Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 17 Desember 2019

perahu tempur IRGC iranJakarta, ICMES. Komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Laksamana Alireza Tangsiri menegaskan bahwa pihaknya intensif memantau semua kapal asing yang memasuki perairan Teluk Persia.

Presiden Suriah Bashar Assad memastikan tak ada prospek bagi eksistensi militer AS di Suriah, dan memperingatkan bahwa pasukan negara arogan itu mendapat perlawanan dari rakyat Suriah.

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran menepis kabar mengenai adanya perundingan negara ini dengan Arab Saudi selain urusan ibadah haji dan umrah jemaah Iran.

Ulama Syiah terkemuka Irak Grand Ayatullah Sayid Ali al-Sistani pernah menerima kunjungan sejumlah tentara Irak dan berfoto bersama mereka pada peringatan tahun ke-2 kemenangan Irak atas kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS/ISIL/DAESH).

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyatakan bahwa krisis Yaman sedang berada dalam proses penyelesaian.

Berita selengkapnya:

IRGC: Semua Kapal, Termasuk Milik AS, di Teluk Persia Diperiksa oleh Tentara Iran

Komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Laksamana Alireza Tangsiri menegaskan bahwa pihaknya intensif memantau semua kapal asing yang memasuki perairan Teluk Persia.

“Sesuai undang-undang pengawasan gerbang selat, Angkatan Laut Iran memantau dan mengontrol lalu lintas semua kapal asing yang memasuki perairan Teluk Persia. Semua kapal ditanya kewarganegaraannya, jenisnya, dan tujuannya, dan semua kapal itu menjawab semua pertanyaan kami, termasuk kapal-kapal AS, ” ujar Tangsiri, Senin.

Dia menambahkan, “Memantau kapal-kapal asing di Teluk Persia adalah hak sah Iran. Kami berhak mengajukan pertanyaan kepada kapal-kapal yang memasuki Selat Hormuz dan perairan regional Iran.”

Mengenai eksistensi pasukan Iran ini Tangsiri menjelaskan, “Keberadaan kami di perairan Teluk dan bahkan di luarnya membawa pesan damai dan persahabatan, tanpa ada ketamakan terhadap negara-negara tetangga.”

Alireza Tangsiri lantas mengingatkan, “Keberadaan negara-negara asing di kawasan ini merupakan bahaya besar, tapi pesan kami ialah bahwa perdamaian dan persahabatan di kawasan ini tidak akan diciptakan oleh siapapun kecuali oleh negara-negara regional sendiri. Hal ini telah kami tegaskan berulangkali dalam berbagai latihan perang dan pertemuan.”

Dia menutup pernyataannya dengan menuturkan, “Perangai pihak lawan selalu saja penuh permusuhan di kawasan ini. Mereka mengesankan Iran sebagai antagonis, padahal Iran tidak pernah mengagresi negara manapun, dan sama sekali tak memiliki ketamakan terhadap satupun negara lain sepanjang 40 tahun terakhir ini. Iran merupakan negara kaya serta memiliki berbagai kemampuan dan potensi sehingga tidak perlu memerangi negara lain.” (raialyoum)

Assad: Tak Ada Prospek bagi Keberadaan AS di Suriah

Presiden Suriah Bashar Assad memastikan tak ada prospek bagi eksistensi militer AS di Suriah, dan memperingatkan bahwa pasukan negara arogan itu mendapat perlawanan dari rakyat Suriah.

Seperti dikutip Press TV, Senin (16/12/2019), dalam wawancara dengan saluran televisi Phoenix milik Cina, Assad menduga kebijakan AS terhadap Suriah akan berubah jika Presiden Donald Trump tidak terpilih lagi dalam pemilihan presiden 2020.

“Sistem politik Amerika bukanlah sistem negara dalam pengertian yang kita pahami. Ini adalah sistem yang terdiri dari lobi-lobi… Semua presiden (AS) yang kami pernah berurusan dengan mereka di Suriah, mulai dari Nixon pada 1974 – ketika hubungan dengan Amerika dipulihkan- hingga Trump saat ini dikendalikan oleh lobi-lobi ini,” terang Assad.

Menurutn Presiden Suriah, siapapun dan sebaik apapun presiden AS tidak akan dapat bertindak di luar kebijakan lobi-lobi ini.

“Karena itu, bertaruh pada perubahan presiden adalah salah tempat dan tidak realistis, dan saya tidak berpikir bahwa kebijakan Amerika ini akan berubah dalam beberapa tahun mendatang.”

Mengenai jumlah pasukan AS yang tersisa di wilayah Suriah, Assad menilai keliru angka yang sudah diumumkan AS karena tidak memperhitungkan jumlah warga sipil yang bekerja untuk perusahaan militer swasta, yang bertempur dengan tentara AS.

“Hal yang lucu dalam politik Amerika adalah mereka mengumumkan jumlah antara ribuan dan ratusan. Ketika mereka mengatakan ribuan, maka itu adalah untuk menyenangkan lobi pro-perang, khususnya perusahaan-perusahaan senjata, bahwa mereka berada dalam keadaan perang. Ketika mereka mengatakan ratusan maka mereka berbicara kepada para kontra-perang bahwa mereka hanya sekian ratus,” papar Assad.

