad merilis sebuah dokumen  yang menyatakan bahwa serangan fajarnya pada tanggal 7 Oktober dengan sandi Badai Al-Aqsa terhadap Israel merupakan “langkah darurat  dan respon alami” terhadap  rencana  Israel untuk  menutup perkara Palestina .

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud dalam sebuah wawancara dengan CNN mengatakan hubungan Saudi dengan Israel tidak dapat dinormalisasi selagi belum ada solusi untuk masalah Palestina.

Berita Selengkapnya:

Serangan Drone Israel Gugurkan Anggota Senior Hizbullah

Seorang anggota senior Hizbullah Lebanon gugur dan  beberapa lainnya terluka terkena serangan drone Rezim Zionis Israel di Lebanon selatan.

Media Lebanon pada hari Ahad (21/1) melaporkan bahwa Israel menyerang sebuah kendaraan di desa Kafra di provinsi selatan Nabatieh.

Anggota yang menjadi sasaran dilaporkan berasal dari unit yang khusus melindungi individu dan mengangkut para pemimpin Hizbullah.

Hizbullah dalam sebuah pernyataan mengkonfirmasi serangan Israel tersebut  dan menyatakan Fadhl Ali Salman Sha’ar “gugur di jalan menuju al-Quds.”

Saluran televisi berbahasa Arab Lebanon Al-Manar milik Hizbullah melaporkan bahwa serangan drone telah menyasar kendaraan di dekat pos pemeriksaan militer Lebanon di Kafra hingga menggugurkan   satu orang dan melukai enam lainnya.

Laporan media sebelumnya menyebutkan dua anggota Hizbullah gugur.

Rezim Israel dalam beberapa bulan terakhir melancarkan serangan udara terhadap sekutu para pejuang Palestina di berbagai lokasi di Lebanon dan Suriah.

Wasekjen Hizbullah Sheikh Naim Qassem pada hari Sabtu memperingatkan Israel agar tak meremehkan Hizbulllah dan mencoba melancarkan perang total terhadap Lebanon jika tidak ingin mendapat “tamparan keras ”.

Sembari menyebut Israel sebagai musuh Palestina, Lebanon, dunia Arab dan umat Islam, dia memastikan Hizbullah akan terus melanjutkan serangannya terhadap wilayah pendudukan Israel selama serangan Israel di Gaza masih berlanjut.

Israel melancarkan invasi militer di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023  setelah faksi-faksi pejuang Palestina pimpinan Hamas melancarkan serangan fajar bersandi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Militer Israel juga telah melakukan serangan terhadap wilayah Lebanon sejak saat itu.

Invasi itu sudah berjalan lebih dari 100 hari, namun Israel tidak kunjung mencapai tujuannya meski telah membunuh lebih dari 25.000 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak kecil di Gaza.

Rezim Zionis itu juga telah memberlakukan  blokade total  terhadap  Jalur Gaza sehingga memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana. (presstv)

Rilis Dokumen, Hamas Jelaskan Motif Serangan Fajar Badai Al-Aqsa

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, pada hari Ahad merilis sebuah dokumen  yang menyatakan bahwa serangan fajarnya pada tanggal 7 Oktober dengan sandi Badai Al-Aqsa terhadap Israel merupakan “langkah darurat  dan respon alami” terhadap  rencana  Israel untuk  menutup perkara Palestina .

Dalam dokumen setebal 18 halaman berjudul “Inilah kisah kami, Mengapa Badai Al-Aqsa,” yang dirilis  dalam bahasa Arab dan Inggris, Hamas menjelaskan, “Pertempuran rakyat Palestina melawan pendudukan dan kolonialisme tidak dimulai pada bulan 7 Oktober 2023, melainkan dimulai sebelum itu, dalam 105 tahun pendudukan: 30 tahun di bawah kolonialisme Inggris dan 75 tahun pendudukan Zionis.”

