Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 22 Maret 2019

ayatullah khamenei melambaiJakarta, ICMES: Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam pidato sambutannya untuk tahun baru Norouz menyinggung berbagai persoalan negaranya dengan pihak luar, terutama mengenai ancaman Amerika Serikat (AS), kemunafikan Eropa, dan keburukan rezim Arab Saudi.

Seorang pejabat Kurdi di bidang media menepis laporan yang menyatakan bahwa Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang berkomponen utama milisi Kurdi telah berhasil menguasai sepenuhnya kantung terakhir kelompok teroris ISIS di Suriah.

Sebuah perahu penyeberangan yang sarat penumpang terbalik di Sungai Tigris dekat kota Mosul, Irak utara, mengakibatkan sedikitnya 83 orang meninggal dunia.

Berita selengkapnya:

Sambut Tahun Baru Iran, Ayatullah Khamenei Eropa Pengkhianat Dan Rezim Saudi Terburuk Di Dunia

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam pidato sambutannya untuk tahun baru Norouz, yaitu kelender yang berlaku di Iran, di kota Masyhad, Iran,  Kamis (21/3/2019), menyinggung berbagai persoalan negaranya dengan pihak luar, terutama mengenai ancaman Amerika Serikat (AS), kemunafikan Eropa, dan keburukan rezim Arab Saudi.

“Salah satu orang AS yang terbodoh tahun lalu mengatakan, ‘Jika kita keluar dari perjanjian nuklir (Iran dengan negara-negara terkemuka dunia) maka akan terjadi pemberontakan di jalanan Iran, dan rakyat Iran bahkan tidak akan bisa mendapatkan sesuap roti.’ Tentu juga ada orang terbodoh lain yang mengaku akan dapat berpesta di Teheran usai Natal 2018,” ungkap Ayatullah Khamenei.

Dia menilai tekanan terhadap bangsa Iran justru “dapat menjadi pengalaman bagi kita, dan kesempatan untuk melihat kekurangan dan kelemahan kita” sembari menyebutkan bahwa berbagai pihak yang berkompeten di negara republik Islam ini sudah mulai mempelajari peluang-peluang untuk mendatangkan pendapatan dari ekspor non-minyak.

Mengenai daya pertahanan militer Iran dia mengatakan bahwa negara ini sekarang berada di level tertinggi di kawasan di bidang alutsista.

“Kita akan terus memperkuat insfrastruktur pertahanan kita, dan pantang tunduk kepada tekanan pihak-pihak lain… Iran memiliki kepalan tinju dan tangan yang kuat. Kita juga harus mencapai titik ini di bidang ekonomi. Kesempatan untuk ini tersedia di tengah ancaman musuh-musuh Republik Islam Iran,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Kita sendiri yang harus membangun kekuatan pertahanan ekonomi ini, jangan mengharapkan bantuan Barat…. Kita boleh mencurigai Barat akan bersekongkol, berkhianat, dan menikam dari belakang, tapi tak boleh berharap bantuan dan kebaikan dari mereka.”

Menurutnya, Barat dulu membantu rezim despotik Iran yang telah ditumbangkan oleh revolusi Islam, tapi bantuan itu sebenarnya bukan untuk rezim itu, melainkan untuk kepentingan Barat sendiri, demi memperkuat hegemoni mereka, untuk memasarkan komoditas militer mereka, dan membantu para penasehat militer AS.

Menyinggung tragedi teror yang menggugurkan puluhan warga Muslim di dua masjid di Selandia Baru, Ayatullah Khamenei menyoal, “Bukankah ini adalah teror, sesuai istilah mereka (Barat)?  Tapi televisi dan media Eropa tak siap menyebutnya peristiwa teror sehingga menyebutnya aksi bersenjata. Jadi, kalau terjadi gerakan terhadap orang yang disukai Barat maka hal itu akan mereka sebut teror dan pelanggaran HAM, tapi dalam kasus ini mereka tidak mengatakan dengan jelas bahwa tindakan itu adalah teror.”

Mengenai rezim Arab Saudi, Ayatullah Khamenei mengaku “tidak menemukan rezim yang lebih buruk darinya di kawasan Timteng, dan bahkan bisa jadi di dunia.”

