Rangkuman Berita Timteng Kamis 28 September 2017

ujicoba rudal iranJakarta, ICMES: Militer Israel menuding Iran mengembangkan rudal-rudal berdaya tempuh jauh dengan tujuan menyelundupkannya ke Jalur Gaza agar dipakai oleh kelompok pejuang Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Irak Letjen Othman al-Ghanmi berkunjung ke Iran  tak lama setelah diumumkannya hasil referendum kontroversial kemerdekaan Kurdistan Irak.

Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Mohammad Ali Jaafari menegaskan bahwa Iran terlibat perang di Suriah bukan untuk membela Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Suriah menyatakan sudah sekarang saatnya penghentian propaganda penyesatan mengenai perang yang dipaksakan pihak asing terhadap negara ini.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Qatar melaporkan pada volume impor negara yang diboikot oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir ini pada Agustus lalu meningkat 39.1% sehingga nilainya 2.38 miliar USD dibanding bulan Juli sebelumnya.

Berita selengkapnya;

Israel Tuduh Iran Berniat Selundupkan Rudal Canggih Ke  Hamas

Militer Israel menuding Iran mengembangkan rudal-rudal berdaya tempuh jauh dengan tujuan menyelundupkannya ke Jalur Gaza agar dipakai oleh kelompok pejuang Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Dalam sebuah laporannya mengenai situasi keamanan di Timteng yang dirlis Rabu (27/9/2017), militer Israel menyebutkan bahwa rudal-rudal yang dikembangkan oleh Iran untuk diboyong ke Jalur Gaza itu berjarak tempuh jauh dan berakurasi tinggi sehingga dapat menghantam banyak sasaran.

Seperti disiarkan oleh radio resmi Israel, militer negara Zionis penjajah Palestina ini menjelaskan bahwa Iran sudah mulai mempersenjatai Hizbullah dengan rudal-rudal demikian, dan selanjutnya Teheran juga bermaksud mempersenjatai Hamas dengan rudal-rudal yang sama.

Israel sudah berulangkali membuat pernyataan, termasuk melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman, bahwa Iran merupakan ancaman terbesar bagi keamanan Israel.

Jumat pekan lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan bahwa pihak lain suka atau tidak Iran akan terus mengembangkan rudal dan berjuang membela kaum tertindas di kawasan Timteng.

“Senjata kami untuk membela negara kami dan bangsa-bangsa regional di depan kekuatan-kekuatan besar agresor dan terorisme,” tegasnya.

Selain itu, para petinggi militer Iran juga menegaskan bahwa usia Rezim Zionis Israel tidak akan lebih dari 25 tahun lagi. (rt/fna/alalam)

Usai Referendum Kurdi, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Irak Berkunjung Ke Iran

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Irak Letjen Othman al-Ghanmi tiba di Teheran, ibu kota Iran, Rabu (27/9/2017), tak lama setelah diumumkannya hasil referendum kontroversial kemerdekaan Kurdistan Irak.

Dalam pertemuan dengan sejawatnya di Iran, Mayjen Mohammad Bagheri, al-Ghanmi menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan militer Iran secara kontinyu kepada Irak.

“Kami yakin bahwa Iran akan terus mendukung Irak sampai batas akhir,”  katanya.

Dalam kunjungan ini dia akan menyerahkan surat Perdana Menteri Irak Haider Abadi kepada Presiden Iran Hassan Rouhani.

Sementara itu, usai pertemuan dengan al-Ghanmi, Bagheri mengatakan kepada wartawan bahwa Iran menolak pemisahan Kurdistan dari Irak.

“Dalam pertemuan ini kami telah berbicara mengenai tidak ada pengakuan terhadap referendum Kurdistan Iran, dan kami nyatakan bahwa pengubahan geografi Irak dan pemisahan bagian manapun darinya tak dapat diterima dan tidak akan kami akui,” tuturnya.

Sebelumnya, Komisi Tinggi Pemilu dan Referendum Kurdistan di hari yang sama mengumumkan hasil referendum itu dengan menyatakan bahwa 92,7 suara menyetujui kemerdekaan wilayah Kurdistan dari Irak.

Dilaporkan bahwa tingkat partisipasi dalam referendum yang diselenggarakan Senin lalu (25/9/2017) ini mencapai 72,16 persen.

