Rangkuman Berita Timteng Rabu 8 November 2017

bin-salman-vs-bin-talalJakarta, ICMES: Pangeran Saudi Waleed Bin Talal Bin Abdulaziz Al-Saud yang sudah ditahan di Saudi sejak empat hari lalu pernah diperingatkan oleh intelijen asing berbagai supaya mewaspadai da mengantisipasi perangai Putera Mahkota Mohammad Bin Salman.

Sumber-sumber perbankan mengungkap bahwa otoritas Arab Saudi bekerjasama dengan bank pusat dan bank-bank lokal telah membekukan sekira 1000 – 1300 rekening  bank para emir dan tokoh Saudi yang ditahan dengan tuduhan terlibat tindak pidana korupsi.

Presiden Lebanon Michel Aoun dalam kontak telefon dengan sejawat Iran-nya, Hassan Rouhani, menyebut situasi di Lebanon “sulit”, namun tetap aman, stabil, terkendali.

Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengancam akan merudal semua bandara dan pelabuhan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Berita selengkapnya;

Ini Dia, Kisah Persiteruan Bin Salman Dengan Bin Talal

Pangeran Saudi Waleed Bin Talal Bin Abdulaziz Al-Saud sudah ditahan di Saudi sejak empat hari lalu. Sebelumnya, berbagai pihak di luar negeri sudah menasehatinya supaya mewaspadai da mengantisipasi perangai Putera Mahkota Mohammad Bin Salman yang menganggapnya sebagai lawan dalam pergesekan di tubuh Kerajaan.

Bin Talal selama ini tampak tidak berminat dalam persaingan perebutan tahta, namun Bin Salman terusik oleh berbagai postingannya di media sosial Twitter karena cuitannya mendapat perhatian dari media internasional yang juga mencitrakannya sebagai pengusaha sukses level dunia yang masuk dalam 10 besar orang terkaya sejagad.

Hubungan Bin Salman dengan Bin Talal mulai tak nyaman setelah Bin Talal belakangan ini meragukan tujuan di balik “Visi 2030” yang digadang Bin Salman sebagai cakrawala dan pilar ekonomi untuk masa depan Saudi demi mengurangi kebergantungan negara ini kepada pendapatan minyak. Bin Talal terang-terangan menyatakan keraguannya dalam berbagai forum di dalam maupun di luar negeri.

Sebelumnya, Bin Talal menyambut baik dan memuji visi itu, dan dia sendiri juga selalu menekankan investasi di luar perminyakan, tapi belakangan dia malah mengkritisinya dalam berbagai forum dan mengaku heran pada kebijakan politik yang justru mengalahkan kebijakan investasi untuk mengaktifkan visi tersebut.  Dia juga termasuk salah satu pangeran senior yang menuntut transparansi mutlak untuk pastisipasi dalam aktivasi visi itu.

Bin Talal mendapat peringatan keras ketika sejumlah media memublikasi putusan hukum terhadapnya pada Januari lalu dan menyebutkan bahwa dia diasingkan dari tugas kenegaraan serta dilarang bepergian keluar negeri karena enggan memenuhi dana yang diminta kepadanya.

Bin Salman semula berharap Bin Talal bisa berperan sebagai tangan kanannya di bidang ekonomi dengan asumsi bahwa partisipasi Bin Talal di semua proyek bisa menjadi jaminan bagi para investor domestik dan mancanegara.

Betapapun demikian, persiteruan yang lebih nyata Bin Talal dengan Putera Mahkota Saudi terjadi ketika Bin Talal bersikukuh supaya Pangeran Mohammad Bin Nayef yang sedang menjalani tahanan paksa dihadirkan di depan para pangeran lain untuk didengar keterangannya; apakah dia meletakkan statusnya sebagai putera mahkota dengan suka rela ataukah akibat tekanan terhadapnya.

Bin Talal bukanlah sosok karib bagi Bin Nayef. Dia bahkan meminta Bin Nayef agar bermufakat dengan seluruh keluarga kerajaan mengenai keinginannya supaya “tradisi kerajaan tetap dilestarikan”. Bin Talal meminta demikian supaya keluarga kerajaan tidak terjerumus pada situasi panas dan aksi saling jegal.