Presiden Suriah menambahkan bahwa jumlah sebenarnya “tentu saja ribuan”, dan AS dalam perang sangat bergantung kepada perusahaan-perusahaan militer swasta seperti Blackwater di Irak dan lain-lain.

Assad membantah klaim Washington bahwa pasukan AS berada di Suriah timur laut adalah demi “melindungi” ladang minyak di sana. Menurutnya, AS justru “mencuri minyak dan menjualnya ke Turki”, dan Ankara merupakan “antek” Washington dalam penjualan minyak ini.

Ditanya bagaimana pemerintah Suriah akan menghadapi keberadaan AS di ladang minyak di timur Sungai Eufrat, Assad menjawab, “Pertama, Amerika mengandalkan teroris. Para teroris harus diserang, ini adalah prioritas bagi kami di Suriah. Menyerang para teroris melemahkan kehadiran Amerika dengan berbagai cara. ”

“Pada titik ini, wajar bahwa tidak akan ada prospek bagi kehadiran orang Amerika.”

Presiden memperingatkan AS bahwa rakyat Suriah akan melawan jika pasukannya tetap bertahan di Suriah, dan memastikan bahwa “pada akhirnya, Amerika akan pergi.” (presstv)

Iran Nyatakan Tak Ada Perundingan Rahasia dengan Saudi Kecuali Mengenai Haji

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran menepis kabar mengenai adanya perundingan negara ini dengan Arab Saudi selain urusan ibadah haji dan umrah jemaah Iran.

“Beberapa pernyataan dari Riyadh yang mengklaim pelaksanaan dialog dengan Teheran tidaklah faktual, kami berharap Riyadh melihat fakta dan berusaha mewujudkan keamanan di kawasan,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi, Senin (16/12/2019), seperti dikutip oleh beberapa media Iran.

Dia menambahkan, “Pembicaraan bersama (Iran-Saudi) terbatas pada urusan haji dan umrah, tidak ada pembicaraan lain.”

Sebelumnya, surat kabar Wall Street Journal mengutip pernyataan seorang pejabat Saudi berkenaan dengan klaim tersebut.

“Saudi melakukan upaya tertutup untuk normalisasi hubungan dengan Iran dan pihak lawan lainnya di kawasan, karena kuatir konflik regional dapat membahayakan perekonomiannya,” bunyi pernyataan dari pejabat anonim Saudi itu.

Seperti diketahui, ketegangan di kawasan Teluk Persia belakangan ini meningkat sejak Saudi dan AS menuding Iran menyerang kapal-kapal dagang dan fasilitas minyak serta mengancam keamanan jalur pelayaran di Teluk Persia. Teheran menepis tuduhan ini sembari menawarkan penandatanganan perjanjian non-agresi kepada negara-negara Arab Teluk. (raialyoum)

Beredar Foto Langka Ayatullah Sistani Bersama Tentara Irak

Ulama Syiah terkemuka Irak Grand Ayatullah Sayid Ali al-Sistani pernah menerima kunjungan sejumlah tentara Irak dan berfoto bersama mereka pada peringatan tahun ke-2 kemenangan Irak atas kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS/ISIL/DAESH).

Pada hari Senin (16/12/2019) beredar beberapa foto dan sebuah video langka ramah tamah Ayatullah Sistani dengan sejumlah veteran tentara Irak.

Ketua Ikatan Tentara Veteran Irak Maqdam Rahim dalam siaran persnya, Senin, menyatakan bahwa dia “bersama tujuh anggota tentara veteran beberapa bulan lalu telah berkunjung ke marji’ tertinggi Ali Sistani, dan beliaupun berbincang dengan mereka, memberikan kepedulian kepada mereka, dan berkenan berfoto bersama mereka sebagai bentuk penghormatan kepada mereka.”

Pada November 2017 perdana menteri Irak saat itu Haider Abadi mengumumkan kemenangan pasukan Irak atas ISIS. (rtarabic)

Presiden Mesir Nyatakan Krisis Yaman Sedang dalam Proses Penyelesaian

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyatakan bahwa krisis Yaman sedang berada dalam proses penyelesaian.

“Mesir selalu mencari jalan penyelesaian damai untuk berbagai persoalan, dan krisis Yamanpun sedang berada dalam proses penyelesaian, namun hal ini memerlukan waktu,” ujar el-Sisi, Senin (16/12/2019), seperti dikutip Sky News.

Mengenai krisis Libya dia mengatakan, “Sikap Kairo mengenai perjanjian Turki dengan pemerintahan Kemufakatan Nasional Libya sangat jelas. Mesir mencari kesepakatan dengan negara-negara sahabat dan mitra perjanjiannya di Yunani dalam masalah ini.“

El-Sisi mengakui bahwa Mesir mendukung Tentara Nasional Libya yang berada di bawah komando Jenderal Khalifa Haftar, dan menyebutnya sebagai sikap pendirian solid Mesir.

Dia menegaskan bahwa situasi di Libya dan Sudan merupakan bagian dari masalah keamanan nasional Mesir.

“Berbeda antara campurtangan dan mendukung jalan penyelesaian, dan Mesir tak dapat membiarkan siapapun mengacaukan stabilitas di Libya dan Sudan,” imbuhnya.

Mengenai Palestina dia mengatakan, “Sikap Mesir mengenai solusi dua negara, permukiman, dan dukungan kepada isu Palestina sudah tetap dan tak dapat diubah.” (fars)