Referendum Kurdistan telah berlangsung  di lima provinsi Arbil, Solaimaniyah, Dahuk, Kirkuk, dan Halabja serta beberapa kawasan berpenduduk Kurdi lain yang berada di luar wilayah otonomi Kurdstan.

Menurut komisi tersebut, pemungutan suara telah sukses tanpa pelanggaran maupun insiden kekerasan, serta disaksikan oleh para pengamat, dan diikuti oleh 3,305,925 orang, sementara jumlah total penduduk Kurdi yang berhak pilih berjumlah 4,581,255 orang. (alalam/rayalyoum)

Iran Nyatakan Ikut Berperang Di Suriah Bukan Untuk Bela Presiden Al-Assad

Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Mohammad Ali Jaafari menegaskan bahwa Iran terlibat perang di Suriah bukan untuk membela Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan kelompok teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) akan tumbang dalam jangka waktu dua bulan ke depan.

Dalam pertemuan para komandan IRGC di kota Ahwaz, provinsi Khuzestan, di bagian selatan Iran, Rabu (27/9/2017), dia mengatakan, “Iran terlibat dalam perang ini karena memandangnya akan berdampak pada menang atau kalahnya poros resistensi (muqawamah) dan revolusi Islam Iran.”

Dia menambahkan, “Nasib Republik Islam berkaitan dengan perang ini… Sedangkan Presiden Suriah Bashar al-Assad membela revolusi Islam karena berbagai motivasi, termasuk permusuhannya dengan Israel.”

Dia juga menyatakan bahwa Suriah secara geografis juga sangat vital bagi masa depan Iran karena Suriah bersebelahan dengan Palestina dan Irak.

Mengenai kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengatakan bahwa masyarakat dunia akan menyaksikan kebinasaan organisasi para ekstremis takfiri berfaham Wahabi ini dalam jangka waktu dua bulan ke depan. (alalam)

Jaafari: Saatnya Penghentian Propaganda Penyesatan Tentang Perang Suriah

Wakil Tetap Suriah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Bashar Jaafari menegaskan bahwa sudah sekarang saatnya penghentian propaganda penyesatan mengenai perang yang dipaksakan pihak asing terhadap Suriah.

Jaafari menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah Damaskus dalam perang bertumpu pada penumpasan terorisme dan pengupayaan solusi politik dan melalui kanal dialog dalam berinteraksi dengan kubu oposisi Suriah.

Dia menambahkan, “Sudah saatnya sekarang penghentian tindakanmenambah-manambahi, kedustaan, dan penyesatan mengenai perang yang dipaksakan  terhadap Suriah…. Suriah siap bekerjasama dengan setiap upaya yang bertujuan melayani rakyat Suriah dan jauh dari agenda-agenda yang tak dapat diterima.”

Jaafari menegaskan bahwa sebagian orang berbicara tentang perang di Suriah padahal dia tidak ada di lapangan dan semata-mata mengacu pada  “kasak-kusuk media” lalu mencoba mengesankan bahwa apa yang terjadi di Suriah hanyalah krisis kemanusiaan semata tanpa ada kaitannya dengan terorisme. (rayalyoum)

Diboikot Kubu Saudi, Qatar Malah Pamerkan Peningkatan Volume Impornya

Kementerian Perencanaan Pembangunan Qatar melaporkan pada volume impor negara yang diboikot oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir ini pada Agustus lalu meningkat 39.1% sehingga nilainya 2.38 miliar USD dibanding bulan Juli sebelumnya.

Dilaporkan pula bahwa impor turbin gas yang digunakan dalam produksi gas alam juga meningkat bahkan 76.5% , sementara perlengkapan udara meningkat 39.7 %.

Sedangkan ekspor Qatar yang sebagian besar berupa gas alam dan mintak meningkat 17.7%.

Saat pertama kali diboikot oleh kubu Saudi, volume impor Qatar anjlok hingga lebih dari dua pertiga.

Seperti diketahui, sejak 5 Juni lalu Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatiknya dengan Qatar dan menerapkan blokade laut, darat, dan udara terhadap Qatar. Mereka menuduh Qatar sebagai negara yang mensponsori terorisme lantaran Qatar mengayomi kelompok Ikhwanul Muslimin yang bertolak belakang dengan mereka.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir beberapa waktu lalu menyatakan negaranya siap melanjutkan pemutusan hubungan dengan Qatar sampai dua tahun lagi. (fna)