Rangkuman Berita Utama Timteng  Selasa 29 September 2020

iran IRGCJakarta, ICMES. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menegaskan bahwa serangan rudal pasukan elit Iran ini terhadap pangkalan militer AS di Irak hanyalah merupakan puncak gunung es pembalasan sengit Iran atas pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds IRGC Letnan Jenderal Qassem Soleimani.

Juru Bicara IRGC Brigjen  Ramazan Sharif menyatakan bahwa posisi Amerika Serikat (AS) dan Eropa lemah dan tak mampu berkonfrontasi dengan Iran.

Azerbaijan mengumumkan mobilisasi terbatas prajurit cadangan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Gerakan Ansarullah bersumpah bahwa gerakan ini akan terus berjuang membebaskan kota dan provinsi Ma’rib bersama kelompok-kelompok adat setempat.

Berita selengkapnya:

IRGC: Balasan Telak atas Darah Jenderal Soleimani Pasti akan Datang

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menegaskan bahwa serangan rudal pasukan elit Iran ini terhadap pangkalan militer AS di Irak hanyalah merupakan puncak gunung es pembalasan sengit Iran atas pembunuhan mantan komandan Pasukan IRGC Quds Letnan Jenderal Qassem Soleimani.

“Pembalasan itu ialah bahwa AS harus meninggalkan kawasan dan ini akan terjadi. Serangan terhadap Ain Al-Assad hanyalah deklarasi tekad Republik Islam untuk pembalasan,” ungkap Wakil Panglima pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Bidang Koordinasi Brigjen Mohammad Reza Naqdi dalam wawancara dengan TV pemerintah, Ahad (27/9/2020).

“Serangan terhadap Ein Al-Assad sangat penting, dan semua kekuatan dunia mengirim pesan ke Iran bahwa mereka tidak berani melakukannya. Dunia memahami betapa Republik Islam (Iran) perkasa dan betapa AS telah semakin lemah… Serangan itu memiliki konsekuensi yang sangat besar tapi itu bukan balasan telak (yang menjadi sumpah Iran),” lanjutnya.

Jenderal legendaris Iran Qassem Soleimani terbunuh oleh serangan pesawat nirawak AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020, yang juga menewaskan Wakil Komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF) Abu Mahdi al-Muhandis.

Pada 8 Januari, Pasukan Dirgantara IRGC mulai membalas dengan merudal pangkalan udara AS Ain Al-Assad di bagian barat daya Irak dekat perbatasan Suriah dan pangkalan udara yang dioperasikan AS di Arbil.

Laporan awal menyebutkan sistem radar dan perisai pertahanan rudal di Ain Al-Assad gagal beroperasi dan mencegat rudal Iran. Laporan tidak resmi mengatakan sistem radar pusat tentara AS di Ein Al-Assad lumpuh akibat perang elektronik.

Gempuran dengan belasan rudal yang meluluh lantakkan pangkalan Ain al-Assad itu menjadi serangan langsung pertama terhadap tentara AS sejak Perang Dunia II, dan petinggi IRGC mengatakan tak satupun rudalnya dapat dicegat oleh AS.

Pada akhir Juni lalu Iran mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 36 pejabat AS dan negara lain yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani. (fna)

Jubir IRGC: AS dan Eropa Tak Sanggup Berkonfrontasi dengan Iran

Juru Bicara pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Brigjen  Ramazan Sharif menyatakan bahwa posisi Amerika Serikat (AS) dan Eropa lemah dan tak mampu berkonfrontasi dengan Iran.

” Amerika dan Eropa sekarang jauh lebih lemah dibanding dahulu dalam memperlakukan Iran. Mereka tidak akan dapat berkonfrontasi dengan Iran di area mana pun,” sumbar Sharif dalam pidatonya pada sebuah upacara di provinsi Timur Laut Khorassan Razavi, Senin (28/9/2020).

Dia menjelaskan bahwa tekad kuat dan ketaatan bangsa Iran kepada Pemimpin Besarnya, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, telah membuat musuh tak berdaya menghadapi Iran.

