Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 13 Januari 2022

Jakarta, ICMES. Juru bicara tentara Yaman yang bersekutu dengan pasukan Ansarullah, Brigjen Yahya Saree, menyatakan pihaknya menggelar operasi militer besar-besaran untuk “para antek” Uni Emirat Arab (UEA) dan anasir teroris ISIS dan berhasil menimpakan kerugian fatal pada mereka.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebuah tim yang berafiliasi dengannya meninjau pelabuhan Al-Salif, Yaman, dan menemui awak kapal Rwabee milik UEA yang disita oleh pasukan Ansarullah (Houthi) karena memuat peralatan militer pada awal bulan ini.

Rezim Zionis Israel mengaku berhasil membongkar dan melumpuhkan “sebuah jaringan intelijen” yang terdiri atas orang-orang perempuan Israel yang direkrut oleh  agen Iran untuk berbagai misi, termasuk mendapatkan dokumen militer Israel dan pengambilan gambar Kedubes Amerika Serikat (AS).

Berita Selengkapnya:

Pertempuran Sengit di Shabwah, Ansarullah Mengaku Tewaskan 500-an Teroris ISIS dan Antek UEA

bicara tentara Yaman yang bersekutu dengan pasukan Ansarullah, Brigjen Yahya Saree, menyatakan pihaknya menggelar operasi militer besar-besaran untuk “para antek” Uni Emirat Arab (UEA) dan anasir teroris ISIS dan berhasil menimpakan kerugian fatal pada mereka.

Dikutip Tasnim, Saree memastikan bahwa tentara Yaman dan Ansarullah (kubu Sanaa) berhasil mencegah gerak maju pasukan musuhnya di probinsi Shabwah, Yaman selatan, dan provinsi Ma’rib, Yaman tengah.

Di Twitter, Rabu (12/1), dia menyebutkan, “Dengan pertolongan Allah, pasukan kami berhasil mencegah gerak maju pasukan bayaran dan anasir ISIS yang disponspori UEA ke arah distrik Ain di Shabwah dan Harib di Ma’rib.”

Dia menambahkan bahwa operasi penghadangan berlangsung selama beberapa jam dan berhasil menahan gerak maju pasukan lawan yang didukung oleh serangan udara.

Laporan lain dari saluran Al-Masirah menyebutkan bahwa Saree mengatakan, “Dengan izin Allah, dalam beberapa hari lalu kami telah menimpakan kerugian yang sangat besar pada pasukan antek UEA dan anasir ISIS di provinsi Shabwha.”

Dia menambahkan, “Menurut beberapa sumber intelijen, jumlah orang yang tewas di barisan mereka sekira 515 orang, termasuk beberapa komandan musuh, sedangkan jumlah orang yang terluka lebih dari 850, sedangkan orang yang hilang 200.”

Saree kemudian menyebutkan jumlah kerugian materi pada pasukan lawannya dengan menyebutkan bahwa lebih sedikitnya 102 mobil lapis baja serta sejumlah artileri besar dan canggih hancur.

Menurutnya, ratusan pasukan antek UEA dan teroris ISIS itu tewas antara lain akibat gempuran rudal balistik, dan rincian lebih lanjut tentang operasi tersebut akan diungkap dalam waktu dekat.

“Tentara Yaman serta pasukan Komite Rakyat (Lijan Shaabiya/Ansarullah) telah mewujudkan gelora jihad dan pengorbanan nan gagah berani, mereka bangkit menghadang anasir ISIS dan pasukan bayaran UEA,” lanjutnya.

Saree kemudian melontarkan ancaman terhadap UEA dengan menegaskan, “Kami siap sepenuhnya membela negara dan bangsa melawan UEA sampai tercapainya kemenangan. Resiko eskalasi agresi UEA akan sangat besar, dan UEA harus siap menerima resiko aksi-aksinya.”

Senada dengan ini Mohammad Al-Bukhaiti, seorang anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, memperingatkan UEA untuk tidak melanjutkan agresinya di selatan Yaman.

Kepada situs Al-Araby, Al-Bukhaiti menjelaskan, “Ada kesepakatan antara Arab Saudi dan UEA di mana Saudi akan menyerahkan semua provinsi selatan Yaman, termasuk Shabwa, kepada UEA, dan sebagai imbalannya , UEA akan menggunakan semua kemampuan militernya seperti di masa lalu.”

Dia menambahkan, “Beberapa tahun yang lalu, UEA berusaha untuk berhenti menginvasi Yaman. Kami telah memberi UEA kesempatan dan membatalkan menyerang kedalaman wilayah negara ini. Sayangnya, UEA melanjutkan agresinya lagi.”

Dia lantas  memperingatkan, “Di sini, saya ingin menyarankan UEA untuk tidak melanjutkan aksi permusuhannya, karena jika berlanjut dengan tindakan permusuhannya maka Yaman harus menyerang kedalaman wilayahnya. Kami berada dalam keadaan perang.” (tasnim/almasirah/mna)

Tim PBB Temui Awak Kapal UEA yang Disita Ansarullah di Yaman

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebuah tim yang berafiliasi dengannya meninjau pelabuhan Al-Salif, Yaman, dan menemui awak kapal Rwabee milik Uni Emirat Arab (UEA) yang disita oleh pasukan Ansarullah (Houthi) karena memuat peralatan militer pada awal bulan ini.

