Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 19 April 2021

parade militer iranJakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Iran meluncurkan dua sistem pertahanan udara, Zolfaqar dan Majid, yang baru dikembangkan di dalam negeri dengan  kemampuan menghancurkan rudal jelajah.

Seorang anggota senior parlemen Iran menyatakan bahwa pengayaan uranium dengan kemurnian 60%  hanyalah bagian dari cara Iran membalas inkonsistensi Barat terhadap kesepakatan kesepakatan nuklirnya.

Iran dan Saudi dikabarkan telah mengadakan perundingan langsung pada bulan ini dalam upaya meredakan ketegangan antara kedua negara di tengah upaya AS untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir Iran dan menyudahi perang di Yaman.

Berita Selengkapnya:

Iran Pamerkan Dua Sistem Pertahanan Udara Baru

Militer Iran kembali membuat kejutan terkait dengan perkembangan kekuataannya. Kali ini, Ahad (18/4), Angkatan Bersenjata Iran meluncurkan dua sistem pertahanan udara, Zolfaqar dan Majid, yang baru dikembangkan di dalam negeri dengan  kemampuan menghancurkan rudal jelajah.

Alutsista baru itu dipamerkan pada momen peringatan Hari Angkatan Bersenjata di Iran dengan  dipajang di atas kendaraan taktis Aras buatan dalam negeri.

Zolfiqar adalah sistem pertahanan udara ketinggian rendah yang terdiri dari multi-peluncur yang diluncurkan dari bahu secara mekanis dan sistem Shahid Majid yang mencakup sistem kendali tembakan elektro-optik dan peluncur ganda.

Kedua sistem pertahanan udara tersebut mampu menghancurkan target musuh yang terbang di ketinggian rendah, khususnya rudal jelajah.

Parade militer  pada peringatan itu digelar dalam bentuk pawai mobil di Teheran di hadapan Panglima Angkatan Bersenjata Mayjen Abdolrahim Mousavi.

Pesan Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani dibacakan dalam pawai.

Tanggal 18 April diperingati sebagai “Hari Angkatan Bersenjata” di Iran, dan pawai diadakan untuk menampilkan sebagian kekuatan militer negara republik Islam ini.

Sehari sebelumnya, Ayatullah Khamenei selaku panglima tertinggi menyerukan kesiapan Angkatan Bersenjata untuk berbagai misi, dan mengimbau para pejabat untuk lebih meningkatkan kekuatan militer.

Dalam pesan kepada Mayjen Abdolrahim Mousavi dia memuji semua personel Angkatan Bersenjata serta anggota keluarga mereka.

Dia menegaskan, “Hari ini, tentara berada di tempat kejadian dan bersiap untuk misi. Terus tingkatkan kesiapan ini sebanyak yang dibutuhkan dan mainkan peran.”

Sementara itu, Mousavi di sela-sela parade militer mengatakan bahwa kemampuan drone Angkatan Bersenjata Iran sekarang merupakan kekuatan dan kartu kemenangan negara ini di medan perang jika diperlukan.

“Apa yang Anda saksikan hari ini, adalah sebagian kecil dari kemampuan Angkatan Bersenjata yang ditampilkan dalam kepatuhan penuh pada protokol kesehatan… Dengan parade ini, kami ingin menyampaikan pesan kepada bangsa Iran bahwa selama 43 tahun terakhir kami telah melawan musuh-musuh negeri dan cita-cita Republik Islam (Iran),” ungkapnya.

Dia menambahkan, “Poin terpenting adalah bahwa Angkatan Bersenjata telah mencapai kekuatan drone sedemikian rupa justru pada tahun-tahun tekanan dan sanksi maksimum (AS).” (fna)

Pejabat Iran: Masih Ada Opsi Lain Di Luar Pengayaan Uranium 60%

Seorang anggota senior parlemen Iran menyatakan bahwa pengayaan uranium dengan kemurnian 60%  hanyalah bagian dari cara Iran membalas inkonsistensi Barat terhadap kesepakatan kesepakatan nuklirnya.

