Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 21 Mei 2019

donald-trumpJakarta, ICMES: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan bahwa dia tidak ingin menyulut perang dengan Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar berhenti menggertak orang Iran.

Para pengamat Suriah menyatakan bahwa eskalasi yang dilakukan Israel belakangan mengalami penyempurnaan dengan adanya eskalasi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.

Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman membantah kabar bahwa pihaknya telah melesatkan rudal ke kota Thaif, Arab Saudi.

Berita selengkapnya:

Trump Kembali Mengaku Tak Ingin Berperang Dengan Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan bahwa dia tidak ingin menyulut perang dengan Iran.  Sebagaimana dilaporkan al-Alam, Senin (20/5/2019), dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Trump mengatakan perang akan mengganggu ekonomi dan diapun ingin menghindari biaya perang yang mahal.

Menurut al-Alam yang berbasis di Iran, gertak sambal penggunaan opsi militer terhadap Iran merupakan modus semua pejabat AS untuk menyenangkan rezim-rezim pengekornya di kawasan Timteng, padahal  para pejabat itu menyadari ketidak mampuannya merealisasikan perang, sebab perang dengan Iran tidak akan menunjang interes AS.

Al-Alam menyebutkan bahwa Trump sempat menyesuaikan diri dengan provokasi anti Iran oleh Arab Saudi dan Uni Emirat . Dalam rangka ini Trump  bersumbar bahwa Iran akan tamat jika menghendaki perang. Namun, beberapa jam kemudian melalui halaman Twitter-nya dia menyatakan kepada publik bahwa dia tidak mengendaki perang demi menghindari beban biayanya yang besar.

“Dengan segala apa yang sedang terjadi, saya, sebagaimana kalian ketahui, bukanlah orang yang ingin memasuki perang, karena perang mengganggu ekonomi, membunuh manusia, dan banyak hal lagi,” ujar Trump.

Sementara itu, demi meredakan kekecewan negara-negara sekutunya di Timur Tengah, terutama yang selama ini mendukungnya dengan biaya fantastis, Trump  juga kembali mengaku bermaksud mengganyang Iran dengan memperketat embargo, namun kembali pula mendesak Iran agar bersedia berunding dengan AS.

Selain itu, Trump juga mencoba menampakkan kebersikukuhan pada sikap kerasnya terhadap Iran dengan mengatakan, “Saya tidak menghendaki konfrontasi, tetapi ada sikap-sikap Iran, yang Anda tidak bisa membiarkannya memiliki senjata nuklir, Anda tidak bisa membiarkan itu terjadi,” lanjutnya.

Pernyataan Trump menunjukkan kebenarapan sesumbar para pejabat Iran bahwa perang tidak akan pecah karena baik Iran maupun AS sama-sama tidak menginginkannya.  Semua pernyataan yang dibuat oleh Presiden AS dan stafnya di Gedung Putih hanyalah gertak sambal belaka dengan harapan bahwa pada level propaganda akan dapat mewujudkan  apa yang tak akan dapat mereka wujudkan dalam konfrontasi militer. (alalam)

Zarif Kepada Trump: Jangan Pernah Menggertak Orang Iran

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar berhenti menggertak orang Iran, dan  menasihatinya supaya mencoba menghormati Iran karena hanya inilah pendekatan yang dapat bekerja dan berkemungkinan  membuahkan hasil.

“Jangan pernah mengancam Orang Iran. Cobalah hormati — itulah yang bekerja!” ungkap Zarif melalui akun Twitter resminya, Senin (20/5/2019) di tengah lonjakan ketegangan antara Teheran dan Washington yang terjadi belakangan ini.

Menteri luar negeri Iran menambahkan bahwa kebijakan “terorisme ekonomi dan ledekan genosida” yang dilakukan oleh Trump akan gagal “menamatkan Iran.”

“Orang-orang Iran telah berdiri tegak selama ribuan tahun, sementara semua agresor enyah,” lanjut Zarif.

Diplomat terkemuka Iran ini menekankan bahwa Trump telah “terpancing” oleh B-Team dan “berharap dapat  mencapai apa yang gagal dilakukan Alexander, Jenghis dan para agresor lainnya.”