Misi PBB untuk Mendukung Perjanjian Hodeidah (United Nations Mission to support the Hudaydah Agreement/UNMHA) dalam sebuah pernyataan yang diposting di akun Twitter-nya, Rabu (12/1), menyebutkan: “Malam ini, tim UNMHA melakukan kunjungan mingguan ke pelabuhan Salif dan daerah sekitarnya, dan tim UNMHA memeriksa kapal Rawabi dari jauh dan berkomunikasi dengan anggota krunya.”

Tim UNMHA mencatat dalam sebuah cuitannya bahwa “tim misi ini tidak melihat adanya indikasi militerisasi selama kunjungannya ke Pelabuhan Al-Salif, dan tim patroli yang tidak disebutkan namanya mengunjungi pasar ikan lokal dan sebuah sekolah di Saleef untuk berinteraksi dengan warga setempat.”

Pada 3 Januari lalu juru bicara tentara Yaman yang bersekutu dengan Ansarullah, Brigjen Yahya Saree, mengumumkan bahwa “sebuah kapal kargo UEA telah ditahan di lepas pantai provinsi Hudaydah karena membawa peralatan militer dan melakukan tindakan agresif.”

Saree juga menayangkan klip video yang memperlihatkan beberapa kendaraan militer dan amunisi yang ada di atas dek kapal tersebut.

Di pihak lain juru bicara koalisi Arab yang dipimpin Saudi, Turki Al-Maliki, menyebut bahwa kapal itu sedang dalam pelayaran dari Pulau Socotra, Yaman selatan, menuju ke pelabuhan Jizan, Saudi. Menurutnya, kapal itu memuat peralatan medis yang dipakai untuk mengoperasikan rumah sakit lapangan di pulau tersebut. (rt/almayadeen)

Israel Mengaku Lumpuhkan Jaringan Intelijen Perempuan yang Direkrut Iran

Rezim Zionis Israel mengaku berhasil membongkar dan melumpuhkan “sebuah jaringan intelijen” yang terdiri atas orang-orang perempuan Israel yang direkrut oleh  agen Iran untuk berbagai misi, termasuk mendapatkan dokumen militer Israel dan pengambilan gambar Kedubes Amerika Serikat (AS).

Badan Keamanan Israel Shin Bet dalam sebuah pernyataannya, Rabu (12/1), menyebutkan bahwa sejumlah orang perempuan Israel, yang identitasnya masih dirahasiakan, telah direkrut melalui Facebook oleh seorang agen Iran yang menggunakan nama Rambod Namdar dan mengaku sebagai seorang Yahudi yang tinggal di Iran.

“Sesuai permintaan Rambud, Komunikasi dengan para tersangka perempuan itu dilanjutkan via aplikasi WatsApp, dan dalam video chat Rambod enggan  memperlihatkan wajahnya dengan dalih kamera miliknya tidak berfungsi,” bunyi pernyataan tersebut.

Shin Bet menambahkan, “Meskipun mereka mencurigai Rambud sebagai intelijen Iran, beberapa dari mereka terus menghubunginya dan setuju untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka dan menerima uang darinya.”

Nama-nama perempuan itu tak boleh dipublikasikan sesuai dalam putusan pengadilan atas permintaan pembela para tersangka.

Disebutkan bahwa salah satu tersangka utama dalam kasus ini adalah seorang wanita berusia 40 tahun dari Holon, dekat Tel Aviv, yang telah berhubungan dengan Rambod selama beberapa tahun. Dia melakukan berbagai tugas, termasuk mengambil gambar Kedutaan Besar AS di Tel Aviv.

Rambod meminta tersangka pertama untuk mengarahkan putranya, yang akan mendaftar sebagai tentara Israel, untuk bertugas di Divisi Intelijen Militer.

Tersangka kedua, seorang wanita 57 tahun dari kota Beit Shemesh dekat Quds (Yerusalem), juga menerima permintaan untuk mendesak putranya bergabung dengan Intelijen Militer dan telah mendapat upah sebesar US$ 5000 dari Rambod untuk beberapa tugas selama periode empat tahun.

Di antara tugas yang dilakukan oleh tersangka kedua adalah “mentransfer dokumentasi militer kepada putranya, merekam video upacara wajib militer putranya, mendirikan klub untuk orang Yahudi asal Iran di Beit Shemesh, mengirimkan rincian tentang orang Israel yang aktif di klub, dan foto serta video kegiatan dan pertemuan klub”.

Perdana Menteri Naftali Bennett memuji Shin Bet karena dianggap berhasil melumpuhkan sebuah jaringan intelijen Iran.

“Israel sedang dalam kampanye melawan Iran. Kami melihat upaya yang jelas dan tiada hentinya oleh Korps Garda Revolusi Iran untuk merekrut warga Israel,” katanya.

Dia menambahkan bahwa Iran tidak hanya mencoba menyerang Israel secara fisik, melainkan juga mengincar  warga sipil dan masyarakat Israel, untuk menabur perpecahan dan mengacaukan Israel secara politik.

Desember lalu beberapa situs Israel terhantam gelombangan serangan siber yang oleh para ahli dikaitkan dengan serangan Iran.

Dan pada bulan November lalu jaksa penuntut umum Israel mendakwa seorang pria yang bekerja di rumah Menteri Pertahanan Benny Gantz sebagai mata-mata untuk kelompok peretas Black Shadow, yang juga dianggap terkait dengan Iran. (raialyoum/jp)