Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 29 Desember 2023

Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan Hamas telah memberi tahu Teheran bahwa mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk melanjutkan konfrontasi melawan Israel di Jalur Gaza selama berbulan-bulan.

Seorang jenderal purnawirawan Israel mengakui ketangguhan Hamas dalam melawan invasi militer Rezim Zionis Israel di Jalur Gaza.

Panglima pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC),  Mayjen Hossein Salami, menegaskan bahwa balas dendam Iran atas pembunuhan penasihat militer senior Iran oleh Israel di Suriah tidak lain akan berupa kemusnahan total rezim pendudukan Israel.

Berita Selengkapnya:

Kepada Iran, Hamas Mengaku Baru 14% Kapasitasnya yang Rusak

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan Hamas telah memberi tahu Teheran bahwa mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk melanjutkan konfrontasi melawan Israel di Jalur Gaza selama berbulan-bulan.

 “Menurut komandan Hamas, sejauh ini hanya 14% dari kapasitas perlawanan yang rusak,” kata Amir-Abollahian dalam pernyataan di kota Qom, Kamis (28/12), sembari menyebutkan  bahwa perang di Gaza sudah berlangsung lebih dari 80 hari, namun “Rezim Zionis belum mencapai apa pun”.

Amir-Adbollahian mengatakan panjang terowongan Hamas lebih panjang dari luas Gaza, dan bengkel pembuatan drone belum ditutup barang satu jam sekalipunpun sejak Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsapada 7 Oktober.

Menteri Luar Negeri Iran menambahkan bahwa popularitas resistensi melambung dan bahwa Hamas mengendalikan Gaza dan perang saat ini.

“Setelah Badai Al-Aqsa, lebih dari 70% masyarakat Gaza mengangkat senjata dan datang ke medan perang. Setelah mendobrak tembok, seluruh pemuda dan masyarakat Palestina datang ke arena dan membela negaranya,” terangnya.

Sementara  Rezim Zionis, menurutnya, “telah mengubah tujuannya di Gaza beberapa kali, namun gagal.”

Menyinggung dukungan penuh AS terhadap invasi Israel ke Gaza dan pesan berulang-ulang Washington kepada Iran bahwa mereka tidak ingin memperluas perang, Amir-Abdollahian mengatakan bahwa AS meminta Iran untuk membantu mencegah meluasnya perang.

“Pada setiap tahap, mereka mendapat respons yang kuat dan pemerintah meresponsnya di tingkat resmi,” katanya.

“Amerika berbohong ketika mengatakan mereka tidak berusaha memperluas perang,” katanya, seraya menyebutkan bahwa jika AS tidak ingin memperluas perang, mereka tidak akan mengirimkan peralatan dan senjata mereka ke Israel siang dan malam.

“Saat ini, senjata-senjata Amerika tiba di Tel Aviv dari semua pangkalan di kawasan tanpa henti. Selain itu, beberapa peralatan juga datang langsung dari Amerika di Siprus dan dikirim ke Tel Aviv dari Siprus,” ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa di PBB pun, sebuah proposal dibuat untuk menggunakan hubungan Iran dengan kubu resistensi Palestina untuk rencana pascaperang di Gaza,

“Tapi kami menyatakan bahwa rakyat Palestina harus menjadi pengambil keputusan sendiri,” sambungnya.

Amir-Abdollahian menyinggung munculnya kekuatan baru di dunia berupa Poros Resistensi.

“Emerging power tidak hanya berarti perekonomian Tiongkok. Saat ini, resistensi telah menjadi sebuah kekuatan,” katnya, mengacu pada kelompok anti-AS di Palestina, Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman.

Dia memuji Hizbullah Yaman dan Lebanon  dengan mengatakan bahwa mereka bertindak sangat berani dalam perang ini.

“Hari ini, Yaman telah menciptakan rezim hukum baru di Laut Merah,” katanya, mengacu pada aksi Yaman di perairan Bab el-Mandeb mencegat dan menyerang kapal-kapal Israel yang menuju pelabuhan Israel.

“Saat ini, para pemimpin perlawanan telah mencapai tingkat pandangan ke depan dan pemahaman yang tinggi dan telah menunjukkan hal ini dalam perang belakangan ini,” tambahnya.