Hawkish “B-team” yang dimaksud adalah sekelompok orang yang terdiri atas Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Pangeran Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Ketegangan mulai meninggi antara Teheran dan Washington sejak Mei 2018 setelah Trump menarik negaranya keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang diteken pada tahun 2015 dan secara resmi dinamai “Rencana Bersama Aksi Komprehensif” (JCPOA), dan kemudian dia menerapkan kembali sanksi keras AS terhadap Iran meskipun keputusan mendapat kecaman internasional.

Ketegangan itu meningkat tajam pada peringatan tahun pertama penarikan Washington dari JCPOA ketika AS mencoba meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan memperketat sanksi minyaknya dan mengirimkan bala bantuan militer, termasuk kapal induk, satu skuadron pesawat pembom B-52, dan sistem rudal patriot, ke Timur Tengah. (presstv)

Israel  Gunakan Cara Baru Untuk Mendeteksi Radar Suriah

Para pengamat Suriah menyatakan bahwa eskalasi yang dilakukan Israel belakangan mengalami penyempurnaan dengan adanya eskalasi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, dan bahwa negara Zionis ilegal itu bertaruh dengan keberlanjutan perang terhadap Suriah.

Sebelumnya, pasukan pertahanan udara Suriah berhasil menggagalkan beberapa agresi terbaru Israel  yang dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 24 jam.

Langit Suriah diwarnai pemandangan agresi itu dan tersiar kabar adanya beberapa agresi beruntun Israel terhadap Suriah pada jangka waktu tersebut.

Dilaporkan bahwa pasukan pertahanan udara Suriah telah mencegat benda-benda yang menyusup dari kawasan-kawasan yang diduki Israel menuju kawasan barat daya provinsi Damaskus dan melintasi Gunung al-Sheik dan kawasan Segi Tiga Maut, namun terdeteksi oleh radar Suriah sehingga rudal-rudal Suriah mencegatnya sebelum mencapai sasaran.

Dilaporkan bahwa Israel menggunakan metode agresi baru di wilayah Suriah, melalui benda-benda  yang menembus atmosfer berbagai daerah untuk menyibukkan sistem pertahanan udara Suriah serta mengungkap  radar- radar Suriah.

Menurut para pengamat di Damaskus, ibu kota Suriah, agresi baru itu dijadwal Israel dengan memanfaatkan ketegangan  antara AS  dan Iran, dan dengan tujuan melanjutkan tekanan terorisme, politik, dan ekonomi  terhadap Suriah.

Agresi Israel secara berulang terhadap Suriah merupakan bagian dari perang yang sengaja yang dipaksakan terhadap Suriah serta membuktikan lagi dukungannya kepada kelompok-kelompok bersenjata yang sudah berantakan di provinsi Hama dan Idlib, Suriah. (alalam)

Bantah Serang Kota Thaif, Ansarullah Yaman Tuding Saudi Cari Dukungan Dunia

Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman membantah kabar bahwa pihaknya telah melesatkan rudal ke kota Thaif, Arab Saudi.

“Dengan klaim itu rezim Saudi berusaha  merebut dukungan kepada agresi brutalnya terhadap Yaman,” ungkap Ansarullah, sebagaimana dilansir saluran al-Masirah berdasarkan pernyataan juru bicara resmi Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan Ansarullah, Senin (20/5/2019.

“Kami tidak akan ragu mengumumkan operasi-operasi militer kami, dan kami tidak perlu menanti upaya-upaya tak benar yang berbicara mengenai tujuan kami dan penjadwalan operasi kami,” lanjut Ansarullah.

Kelompok pimpinan Sayyid Abdul Malik al-Houthi ini menyebut rezim Saudi kembali berusaha menutupi kejahatannya terhadap bangsa Yaman sembari memanfaatkan tingginya kedudukan kota suci Mekkah al-Mukarromah.

“Ini bukan kali pertama rezim Saudi mengklaim bahwa kami menyerang Mekkah,” tegas Ansarullah.

Sebelumnya, surat kabar Ukad milik Saudi melaporkan bahwa pasukan pertahanan udara Saudi di Thaif telah mencegat “rudal Houthi-Iran” beberapa saat menjelang waktu sahur pada dini hari Senin (20/5/2019) .

Ukad mengklaim, “Serangan-serangan sengit ini menyingkap hakikat rencana Iran untuk mengacaukan keamanan dan ketentraman jemaah umrah di malam-malam Ramadhan. Ini jelas menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Iran dan para agennya merupakan terorisme yang sebenarnya, sebab mereka bahkan tak segan-segan menyerang kaum Muslim di bulan Ramadhan.”  (raialyoum)