Hamas menambahkan, “Operasi Badai Al-Aqsa adalah langkah penting dan respon  alami untuk menghadapi rencana Israel yang bertujuan untuk menamatkan perkara Palestina, menguasai tanah dan melakukan Judaisasi, menuntaskan kedaulatan atas Masjid Al-Aqsa dan tempat suci, mengakhiri blokade kejam di Jalur Gaza,” serta merupakan perjuangan untuk  “mendirikan negara Palestina merdeka dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kotanya.” “.

Seperti diketahui, Hamas pada 7 Oktober 2023 telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, di mana para pejuangnya menyusup ke Israel, menerobos pagar yang memisahkan Jalur Gaza, dan menembaki orang Israel, menculik puluhan orang di antara mereka, dan memboyong mereka ke Jalur Gaza. Israel kemudian membalasnya dengan invasi militer dahsyat di Jalur Gaza.

Dalam dokumennya, Hamas membantah laporan Israel bahwa mereka membidik warga sipil selama serangan tersebut,

“Menghindari menyasar warga sipil, terutama perempuan, anak-anak, dan orang tua, adalah kewajiban agama dan moral yang menjadi tanggung jawab putra-putra Hamas. Perlawanan kami berdisiplin,” ungkapnya.

Namun, Hamas menekankan bahwa gerakan Palestina tidak memiliki “senjata yang akurat, dan jika hal seperti itu terjadi (yang berdampak pada warga sipil) maka hal tersebut tidak disengaja.”

Hamas menyebut klaim Israel bahwa Hamas menyasar warga sipil Israel  sebagai “fitnah murni dan kebohongan,” dan menyatakan bahwa “sumber informasi yang mengklaim hal ini adalah sumber-sumber Israel, dan tidak ada sumber independen yang mengkonfirmasi kebenaran klaim mereka. ”

Hamas juga menyatakan, “Beberapa gangguan mungkin terjadi (…) karena runtuhnya sistem keamanan dan militer Israel secara total dan cepat, dan terjadinya beberapa kekacauan sebagai akibat dari penerobosan besar-besaran di pagar pemisah.”

Hamas menyerukan “penghentian segera agresi Israel” terhadap Jalur Gaza, diakhirinya “kejahatan dan genosida,” dan pembukaan pintu penyeberangan, pencabutan di Jalur Gaza, dan pengiriman bantuan.

Hamas menolak “setiap proyek internasional dan Israel yang berupaya menentukan masa depan Jalur Gaza  dengan cara yang konsisten dengan standar rezim pendudukan dan memastikan kelanjutannya.”

Hamas menegaskan, “Bangsa Palestina memiliki kemampuan dan kompetensi untuk mengambil keputusan bagi masa depan mereka untuk diri mereka sendiri,” dan “tidak seorang pun boleh memaksakan perwalian atas mereka.” (raialyoum)

Menlu Saudi: Tak akan Ada Normalisasi dengan Israel Sebelum ada Negara Palestina

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud dalam sebuah wawancara dengan CNN mengatakan hubungan Saudi dengan Israel tidak dapat dinormalisasi selagi belum ada solusi untuk masalah Palestina.

Menanggapi pertanyaan tentang ketidakmungkinan membangun hubungan normal tanpa jalan menuju negara Palestina yang layak, Faisal mengatakan, “Ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai hal itu.” Jadi ya, karena kita butuh stabilitas. Stabilitas hanya akan tercapai dengan menyelesaikan masalah Palestina.”

Pernyataan Menlu Saudi tersebut merupakan bagian dari wawancara yang direkam di sela-sela World Economic Forum yang digelar pekan lalu di Davos, Swiss, dan disiarkan CNN pada hari Ahad (21/1).

Dia menyebutkan bahwa fokus Saudi saat ini adalah mengurangi eskalasi konflik di Gaza dan menghentikan jatuhnya korban sipil di sana.

 “Apa yang kita lihat adalah bahwa Israel menghancurkan Gaza dan penduduk sipil di Gaza… Hal itu sama sekali tidak diperlukan, dan ini sama sekali tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” tegasnya.

Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan bahwa sejauh ini sebanyak lebih dari 25.000 orang gugur dan lebih dari 62.000 orang terluka akibat serangan Israel yang terjadi setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. (raialyoum)