Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 5 November 2019

iran laksamana ali fadaviJakarta, ICMES. Wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Laksamana Ali Fadavi menyatakan bahwa konfrontasi antara Iran dan AS bermula sejak tahun 1987 dan berlangsung sampai sekarang hingga pesawat nirawak pengintai AS tertembak jatuh oleh Iran.

Iran mengaku telah mempercepat laju produksi uranium yang telah diperkaya dalam dua bulan terakhir ini, menyusul keputusannya menghentikan sebagian komitmennya kepada perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang diteken di Wina pada tahun 2015.

Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) Yahya Sinwar melontarkan ancaman terhadap Rezim Zionis Israel dan menyatakan bahwa ada sekira 70,000 militan bersenjata Palestina bernaung di bawah faksi-faksi pejuang di Jalur Gaza, termasuk sayap militer Hamas, Brigade Ezzeddin Al-Qassam.….

Berita selengkapnya:

Laksamana Fadavi: Musuh Hanya Tahu Sebagian Kecil Kekuatan Iran

Wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Laksamana Ali Fadavi menyatakan bahwa konfrontasi antara Iran dan AS bermula sejak tahun 1987 dan berlangsung sampai sekarang hingga pesawat nirawak pengintai AS tertembak jatuh oleh Iran.

Dalam pidatonya pada sebuah acara peringatan perlawanan terhadap AS di Universitas Industri Sharif, Teheran, Senin (4/11/2019), Fadavi menyinggung peringatan 40 tahun peristiwa pendudukan atas “sarang spionase” AS (kantor Kedubes AS di Teheran) oleh mahasiswa Iran yang berlangsung selama 444 hari, yaitu pada 30 April hingga 5 Mei 1980.

Dia mengutip sumpah pendiri Republik Islam Iran Imam Khomaini bahwa AS tidak akan dapat bertindak ngawur terhadap Iran, dan memastikan bahwa “musuh-musuh Iran hanya mengetahui sebagian kecil kekuatan Iran.”

“Pernyataan Imam ini berarti bahwa pendudukan atas sarang spionase itu merupakan tindakan baik yang tak perlu dikhawatirkan resikonya, karena sebagian orang saat itu beranggapan bahwa pasukan khusus AS akan melancarkan serangan serta membunuh perdana menteri sebelum kemudian semua menteri secara berurutan, sehingga pemerintahan sementara lantas mengajukan pengunduran diri dan segera diterima oleh Imam,” tuturnya.

Menurut Fadavi, Imam Khomaini memandang peristiwa krusial itu sebagai revolusi Islam jilid II dengan target menyudahi praktik kotor AS di Iran dengan satu-satunya cara berupa pendudukan atas sarang spionase AS tanpa ada “tindakan bodoh” apapun yang dapat dilakukan oleh AS sebagaimana dikatakan oleh Imam Khomaini.

Fadavi lantas menegaskan bahwa kekuatan Iran sekarang bahkan tak dapat dapat dibandingkan dengan dua tahun lalu, apalagi 40 tahun silam.

“Apa yang kita lakukan dalam melawan AS adalah tindakan yang bahkan tidak dilakukan oleh Cina, Rusia, ataupun Eropa, yang bahkan tidak membayangkan berkonfrontasi dengan AS,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Musuh sekarang hanya mengetahui sebagian kecil kekuatan kita, karena banyak kekuatan kita lainnya yang ada berkat jerih payah kita selama beberapa tahun lalu memang tidak mereka ketahui.”

Senin kemarin ribuan massa berkonsentrasi di depan sebuah komplek yang dulu menjadi kantor Kedubes AS untuk Iran untuk menandai peristiwa pengepungan dan pendudukan kantor itu oleh berbagai elemen mahasiswa Iran pada tahun 1980. (raialyoum)  

Iran Perkaya Uranium 10 Kali Lipat Volume Dua Bulan Sebelumnya

Iran mengaku telah mempercepat laju produksi uranium yang telah diperkaya dalam dua bulan terakhir ini, menyusul keputusannya menghentikan sebagian komitmennya kepada perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang diteken di Wina pada tahun 2015.

Wakil Presiden Iran Ali Akbar Salehi yang merangkap Ketua Badan Tenaga Atom Iran, Senin (4/11/2019), mengatakan kepada stasiun televisi Iran bahwa negara republik Islam ini sekarang sudah memroduksi 5 kg uranium yang telah diperkaya per hari, atau 10 kali lipat volumenya pada awal September lalu.

Di pihak lain, pada hari yang sama AS mengumumkan penerapan sanksi terhadap sembilan orang dekat Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Ali Khamenei yang menempati posisi penting di Iran.

Pada momen peringatan peristiwa pendudukan Kedubes AS di Teheran oleh mahasiswa Iran pada tahun 1980,  Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa penerapan sanksi itu secara berangsur akan melemahkan kemampuan Ayatullah Khamenei dalam menjalankan praktik “terorisme dan penindasan”.

Seperti diketahui, pada tahun 2018 AS mundur secara sepihak dari JCPOA yang diteken Iran bersama enam negara besar dunia, yaitu AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan Jerman dengan tujuan membatasi aktivitas nuklir Iran agar tak sampai memiliki arsenal nuklir. Atas pembatasan ini Iran mendapat imbalan berbagai keuntungan ekonomi.

