Rangkuman Berita Utama Timteng, Rabu 1 Februari 2017

iran dan amerikaJakarta, ICMES: .Iran ingatkan Amerika Serikat (AS) supaya tidak membangkitkan “ketegangan baru” mengenai proyek rudal balistik Iran.

Perdana Menteri Irak menyebut kebijakan imigrasi AS hukuman terhadap para korban teroris dan orang-orang yang memerangi teroris.

Pasukan Irak menyebar jutaan lembar pamflet via udara di Mosul barat  berisi pemberitahuan bahwa mereka akan segera melancarkan operasi pembebasan Mosul barat.

Ansarullah (Houthi) di Yaman menyatakan siap bertempur hingga titik darah penghabisan demi mempertahan kota Hudaidah.

Berita selengkapnya:

Iran Ingatkan AS Agar Tak Bikin Ketegangan Baru

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Jawad Zarif mengingatkan Amerika Serikat (AS) supaya tidak mencari-cari “dalih” untuk membangkitkan “ketegangan baru” mengenai proyek rudal balistik Iran.

Dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Perancis,  Jean-Marc Ayrault, di Teheran, Selasa (31/1/2017), Zarif mengatakan, “Kami berharap masalah program pertahanan Iran tidak dijadikan dalih untuk membangkitkan ketegangan baru.”

Dia menambahkan bahwa masalah ujicoba rudal balistik Iran bukan bagian dari perjanjian nuklir negara ini dengan negara-negara besar dunia.

Tanpa mengomentari tudingan AS bahwa Iran mengujicoba rudal Ahad lalu, Zarif memastikan negaranya tidak akan pernah menggunakan rudal untuk mengagresi negara lain.

“Rudal bukan bagian dari kesepakatan nuklir. Iran selamanya tidak akan pernah menggunakan rudal-rudal yang dibuat di Iran untuk menyerang negara lain… Rudal Iran dibuat bukan untuk membawa hulu ledak nuklir,” tegasnya.

Di pihak lain, pada konferensi pers yang sama, Menlu Perancis mengaku telah mengemukakan kekhawatiran negaranya terhadap rudal balistik Iran. Perancis menilai rudal ini mengusik kepercayaan khalayak internasional terhadap Iran serta menyalahi resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB.

Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov menyatakan ujicoba rudal Iran bukanlah pelanggaran terhadap resolusi PBB mengenai program nuklir Iran.

Seperti dikutip Interfax milik Rusia, Selasa, dia menyatakan bahwa seruan untuk sidang khusus Dewan Keamanan PBB merupakan “upaya membangkitkan sikap terhadap program nuklir Iran, dan menggunakannya untuk tujuan politik.” (raialyoum/irna)

PM Irak: Trump Sedang Menghukum Para Korban Teroris

Perdana Menteri Irak Haider Abadi, Selasa (31/1/2017), menyatakan bahwa keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melarang orang Irak masuk ke AS merupakan hukuman terhadap para korban teroris dan orang-orang yang memerangi teroris.

“Anda mendatangi korban untuk menghukumnya, Anda menghukum orang-orang yang telah menjadi korban dan memerangi para teroris,” tegas Abadi dalam reaksi pertamanya terhadap keputusan Trump melarang masuk warga tujuh negara Islam, termasuk Irak.

Dia menambahkan bahwa pemerintah Iran sejauh ini belum mengambilkan tindakan apapun terkait hal ini, tapi akan mempelajari segala opsi yang ada.

Jumat pekan lalu Trump meneken keputusan yang berlaku selama 90 hari berupa larangan masuk ke AS bagi warga negara Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman, penangguhan masuknya semua pengungsi selama 120 hari, dan larangan masuk secara tanpa batas bagi pengungsi Suriah. Dia menyebutkan bahwa keputusan ini diambil demi mencegah penyusupan para Islamis teroris.

Sekjen PBB Antonio Guterres, Selasa, juga mengecam keras kebijakan Trump dan menyebutnya tindakan membabi buta, tak terpuji dan percuma.

Tanpa menyebutkan nama AS dia mengatakan bahwa setiap negara berharap menghindari infiltrasi  organisasi teroris, tapi tidak boleh didasarkan pada diskriminasi bernuansa agama, etnis, atau kebangsaan.

