Rangkuman Berita Timteng Sabtu 5 Agustus 2017

nasrallah agustus 2017Jakarta, ICMES: Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah  mengancam akan mengobarkan perang penghabisan terhadap kelompok teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dua sisi perbatasan Lebabon-Suriah.

Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad membongkar peranan Arab Saudi, Qatar, dan Turki dalam perang terhadap Suriah, dan memastikan bahwa Arab Saudi berusaha memadamkan kobaran api intifada rakyat Palestina

Lebih dari separuh anggota parlemen Yordania dalam sebuah memo yang diserahkan kepada ketua parlemen mendesak pemerintah supaya mengusir duta besar Israel dari Yordania.

Berita selengkapnya;

Setelah Mengalahkan Jabhat al-Nusra, Nasrallah Ancam Gempur ISIS

Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah  mengancam akan mengobarkan perang penghabisan terhadap kelompok teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dua sisi perbatasan Lebabon-Suriah.

Ancaman ini dia kemukakan melalui TV al-Manar milik Hizbullah, Jumat (4/8/2017),  beberapa hari setelah Hizbullah berhasil mengalahkan kelompok teroris Jabhat al-Nusra dan menghalaunya dari kawasan Arsal yang juga terletak di wilayah perbatasan Lebanon-Suriah.

Sembari mengingatkan bahwa gempuran Hizbullah akan telak bagi ISIS, Sayyid Nasrallah memberi tenggat waktu beberapa hari bagi ISIS untuk negosiasi dan menjelaskan nasib sembilan tentara Lebanon yang diculik ISIS sejak musim panas 2014.

“Berakhirnya keberadaan ISIS di Jaroud Arsal merupakan kemaslahatan bagi Lebanon maupun Suriah, dengan demikian front ini akan satu… Penentuan waktu perang akan ada di tangan tentara Lebanon, karena di sisi lain tentara Suriah dan Hizbullah sudah siap,” tuturnya.

Dia menjelaskan bahwa  “tentara Lebanon akan bertempur di wilayah Lebanon,” tapi di saat yang sama “akan dibuka pula front Suriah anti ISIS…  dan jika front ini sudah terbuka dari dua arah maka ini akan mempercepat kemenangan, dan akan meminimalisir beban bagi semuanya.”

Nasrallah memastikan bahwa sudah ada “keputusan final dan tuntas” di Lebanon dan Suriah mengenai pertempuran ini.

Menurutnya, ISIS menguasai kawasan seluas 296 kilometer persegi yang sebagian di antaranya terletak di Lebanon timur seluas 141 kilometer persegi, dan sisanya terletak di Suriah.

“Saya katakan kepada ISIS, orang-orang Lebanon dan Suriah akan mendatangi kalian dari semua arah dan di semua garis kontak. Perang ini menentukan dan kalian tentu akan kalah,” tegasnya.

Dia menambahkan, “Gunakan akal kalian baik-baik, karena pada akhirnya masih ada pintu negosiasi yang bisa dibuka, meskipun persyaratannya bisa jadi akan berbeda, karena ada persoalan yang fokus bernama tawanan tentara Lebanon dan pasukan keamanan. Berkas ini akan ditangani dengan negosiasi atau medan pertempuran, akan terselsaikan dan kalian akan mengetahui hasilnya. “

Pada tahun 2014 terjadi pertempuran sengit tentara Lebanon melawanan kelompok teroris Jabhat al-Nusra dan ISIS yang datang dari Suriah. Pertempuran ini berlangsung beberapa hari dan berakhir dengan terusirnya teroris dari kawasan itu namun mereka menyandera sejumlah tentara Lebanon.

Pasukan Hizbullah pada tanggal 21 Juni mulai menggelar operasi militer di kawasan Arsal dan berhasil mengalahkan Jabhat al-Nusra hingga kemudian dicapai kesepakatan yang mengharuskan relokasi hampir 8000 orang, termasuk kawanan teroris Jabhat al-Nusra beserta keluarganya, dari Arsal ke Idlib, Suriah. Delapan orang tawanan Hizbullah juga sudah dibebaskan oleh Jabhat al-Nusra sesuai perjanjian tersebut.

Operasi militer Hizbullah yang didukung tentara dan rakyat Lebanon ini berhasil membebaskan sekira 100 kilometer persegi kawasan Lebanon dari pendudukan kawanan teroris Jabhat al-Nusra sehingga menjadi satu langkah besar dalam penumpasan terorisme. (rayalyoum)

Wakil Menlu Suriah: Saudi Bantu Israel Dalam Perang Suriah Dan Berusaha Padamkan Intifada

Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad membongkar peranan Arab Saudi, Qatar, dan Turki dalam perang terhadap Suriah, dan memastikan bahwa Arab Saudi berusaha memadamkan kobaran api intifada rakyat Palestina

Dalam wawancara dengan al-Ahed yang dipublikasi pada Kamis lalu (3/8/2017) Mekdad ditanya mengenai adanya desakan supaya sekutu Suriah, termasuk Hizbullah, agar keluar dari kawasan Suriah selatan. Dia menjawab, “Saya dapat memastikan bahwa upaya ini tidak akan berhasil. Tentara Suriah,  pasukan muqawamah (resistensi), dan semua orang yang mendukung tentara Suriah tidak akan menerima syarat apapun dalam perang melawan terorisme, dukungan kepada keamanan dan stabilitas Suriah tidak akan hilang, karena kubu muqawamah dan kelompok-kelompok pendukung Suriah, baik Rusia maupun Iran, berbuat dalam kerangka kedaulatan Suriah dan keputusan pemerintah Suriah.”