“Kita bukan Suriah ataupun Libya sehingga kita saling jegal, dan kita juga bukanlah revolusi yang menelan anak-anaknya sendiri,” ungkap Bin Talal dengan nada marah di depan para pangeran Saudi, seperti ditirukan oleh sejumlah sumber.

Sumber-sumber terpercaya mengatakan bahwa pihak-pihak intelijen Barat sudah mengingatkan Bin Talal karena sepupunya yang bernama Mohamad Bin Salman itu sudah menjadi “Raging Bull” atau sapi ‘kesurupan’ dalam ambisinya untuk meraih tahta sehingga menerabas semua tradisi.

Namun, Bin Talal rupanya mengabaikan peringatan itu meskipun dia melihat sendiri apa yang terjadi pada Bin Nayef yang juga saudara sepupunya. Dia merasa aman dari segala resiko karena semua orang memandangnya tidak berambisi merebut tahta. Tapi sayang, anggapannya itu meleset dan sekarang dia terkurung di istana pamannya, Raja Salman Bin Abdulaziz, bersama para emir lainnya.

Bin Salman menuduh Bin Talal melakukan praktik pencucian uang. Bin Salman mengetahui Bin Talal tidak mungkin bisa dijerat dengan tuduhan mengakuisisi uang negara karena tidak menduduki jabatan resmi yang memungkinkannnya untuk menjamah dan menggelapkan anggaran negara, tak seperti para pengeran lain yang juga ditangkap, tapi Bin Salman ingin menjeratnya dengan tuduhan menggunakan dana yang didapat oleh para pangeran lain dari anggaran negara sebagai modal usaha. (rayalyoum)

Saudi Bekukan 1300 Rekening Bank Para Tahanan

Sumber-sumber perbankan mengungkap bahwa otoritas Arab Saudi bekerjasama dengan bank pusat dan bank-bank lokal telah membekukan sekira 1000 – 1300 rekening  bank para emir dan tokoh Saudi yang ditahan dengan tuduhan terlibat tindak pidana korupsi.

Sumber-sumber itu, Selasa (7/11/2017),mengatakan kepada kantor berita Turki, Anadolu, bahwa jumlah rekening itu masih berpotensi meningkat drastis bersamaan dengan bertambahnya jumlah orang yang ditahan, atau bersamaan dengan pembekuan rekening-rekening baru orang-orang yang sudah ditahan.

Sementara itu, Saudi juga akan mengumumkan bahwa perusahaan-perusahaan milik para tahanan masih dapat melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Kantor berita Saudi, SPA, melaporkan bahwa Putera Mahkota Mohamad Bin Salman telah menugaskan para menteri terkait agar melakukan tindakan yang memungkinkan perusahaan-perusahaan dan direksi-direksi eksekutif yang ada di dalamnya tetap melanjutkan aktivitas perekonomian, proyek, transaksi keuangan, dan adminitrasi sesuai sistem dan peraturan internal masing-masing, dan mengindahkan hak semua pihak terkait.

Raja Salman Bin Abdulaziz Sabtu lalu mengeluarkan beberapa dekrit yang satu di antaranya memerintahkan pembentukan komisi tinggi di bawah pimpinan Putera Mahkota Mohamad Bin Salman untuk penyelidikan kasus-kasus korupsi dan pengambilan tindakan hukum terhadap para tersangka.

Menyusul dekrit ini, TV Alarabiya yang didanai Saudi mengutip laporan beberapa sumber anonim bahwa komisi itu telah menahan 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan pejabat karena diduga terlibat tindak korupsi. (rayalyoum)

Kontak Telefon Dengan Rouhani, Aoun Menyatakan Situasi Di Lebanon “Sulit”

Presiden Lebanon Michel Aoun dalam kontak telefon dengan sejawat Iran-nya, Hassan Rouhani, Selasa (7/11/2017), menyebut situasi di Lebanon “sulit”, namun tetap aman, stabil, terkendali. Dia juga menyatakan bahwa bangsa Labenon cerdas dalam berinteraksi dengan perkembangan pasca pengunduran diri Saad Hariri dari jabatan perdana menteri Lebanon.