Amir-Abdollahian juga menekankan bahwa sudah “banyak tindakan yang diambil oleh Republik Islam Iran dalam menciptakan Poros Perlawanan untuk menjamin keamanan di kawasan”, sehingga “saat ini Republik Islam tidak perlu mengambil tindakan apa pun.” (presstv)

Jenderal Israel Akui Ketangguhan Hamas

Seorang jenderal purnawirawan Israel mengakui ketangguhan Hamas dalam melawan invasi militer Rezim Zionis Israel di Jalur Gaza.

Dalam artikel yang diterbitkan New York Times (NYT), Mayjen (purn) Glora Eiland mengatakan, “Dari sudut pandang profesional, saya harus menghormati ketangguhan mereka. Saya tidak melihat tanda-tanda runtuhnya kemampuan militer Hamas atau kekuatan politik mereka untuk terus memimpin Gaza.”

NYT juga mengutip pernyataan Michael Milshtein, mantan perwira senior intelijen Israel, yang mengkritik pernyataan beberapa pejabat Israel yang menyebut Hamas berada pada titik puncaknya. Dia memperingatkan bahwa para pejabat tinggi Israel mungkin menciptakan ekspektasi yang salah mengenai lamanya invasi di Jalur Gaza.

“Mereka sudah lama mengatakan bahwa Hamas akan runtuh, tapi itu tidak benar. Setiap hari, kami menghadapi pertempuran yang sulit,” kata Milshtein.

NYT juga mengutip keterangan analis militer AS   bahwa hasil terbaik bagi Israel mungkin adalah melemahkan kemampuan militer Hamas, namun tujuan terbatas ini pun dianggap sebagai upaya yang sangat sulit.

Pada November lalu, Jenderal Charles Q. Brown dari AS mengatakan bahwa menumpas Hamas akan menjadi “perintah yang cukup besar.”

Dan pada tanggal 26 Desember, Dan Halutz, mantan panglima militer Israel, mengatakan rezimnya telah kalah dalam pertempuran melawan para pejuang Palestina di Gaza.

Dalam sebuah wawancara, Halutz mengatakan satu-satunya kemenangan yang bisa diraih adalah penggulingan perdana menteri. “Bagi saya, gambaran kemenangan adalah ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengundurkan diri,” tuturnya.

Dia juga mengatakan,“Tidak akan ada gambaran kemenangan karena gambar tersebut mencerminkan hilangnya 1.300 nyawa dan 240 tahanan, meskipun mereka telah kembali, dan sekitar 200.000 pengungsi yang gagal kembali ke rumah mereka.” (presstv)

IRGC: Balas Dendam Iran akan Berarti Kemusnahan Israel

Panglima pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC),  Mayjen Hossein Salami, pada hari Kamis (28/12), menegaskan bahwa balas dendam Iran atas pembunuhan penasihat militer senior Iran oleh Israel di Suriah tidak lain akan berupa kemusnahan total rezim pendudukan Israel.

 “Kami tidak akan pernah bersabar menghadapi gugurnya orang-orang kami. Balas (dendam atas gugurnya) Sayid Razi tidak lain hanyalah penghapusan rezim Zionis,” ungkap Salami pada prosesi pemakaman Brigjen Sayid Razi Mousavi, seorang komandan IRGC yang menjadi gugur akibat serangan udara   Israel di lingkungan Damaskus empat  hari lalu.

Salami juga menyebut Mousavi sebagai “salah satu komandan IRGC yang paling berpengalaman dan efektif” di front perlawanan.

Menurutnya, komandan yang terbunuh itu adalah rekan jenderal legendaris Iran,  Qassem Soleimani, katanya, dan Mousavi tidak pernah meninggalkan gelanggang jihad   selama 45 tahun terakhir.

Jenderal Soleimani dibunuh oleh AS di Irak pada Januari 2020. Dia sangat dihormati karena peran pentingnya dalam penumpasan kelompok teroris ISIS buatan AS dan  Israel di Timteng, khususnya  Irak dan Suriah.

“Dia (Mousavi) tetap teguh sepeninggal Haji Qassem dan menemani (Komandan Pasukan Quds IRGC, Brigjen Esmail)  Qaani,” kata Salami.

“Musuh mengenalnya lebih baik daripada kami karena menerima pukulan hebat darinya. Musuh mengetahui peran dan pengaruhnya terhadap rantai kekuasaan yang tak ada habisnya,” imbuh Salami.

Salami juga mengatakan bahwa Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan  Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober sepenuhnya dirancang dan dilakukan oleh pihak Palestina sendiri. (presstv)