Dia menyebut pasukan Barat pimpinan AS di Suriah ilegal dan telah berbuat banyak kejahatan, sementara Israel adalah pihak yang paling diuntungkan oleh pertumpahan darah di Suriah.

“Pasukan koalisi serta kebersamaan Israel dengan rezim-rezim boneka di kawasan, termasuk Saudi dan Qatar, telah menyebabkan kehancuran prasarana Suriah, dan bantuan keuangan mereka kepada para teroris merupakan perbuatan biadab di mana para pelakunya akan diminta pertanggungjawabannya oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang,” katanya.

Menurutnya, negara-negara Arab Teluk bahkan telah memberikan bantuan dana kepada Israel.

“Tidak mengherankan apabila Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris menyokong Netanyahu (Perdana Menteri Israel). Yang mengherankan ialah Arab Saudipun juga memberikan bantuan dana kepada Netanyahu dan menguatkan posisinya di depan warga Palestina tapi kemudian malah mengaku membela kepentingan umat Arab. Kebohongan ini tidak akan selamanya tertutupi, karena bangsa-bangsa Arab sudah mengetahui hakikat rezim-rezim (Arab Teluk) ini,” katanya.

Mengenai kabar bahwa Saudi telah menekan Netanyahu supaya membongkar CCTV dan alat pemindai logam di Masjid al-Aqsa, Faisal Mekdad mengatakan, “Secara politik memang tidak kecil kemungkinan adanya tekanan ini karena intifada rakyat Palestina merugikan rezim-rezim (Arab Teluk) ini sehingga merekapun bermaksud menghalangi intifada. Tujuan utamanya ialah meredakan kobaran api kebangkitan rakyat Palestina, dan publik di Saudi cepat atau lambat akan mengakui kebohongan, manipulasi, dan kerjasama rezim Saudi dengan Israel.” (irna)

Para Anggota Parlemen Yordania Tuntut Pengusiran Dubes Israel

Lebih dari separuh anggota parlemen Yordania dalam sebuah memo yang diserahkan kepada ketua parlemen, Jumat (4/8/2017), mendesak pemerintah supaya mengusir duta besar Israel dari Yordania.

Kantor berita Turki Anadolu menyebutkan bahwa sebanyak 82 dari total 130 anggota parlemen Yordania menandatangani memo desakan tersebut.

Tamir Binu, salah seorang anggota parlemen Yordania, mengatakan, “78 anggota telah meneken memo ini, sementara empat anggota lain telah meneken satu memo lain sehingga total anggota parlemen pendandatangan memo desakan mencapai 82 orang.”

Dia menjelaskan bahwa memo itu diteken dua hari setelah peristiwa pembunuhan warga Yordania oleh petugas keamanan Kedutaan Besar Israel untuk Yordania di Amman beberapa waktu lalu, dan memo itu sudah diserahkan kepada ketua parlemen Yordania.

Puluhan wakil rakyat Yordania itu tidak hanya menuntut pengusiran dubes Israel, melainkan juga mendesak pemerintah agar mengusut kasus pembunuhan itu secara tuntas.

“Jika ini tidak dilakukan maka para wakil rakyat akan mengambil keputusan tegas dan tepat dalam masalah ini,” ungkap Binu.

Menurutnya, memo itu akan diserahkan kepada pemerintah pekan depan, dan para pejabat terkait akan memberikan tanggapan dan pendapatnya.

Mengomentari adanya desakan ini, jubir pemerintah Yordania Mohammad al-Momani mengatakan, “Pemerintah akan mempelajari memo ini secara layak, tepat dan sesuai dengan undang-undang.”

Sebelumnya, sebanyak 56 anggota parlemen negara ini meneken sebuah petisi menuntut penutupan Kedubes Israel untuk Yordania.

Pada tanggal 23 Juli lalu seorang petugas keamanan Kedubes Israel di Amman menembak mati dua warga Yordania dengan dalih bahwa kedua korban itu bermaksud menyerangnya dengan obeng. Petugas itu dan banyak staf Kedubes Israel lainnya kemudian pulang ke Israel meskipun banyak kalangan mendesak supaya penembak itu diusut.

Yordania menjalin hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel hingga tingkat duta besar pada tahun 1994, dan dengan demikian kedubes Israel di Amman sejauh ini sudah aktif di ibu kota Yordania ini selama 23 tahun. (irna)