Rangkuman Berita Timteng Rabu 2 Januari 2019

jubir taliban zabihullahJakarta, ICMES: Juru bicara kelompok Taliban Zabihullah Mujahid yang pernah sempat berkuasa di Afghanistan menyatakan pihaknya telah berkunjung  ke Iran dalam rangka mengupayakan perdamaian di Afghanistan.

Ketua Dewan Sipil di Raqqa, Mishlab Darwish, mengatakan bahwa hubungan dewan ini dan Pasukan Demokrasi Suriah” (SDF) dengan dengan Presiden Suriah Bashar Assad adalah ibarat anak dengan ayahnya, dan mereka sedang dalam kondisi siaga penuh.

Puluhan  orang yang sebagian besar militan tewas dalam kontak senjata sengit beberapa faksi militan melawan kelompok militan Hay’at Tahrir Sham alias Jabhat al-Nusra  di bagian baratprovinsi Aleppo, Suriah.

Pemerintah Inggris diam-diam masih melanjutkan perjanjian penjualan senjatanya kepada Arab Saudi dalam beberapa pekan setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.

Berita selengkapnya:

Kelompok Taliban Mengaku Telah Berkunjung Ke Iran

Juru bicara kelompok Taliban Zabihullah Mujahid yang pernah sempat berkuasa di Afghanistan, Selasa (1/1/2019), menyatakan pihaknya telah berkunjung  ke Iran dalam rangka mengupayakan perdamaian di Afghanistan.

Pernyataan ini merupakan konfirmasi atas pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasimi sehari sebelumnya bahwa delegasi Taliban yang dikenal memusuhi Iran belakangan ini justru telah melawat Iran dalam rangka mewujudkan stabilitas di Afghanistan.

Menurut Qasimi, delegasi Taliban telah mengadakan pertemuan dengan delegasi Iran yang dipimpin oleh Abbas Araghchi.

Zabihullah Mujahid dalam sebuah statemennya  menyatakan, “Delegasi Taliban dikirim ke Teheran untuk berunding dengan para pejabat (Iran) mengenai situasi di Afghanistan pasca pendudukan dan tercapainya perdamaian dan keamanan di negara ini serta kawasan regional dan negara-negara tetangga.”

Dia menjelaskan bahwa delegasi Taliban memang melakukan kunjungan secara kontinyu ke negara-negara jiran Afghanistan demi mendapatkan dukungan politik dan moral dari mereka serta demi menggalang kerja sama dengan mereka dalam upaya mengakhiri pendudukan Afghanistan oleh Amerika Serikat (AS) dan mewujudkan perdamaian.

Kunjungan itu dilakukan melalui koordinasi dengan otoritas Afghanistan serta dalam konteks peranan Iran sebagai kekuatan regional yang berpengaruh untuk mewujudkan perdamaian di Afghanistan, negara yang telah sekian lama didera dua perang, terutama sejak kelompok-kelompok teroris tumbuh subur di Afghanistan akibat pendudukan atas negara ini oleh AS. (alalam)

Tokoh Kurdi Suriah Memuji Hubungan Dengan Presiden Assad

Ketua Dewan Sipil di Raqqa, Mishlab Darwish, mengatakan bahwa hubungan dewan ini dan Pasukan Demokrasi Suriah” (SDF) dengan dengan Presiden Suriah Bashar Assad adalah ibarat anak dengan ayahnya, dan mereka sedang dalam kondisi siaga penuh.

Sebagaimana dilaporkan al-Alam, Selasa (1/1/2019), media lokal Raqqa menyebutkan bahwa Darwish mengatakan hal tersebut dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 200 dosen Fakultas Sains di kota Raqqa, Suriah utara, Sabtu 29 Desember 2018, guna memperjelas orientasi politik mereka menuju “perjanjian” dengan tentara Suriah untuk pengerahan pasukan di perbatasan Suriah-Turki guna mencegah “invasi pasukan agresor Turki”.

Darwish menambahkan, “Lembaga-lembaga negara Suriah akan segera ada di kota Raqqa, dan bentuk pemerintahan berikutnya adalah sistem federal atau desentralisasi.”