“Langkah-langkah buta dan tidak didasarkan pada kecerdasan cenderung tidak efektif karena mereka berisiko dilewati oleh gerakan canggih teroris global seperti yang ada dewasa ini,” katanya.  (raialyoum/reuters)

Pasukan Irak Segera Bebaskan Mosul Barat, Jutaan Pamflet Disebar Via Udara

Pasukan Irak akan segera melanjutkan operasi pembebasan kota Mosul, Irak Utara, dari pendudukan kelompok teroris ISIS. Dalam rangka ini, pasukan Irak telah menyebar jutaan lembar pamflet via udara di Mosul barat, Selasa (31/1/2017), berisikan pemberitahuan kepada penduduk setempat agar bersiap-siap menyambut kedatangan pasukan negara ini untuk melancarkan operasi pembebasan Mosul barat yang masih dikuasai ISIS.

“Angkatan bersenjata kalian telah memutuskan tekadnya untuk maju menuju sisi kanan (Mosul barat)…  Mereka bertekad untuk membersihkan semua kawasan kalian… Bersiaplah menyambut angkatan bersenjata kalian, dan bekerjasamalah dengan mereka sebagaimana telah dilakukan oleh saudara-saudara kalian di sisi kiri (Mosul timur) demi meminalisir korban dan mempercepat kemenangan,” bunyi pamflet itu.

Seperti diketahui, kota Mosul terbelah oleh Sungai Tigris menjadi dua bagian timur dan barat. Bagian timur sudah berhasil dibebaskan oleh pasukan Irak, sementara semua jembatan telah dirusak oleh ISIS dan serangan udara pasukan koalisi pimpinan AS untuk menghambat serbuan pasukan Irak ke bagian barat. Namun demikian, pasukan Irak sejak beberapa hari lalu telah membuat jembatan-jembatan ponton untuk menyeberang ke bagian barat.

Sementara itu, belasan teroris anggota ISIS meregang nyawa akibat ledakan di sebuah bengkel tempat kelompok teroris ini merakit bom di kota Albu Kamal, Suriah, yang berbatasan dengan Irak.

“Ledakan ini menyebabkan 13 anggota ISIS yang sebagian besarnya berkebangsaan Irak tewas,” ungkap  Ahmad al-Hazimawi, perwira polisi Irak berpangkat mayor kepada kantor berita Turki, Anadolu.

Mengenai sebab ledakan, dia mengatakan bahwa ketika kawanan bersenjata itu sedang merakit bom, satu bom tiba-tiba meledak sehingga semua bagian di bengkel ikut meledak. (raialyoum)

Demi Hodeida, Ansarullah Siap Bertempur Hingga Titik Darah Penghabisan

Sebuah sumber papan atas gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman menegaskan bahwa mempertahankan kota pelabuhan Hudaidah bagi kelompok ini jauh lebih penting daripada mempertahankan Sanaa, ibu kota Yaman. Demikian disebutkan oleh pemimpin redaksi Rai al-Youm, Abdel Bari Atwan, dalam artikelnya pada rubrik “Iftitah” (pembukaan) media online berbasis di London, ini, Selasa (31/1/2017).

Jurnalis kondang Arab berdarah Palestina ini juga mengutip pernyataan Ansarullah bahwa gerakan ini dan sekutunya siap bertempur hingga titik darah penghabisan demi mencegah jatuhnya Hudaidah ke tangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, sebagaimana mereka juga akan terus bertempur mati-matian untuk mempertahankan palabuhan Mukha di barat Taiz karena pelabuhan merupakan garis pertahanan pertama bagi Hudaidah. Ansarullah membantah klaim bahwa pelabuhan Mukha telah jatuh ke tangan pasukan koalisi.

Menurut Atwan, terjadi perkembangan krusial dalam perang Yaman ketika Ansarullah berhasil merudal kapal perang Saudi di Laut Merah dekat pelabuhan Hudaidah hingga menghancurkan bagian kapal, menewaskan dua tentara, dan melukai tiga tentara lainnya yang ada dalam kapal. Saudi mengklaim serangan itu dilancarkan dengan serangan bunuh diri melalui perahu, sedangkan Ansarullah menayangkan video penyerangan tersebut untuk mendukung klaimnya.

“Serangan ini, baik dilancarkan dengan perahu-perahu kecil maupun dengan rudal, merefleksikan suatu perkembangan militer besar dalam perang Yaman dan adanya senjata-senjata sangat canggih pada koalisi Houthi-Salehi yang belum terungkap kecuali hanya pucuk gunung esnya saja,” tulis Atwan. (raialyoum)