Setelah mundur, AS kembali menerapkan dan meningkatkan berbagai sanksi dan embargonya terhadap Iran, dan Iranpun lantas membalasnya dengan menyudahi banyak komitmennya kepada JCPOA agar negara-negara yang terlibat dalam perjanjian ini bereaksi terhadap pengkhianatan AS tersebut. (raialyoum)

Hamas Ancam Israel dan Sebutkan Jumlah Militan Bersenjata Palestina di Gaza

Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) Yahya Sinwar melontarkan ancaman terhadap Rezim Zionis Israel dan menyatakan bahwa ada sekira 70,000 militan bersenjata Palestina bernaung di bawah faksi-faksi pejuang di Jalur Gaza, termasuk sayap militer Hamas, Brigade Ezzeddin Al-Qassam.

Dalam sebuah pertemuan Hamas dengan para pemuda Palestina di kota Gaza, Senin (4/11/2019), Yahya Sinwar menegaskan,”Seluruh dunia hendaknya mengetahui bahwa ada sekira  70,000 pemuda bersenjata bernaung di bawah Brigade al-Qassam, Brigade al-Quds (sayap militer Jihad Islam Palestina), dan berbagai faksi pejuang bersenjata dan badan-badan keamanan.”

Dia menambahkan, “Jika rezim pendudukan (Israel) berpikir untuk memasuki Gaza maka para pemuda kami akan keluar dari perut bumi dengan senjata-senjata anti-tank yang dibuat di Gaza, dan roket-roket yang akan menyulap kota-kota rezim pendudukan menjadi kota hantu jika rezim ini nekat bertindak bodoh.”

Sinwar menjelaskan, “Kami di Jalur Gaza memiliki kekuatan militer yang telah dipersiapkan, dan akan membuat segala perhitungan terhadap musuh. Bukanlah rahasia ketika kami mengatakan bahwa para pemuda kami telah melakukan penggalian bawah tanah sepanjang ratusan kilometer. Kami memiliki banyak ruang kendali dan komando di permukaan dan di bawah tanah… Kami memiliki ratusan titik penyergarapan.”

Sinwar kemudian mengingatkan bahwa dalam konfrontasi para pejuang Palestina di Gaza melawan Israel terbukti bahwa “kami tidak asal bicara”, karena dalam serangan terbesar Gaza terhadap Israel pada tahun 2014 ada 10 roket yang berhasil mencapai kota Tel Aviv, Israel (Palestina pendudukan 1948).

Dia menambahkan bahwa dunia juga melihat betapa pada konfrontasi terbaru Palestina-Israel  Mei 2019 para pejuang Palestina sekali tembak dapat melepaskan 50-60 roket. (alalam)

Hadapi Demonstran, Pemerintah Irak Kerahkan Pasukan Ladang Minyak Basrah

Sumber keamanan Irak menyatakan bahwa pemerintah negara ini melakukan langkah-langkah keamanan ekstra ketat di sekitar ladang-ladang minyak dan pelabuhan di provinsi Basrah untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk terkait gelombang aksi rasa.

“Pasukan keamanan dalam jumlah besar telah mencapai pelabuhan-pelabuhan dan ladang-ladang minyak di provinsi ini untuk melindungi semua itu dari segala bentuk serangan yang berpotensi menerjangnya. Keputusan perlindungan ini keluar dari kepala pemerintahan, Adel Abdul-Mahdi,” ungkap sumber itu, Senin (4/11/2019).

Dia menambahkan bahwa pihak keamanan mendapat informasi-informasi mengenai rencana sebagian demonstran bergerak menuju ladang minyak dan pelabuhan di Basrah.

Pada Sabtu lalu ratusan orang berunjuk rasa di depan Pelabuhan Umm Qasr, provinsi Basrah, dan kemudian terjadi kericuhan yang menyebabkan 120 orang demonstran terluka.

Komando Operasi Basrah, Senin, menegaskan larangan sebelumnya bagi demonstran memblokir jalur-jalur yang menuju fasilitas-fasilitas vital, terutama pelabuhan yang “merupakan tulang punggung ekonomi Irak”.

Komando ini dalam sebuah statemennya juga menyebutkan bahwa pihak mengupayakan keluarnya “keputusan-keputusan hukum dari otoritas pengadilan untuk penangkapan orang-orang yang menyebabkan terputusnya jalur menuju pelabuhan-pelabuhan Irak, dan menggunakan pasal 4 undang-undang kontra-terorisme.”

Komandan Operasi Basrah, Qasim Jasim Nizal, mengatakan, “Komando ini sejak hari pertama terjadi unjuk rasa telah memberikan perlindungan sepenuhnya bagi para pengunjuk rasa damai yang menuntut hak-hak sah mereka melalui cara yang sah, beradab, dan nasionalis, dan ini adalah karena kami merasa bertanggungjawab di depan anak-anak kami di Basrah.”

Namun demikian, dia melanjutkan, “Jika urusannya mencapai pemblokiran jalan itu dan para pengunjuk rasa non-damai keluar dari jalur yang benar dalam berdemonstrasi maka akan ada reaksi dari kami terhadap para pelaku, pelanggar, penista, dan orang-orang yang menyimpang dari undang-undang.” (alsumarianews)