Tanpa menyebutkan nama, Aoun menambahkan bahwa di negaranya terdapat “suara-suara sangat rendah” yang bertujuan membangkitkan fitnah dan kekacauan di Lebanon.

Di pihak lain, Rouhani menyatakan bahwa rakyat  Lebanon tidak mungkin membiarkan negaranya menjadi ajang konflik antarkekuatan asing, dan Teheran akan selalu bersama rakyat Lebanon dan akan terus membantu penegakan stabilitas dan keamanan Lebanon.

Presiden Iran menyebut perkembangan terbaru di Lebanon “fitnah baru”, namun dia optimis Lebanon dapat melaluinya dengan aman dan negara ini tidak akan membiarkan para teroris berulah lagi di sana.

Kontak telefon ini dilakukan beberapa hari setelah Hariri dari Riyadh, ibu kota Arab Saudi, menyatakan mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Lebanon. Para pengamat menilai tindakan Hariri ini sebagai pesan Saudi kepada Iran dan sekutunya di Lebanon, Hizbullah, yang menjadi salah satu komponen pemerintahan Lebanon.

Mundur Hariri praktis menimbulkan keresahan di Lebanon. Presiden Aoun belum mengambil keputusan apapun sampai Hariri pulang ke Beirut dan mendengarkan langsung darinya mengenai alasan dia meletakkan jabatan. Sikap Aoun ini didukung oleh ketua parlemen Nabih Berri. (rayalyoum)

Ansarullah Ancam Merudal Semua Bandara Dan Pelabuhan Saudi Dan Emirat

Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengancam akan merudal semua bandara dan pelabuhan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Ancaman ini dinyatakan beberapa jam setelah Putera Mahkota Saudi Mohamad Bin Salman menuding Iran melancarkan “agresi militer langsung” terhadap Saudi melalui dukungannya kepada Ansarullah, dan Iranpun membantah dengan menyebut tuduhan ini “tidak faktual”.

Di New York, Dubes AS untuk PBB Nikki Haley menuding Irak melanggar ketentuan internasional.

Memanasnya hubungan Saudi dengan Iran membuat harga minyak melejit hingga level tertinggi dalam dua tahun terakhir, dan menimbulkan keresahan di pasar-pasar Teluk Persia.

Ansarullah Yaman Sabtu lalu mengaku masih memiliki rudal-rudal yang dapat menerjang sasaran-sasaran di kedalaman Saudi meskipun pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi sudah hampir tiga tahun melancarkan agresi militer tanpa henti terhadap Yaman.

Hari itu pula Ansarullah melesatkan rudal balistiknya ke bandara internasional di Riyadh, dan Saudi lantas mengaku dapat merontokkan rudal itu hingga serpihannya berjatuhan di lokasi tak jauh dari bandara.

Rudal bernama “Burkan H-2” itu tercatat sebagai rudal pertama yang mencapai Riyadh dari Yaman sejak Saudi dan sekutunya melancarkan invasi militer ke Yaman.

“Tekad kami tidak akan runtuh… Semua bandara, pelabuhan, pintu perbatasan, dan kawasan-kawasan vital bagi mereka akan menjadi target langsung senjata Yaman yang relevan,” ungkap Ansarullah, seperti dilansir kantor berita Yaman, Saba.

Ansarullah menambahkan, “Kami tidak berpangku tangan, dan kami akan mempelajari opsi-opsi yang lebih besar dan sengit demi menghentikan peningkatan blokade, pelaparan, dan penghinaan terhadap bangsa Yaman.”

Saudi dan UEA merupakan dua kekuatan utama dalam koalisi Arab yang memerangi Ansarullah dan sekutunya sejak tahun 2015 demi menyokong pemerintahan presiden tersingkir Yaman, Abd Rabbuh Mansour Hadi. (rayalyoum)