Sebelumnya, milisi Kurdi Unit Perlindungan Rakyat (YPG) yang merupakan elemen utama SDF telah meminta pemerintah Suriah mengambil kendali atas kota  Manbij demi melindunginya dari invasi Turki. YPG juga meminta Damaskus “menegaskan kontrolnya” atas daerah-daerah yang telah ditinggal oleh YPG demi menghindari serangan pasukan Turki. (alalam)

Kontak Senjata Sesama Militan Teroris Di Suriah, 20 Orang Tewas

Sekira 20 orang yang sebagian besar militan tewas dalam kontak senjata sengit beberapa faksi militan melawan kelompok militan Hay’at Tahrir Sham alias Jabhat al-Nusra  di bagian baratprovinsi Aleppo, Suriah utara, Selasa (1/1/2018). Demikian dikabarkan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

Hay’at Tahrir Sham dan berbagai faksi militan yang berafiliasi dengan Front Pembebasan Nasional (FNL) mengendalikan Idlib dan beberapa provinsi di sekitarnya, termasuk pedesaan Aleppo barat. Di wilayah ini juga kerap terjadi pertempuran antarfaksi militan yang bersaing.

Hay’at Tahrir Sham menuduh Gerakan Nuruddin Zanki, salah satu komponen utama FNL yang didukung oleh Turki, telah membunuh lima anggotanya, dan melancarkan serangan langsung terhadap posisi mereka di pedesaan Aleppo barat yang berbatasan dengan Idlib.

“Bentrokan pada hari Selasa menewaskan 17 militan, termasuk 12 dari Hay’at Tahrir Sham dan lima dari Zanki, serta dua warga sipil, termasuk seorang perawat,” kata Direktur SOHR, Rami Abdul Rahman kepada AFP.

Konfrontasi yang dikabarkan masih berlanjut itu juga telah menjatuhkan 35 korban luka.

Dalam serangan terhadap Gerakan Nuruddin Zanki, yang aktif terutama di barat Aleppo, Hay’at Tahrir Sham menguasai dua desa dan kemudian menyerbu kota Dara Azza, tempat berlanjutnya pertempuran itu.

Menurut SOHR, beberapa faksi lain yang bernaung di bawah FNL bergabung dengan Nurreddine Zanki dalam pertempuran melawan Hay’at Tahrir Sham, dan sejumlah faksi pro-Turki di timur laut Aleppo juga mengirim bala bantuan.

Idlib dan wilayah sekitarnya dalam dua tahun terakhir kerap dilanda ketegangan Hay’at Tahrir Sham dengan faksi-faksi lain, terutama Gerakan Nuruddin Zinki.

Melalui pertempuran internal yang berulang pada tahun 2017 dan 2018, Hay’at Tahrir Sham berhasil menjadi terkuat, dapat mengusir faksi-faksi lain dari banyak wilayah, dan memperluas kendalinya atas sebagian besar wilayah, sementara faksi-faksi lain tersebar di kawasan terbatas.

Idlib dan sekitarnya adalah wilayah pengaruh Turki sehingga negara ini menyebar banyak pos pemantau di sana. (raialyoum)

Meski Ada Kasus Khashoggi, Kesepakatan Senjata Inggris-Arab Saudi “Diam-Diam” Masih Jalan

Pemerintah Inggris diam-diam masih melanjutkan perjanjian penjualan senjatanya kepada Arab Saudi dalam beberapa pekan setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Demkian dilaporkan surat kabar The Independent, Selasa (1/1/2019).

Surat kabar Inggris itu menambahkan bahwa para pejabat Kementerian Perdagangan Inggris yang bertugas menjalin kesepakatan senjata dengan pihak luar negeri telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan mitra mereka dari Saudi untuk membahas kesepakatan ini.

The Independent menyebutkan bahwa delegasi dari Badan Pertahanan dan Keamanan Inggris, sebuah kantor  dalam Kementerian Perdagangan, yang bertanggung jawab untuk ekspor senjata, diam-diam telah berkunjung ke Riyadh pada 14-22 Oktober 2018.

Sumber informasi The Independent tentang ini adalah permintaan surat kabar Inggris Mirror untuk menyelidiki perkembangan itu sesuai klausa kebebasan informasi yang dijamin konstitusi.

Kunjungan itu terakhir kalianya adalah pada 22 Oktober, ketika Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, menyatakan kecaman negaranya atas pembunuhan Khashoggi “dengan ungkapan sekeras mungkin” dalam pidato di depan parlemen.

Dia kemudian mengumumkan pembatalan rencana kunjungan ke Riyadh oleh Menteri Perdagangan Liam Fox, tapi tidak mengungkap pertemuan mengenai kesepakatan senjata, menurut sumber yang sama.

The Independent mengingatkan bahwa bahkan sebelum kematian Khashoggi, pemerintah Inggris secara luas dikritik karena memasok senjata kepada Arab Saudi yang memimpin invasi militer ke Yaman.

Seperti diketahui, pembunuhan Khashoggi yang diduga didalangi oleh Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman pada awal Oktober lalu itu telah memicu gelombang kemarahan internasional dan tuntutan agar pihak yang berwenang mengungkap keberadaan mayat  Khashoggi dan dalang pembunuhan. (raialyoum)