Dia menambahkan, “Ini adalah rezim diktator, korup, zalim, dan sekaligus antek. Tapi di saat yang sama, Barat menyediakan fasilitas nuklir untuknya, membangunkan stasiun nuklir untuknya, dan mengumumkan bahwa mereka membangun pusat-pusat pembuatan rudal. Tak masalah, sebab rezim ini memang antek Barat, dan ketika mereka melakukannya maka kamipun tidak akan menyesalkannya, sebab saya tahu bahwa semua itu nanti juga akan jatuh ke tangan para mujahidin Islam di masa mendatang yang terlalu lama, insya Allah.” (alalam)

SDF Bantah ISIS Sudah Tersapu Total Di Baghouz

Seorang pejabat Kurdi di bidang media menepis laporan yang menyatakan bahwa Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang berkomponen utama milisi Kurdi telah berhasil menguasai sepenuhnya kantung terakhir kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS/ISIL/DAESH) di Suriah.

“Operasi militer masih berlangsung di Baghouz,” ujar pejabat anonim itu kepada kantor berita Reuters, Kamis (21/3/2019).

Sebelumnya di hari yang sama, kantor berita Kurdi Hawar memberitakan bahwa SDF telah menguasai sepenuhnya kantung terakhir ISIS di Baghouz, dan bahwa kawanan teroris berfaham Salafi/Wahhabi itu sudah terkalahkan sepenuhnya dalam pertempuran yang telah berlangsung sekian minggu.

Mengutip pernyataan reporternya, Hawar saat itu melaporkan, “SDF telah membebaskan Baghouz secara total dari ISIS, dan dengan demikian pertempuran telah berakhir dengan kekalahan ISIS dan kemenangan SDF.”

Rabu malam lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menyatakan bahwa pada malam itu pula ISIS akan tertumpas di markas terakhirnya di Suriah.

Trump memperlihatkan selembar kertas untuk mendukung klaim kemenangan atas ISIS, serta menunjukkan dua peta wilayah kontrol kelompok teroris ISIS di Irak dan Suriah, sembari menyebutkan bahwa peta itu “baru saja keluar 20 menit yang lalu.”

“Pada malam pemilu tahun 2016, semuanya yang merah adalah ISIS,” kata Trump sembari menunjuk ke warna merah pada peta itu.

“Sekarang di bagian bawah, tidak ada merah… Sebenarnya, ada sebuah tempat kecil (Baghouz –red.), yang akan hilang malam ini,” lanjutnya. (raialyoum/cnn)

Kapal Tenggelam Di Sungai Tigris, 83 Orang Tewas

Sebuah perahu penyeberangan yang sarat dengan warga yang sedang merayakan tahun baru Kurdi dan Hari Ibu terbalik di Sungai Tigris dekat kota Mosul, Irak utara, mengakibatkan sedikitnya 83 orang meninggal dunia.

Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak kecil yang sempat berusaha berenang melawan derasnya deras, dan terlihat sembulan kepala mereka terombang-ambing di air di seberang restoran dan taman hiburan tempat warga menggelar perayaan pada beberapa menit sebelumnya.

Warga mencatat bahwa korban tewas akibat kecelakaan ini merupakan yang terburuk, dan diperkirakan masih akan meningkat, sementara banyak orang masih menunggu di tepi Sungai Tigris untuk mengetahui nasib dan kabar anggota keluarganya yang menjadi korban.

Kolonel Hussam Khalil, kepala pertahanan sipil di provinsi Nineveh, Irak utara, mengatakan kepada Associated Press bahwa tragedi mematikan ini terjadi ketika sebagian warga berdatangan ke kawasan wisata Ghabat untuk merayakan Nowruz, yang menandai tahun baru Kurdi sekaligus tibanya musim semi.

Perahu itu sempat mengantarkan sebagian warga ke sebuah pulau kecil di dekatnya.

Abdulrazzaq Falih, seorang relawan penyelamat, mengatakan bahwa dia bersama polisi  telah mengangkat lebih dari 20 mayat dari air.

“Anak-anak, perempuan, dan remaja, apa yang bisa saya katakan? Situasi yang sulit,” katanya.

Seorang warga bernama Abdul-Jabbar al-Jbouri menyeru polisi untuk mencari istri dan anak-anaknya.

“Istri dan tiga anak perempuanku ada di dalam air!” teriaknya.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri  Irak Mayjen Saad Maan menyatakan sebanyak 55 orang berhasil diselamatkan, termasuk 19 anak kecil.

Saksi mengatakan bahwa perahu terbalik dan tenggelam akibat kelebihan muatan.

Mosul adalah kota di Irak utara yang porak poranda oleh perang melawan kelompok teroris ISIS yang sempat mendudukinya selama tiga tahun. Pasukan Irak berhasil menumpas ISIS di Mosul pada tahun 2017 melalui operasi militer yang sangat berat dan membuat kota ini berubah menjadi puing dan reruntuhan, dan proses rekonstruksinya masih berlangsung sampai sekarang. (presstv)