“Pengayaan 60% adalah bagian dari tanggapan Iran terhadap pembangkangan Barat terhadap upayanya sendiri,” ujar Wakil Ketua Komisi Urusan Dalam Negeri parlemen Iran Mohammad Hassan Asafari kepada FNA.

Dia menambahkan bahwa Uni Eropa harus menggunakan kesempatan yang telah diberikan oleh Iran, dan berhenti berurusan dengan Teheran dengan cara main tekan.

Dia memperingatkan, “Kami telah merencanakan beberapa opsi untuk setiap opsi mereka, dan kami memiliki opsi lain selain meningkatkan level pengayaan uranium hingga 60%. ”

Iran dan kelompok 4+1  penandatangan kesepakatan nuklir 2015 bertemu di Wina, Swiss, dalam rangka mengupayakan pencabutan sanksi sepihak AS yang dijatuhkan oleh mantan presiden Donald Trump tiga tahun lalu setelah dia menarik negaranya dari perjanjian itu.

Atas permintaan Iran, AS tidak diperkenankan berpartisipasi dalam pertemuan itu, tapi perwakilannya dilaporkan mengikuti negosiasi yang dilakukan oleh Eropa.

Pembicaraan baru itu dilakukan setelah terjadi insiden “sabotase  Israel” di bagian jaringan listrik fasilitas nuklir Natanz pada Ahad  11 April, hal yang juga mendorong Iran memulai pengayaan uranium 60%. (fna)

Iran dan Saudi Dikabar Berunding Langsung di Baghdad untuk Perbaikan Hubungan

Seorang pejabat senior Iran dan dua sumber lain di kawasan Teluk Persia dikabarkan telah memberitahu bahwa para pejabat Iran dan Saudi telah mengadakan perundingan langsung pada bulan ini dalam upaya meredakan ketegangan antara kedua negara di tengah upaya AS untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir Iran dan menyudahi perang di Yaman.

Disebutkan bahwa seorang pejabat Iran dan satu di antara dua sumber lain itu mengatakan bahwa pertemuan yang diadakan di Irak pada 7 April tidak menghasilkan jalan keluar dari kebuntuan.

Kabar simpang siur mengenai pembicaraan langsung antara Teheran dan Riyadh itu dilaporkan pertama kali oleh surat kabar Financial Times (FT), Ahad (18/4).

Satu sumber lain menyebutkan bahwa pertemuan itu berfokus pada isu Yaman di mana pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi sejak Maret 2015 sampai sekarang gencar memerangi gerakan Ansarullah (Houthi) yang didukung Iran.

Menurut FT, pejabat Iran itu mengatakan bahwa pertemuan itu diadakan atas permintaan Irak.

“Ini adalah pertemuan tingkat rendah untuk menyingkap apakah ada cara untuk meredakan ketegangan yang ada di kawasan itu,” imbuhnya.

Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi bulan ini telah mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman serta mengunjungi UEA.

Sumber regional kedua mengatakan pembicaraan itu juga menyinggung persoalan Lebanon, yang sedang mengalami kevakuman politik di tengah krisis keuangan yang memburuk.

Negara-negara Arab Teluk kecewa terhadap meningkatnya peran kelompok pejuang Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.

Otoritas Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters, sementara Financial Times mengutip pernyataan seorang pejabat senior Saudi yang menyangkal pembicaraan apa pun  negara kerajaan ini dengan Iran.

Seorang diplomat Barat di kawasan mengatakan AS dan Inggris sebelumnya sudah mengetahui pembicaraan Saudi-Iran “tetapi belum melihat hasil apa pun.”

Sementara itu, sumber anonim Iran kepada saluran Al-Mayadeen yang berbasis di Libanon, Ahad, menepis kabar pembicaran Iran-Saudi tersebut tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada Januari 2016 setelah kedutaan besarnya di Teheran diserbu demonstran yang mengecam eksekusi seorang ulama Syiah di Riyadh. (raialyoum/fna)