Senada dengan ini, Wakil Komandan Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Mohammad Hossein Dadras Sabtu lalu menyebut kekuatan AS untuk memaksakan kebijakan sepihaknya kepada dunia sedang menurun.

“Sekarang kami telah mencapai kekuatan dan kehormatan di mana jika kami mengirim kapal ke seberang lain dunia (Amerika Latin) maka kami dapat menjalankan misi ini dengan baik tanpa ada gangguan: ini merupakan bayang-bayang kekuatan kami di wilayah itu, ” kata Jenderal Dadras.

Dia juga mengatakan bahwa negara-negara yang berada di bawah hegemoni AS kini menjauh darinya.

“Kami menyaksikan kekuatan dunia baru dimana unilateralisme (AS) sedang dimusnahkan,” tegasnya. (fna)

Armenia Rebut Nagorno-Karabakh, Azerbaijan Umumkan Mobilisasi

Azerbaijan mengumumkan mobilisasi terbatas prajurit cadangan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

“Presiden Azerbaijan (Ilham Aliyev) telah menandatangani keputusan mobilisasi parsial di Azerbaijan,” , ungkap layanan pers kepresidenan Azerbaikan kepada kantor berita Sputnik milik Rusia, Senin (28/9/2020).

Disebutkan bahwa keputusan presiden itu berlaku sejak hari penandatanganannya.

Sementara itu, militer Armenia dalam sebuah statemennya mengumumkan pihaknya telah memulihkan sejumlah posisi yang sebelumnya hilang.

“Pada malam hari, pertempuran intensif berlanjut ke arah selatan, tenggara, dan utara dari garis depan. Akibat serangan balik, pasukan dari Tentara Pertahanan (Nagorno-Karabakh) menimbulkan kerugian besar pada personel musuh dan peralatan militer,”bunyi statemen itu.

Kementerian Pertahanan Armenia menyatakan bahwa Azerbaijan menggunakan peluncur roket berat BM-30 Smerch terhadap Nagorno-Karabakh.  (sputnik)

Ansarullah Bersumpah Rebut Ma’rib Bersama Suku-Suku Setempat

Ketua Dewan Tinggi Revolusi Yaman yang berafiliasi dengan Gerakan Ansarullah, Mohammed Ali al-Houthi, bersumpah bahwa gerakan ini akan terus berjuang membebaskan kota dan provinsi Ma’rib bersama kelompok-kelompok adat setempat.

Dia juga menyebut Amerika Serikat (AS) dan Barat sebagai biang kehancuran dan pembantaian di Yaman.

“Intervensi AS, Arab Saudi, Inggris, Uni Emirat Arab (UEA)dan negara-negara sekutunya dalam invasi terhadap Yaman adalah penyebab pembunuhan dan kehancuran yang menimpa bangsa negara ini,” kata al-Houthi.

Dia menambahkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertindak memuaskan negara-negara agresor dengan cara menerima semua proposal yang mereka buat, sementara mereka sendiri tidak menerima proposal apapun yang dibuat oleh Pemerintah Keselamatan Nasional yang berkedudukan di Sanaa, ibu kota Yaman.

Al-Houthi menegaskan tekad tentara Yaman dan Komite Rakyat yang berafiliasi dengan Ansarullah untuk terus bertempur melawan pasukan loyalis Hadi dan para sekutunya untuk membebaskan kota dan provinsi strategis Ma’rib bersama dengan kelompok-kelompok suku setempat.

“Suku-Suku Ma’rib terhormat dan sadar bahwa membela Yaman adalah pendirian yang wajar,” ungkapnya.

Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan invasi militer di Yaman sejak Maret 2015 sampai sekarang dengan dalih membela dan memulihkan pemerintahan presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi.

Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata (ACLED), sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba yang berbasis di AS, memperkirakan bahwa perang yang sudah lebih dari lima tahun melanda Yaman telah merenggut lebih dari 100.000 nyawa.

Meski tampak jauh tak seimbang dari segi senjata dan alat tempur, Gerakan Ansarullah yang didukung oleh Angkatan Bersenjata Yaman terus melawan serangan dan menghadang ambisi aliansi yang dipimpin Saudi. (fna)