Rangkuman Berita Timteng Senin 5 Maret 2018

peta-kekuasaan-di-ghouta-timurJakarta, ICMES: Lembaga Observatorium Suriah untuk HAM yang dekat dengan pihak oposisi menyatakan bahwa Pasukan Arab Suriah (SAA) menguasai 25% wilayah Ghouta Timur di pinggiran Damaskus, namun sumber Suriah di lapangan menyebutkan angka 40%.

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan Iran memandang negara-negara penjual senjata kepada Arab Saudi ikut bertanggungjawab atas kejahatan perang yang terjadi di Yaman.

Pasukan Irak berhasil meringkus penanggungjawab kantor berita Amaq milik kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sejumlah anak buahnya di pinggiran kota Mosul, Irak utara.

Pesawat Israel telah menyemprotkan bahan kimia beracun dan herbisida berbahaya di lahan pertanian di Jalur Gaza.

Selengkapnya:

Tentara Suriah Kuasai 40% Ghouta Timur, Assad Pastikan Kontinyuitas Operasi Militer

Lembaga Observatorium Suriah untuk HAM yang dekat dengan pihak oposisi menyatkan bahwa Pasukan Arab Suriah (SAA) menguasai 25% wilayah Ghouta Timur di pinggiran Damaskus, namun sumber Suriah di lapangan, Minggu (4/3/2018), menyebutkan angka 40%.

Sumber  militer itu menjelaskan bahwa SAA menyerang dan bergerak maju dari beberapa arah sehingga banyak kawanan teroris yang tewas di kawasan pertanian dan beberapa distrik pada arah Harasta dan Duma. Selain itu, beberapa markas, terowongan, dan kubu pertahanan, dan peralatan tempur teroris hancur.

Bersamaan dengan ini  SAA masih menyediakan jalur khusus yang aman bagi keluarnya warga sipil dari Ghouta Timur, namun warga masih tertahan di sana dan dijadikan sebagai tameng oleh kawanan bersenjata.

Presiden Suriah Bashar Assad menginstruksikan kontinyuitas operasi militer di kawasan yang dikepung oleh tentara tersebut.

“Kami harus melanjutkan operasi ini bersamaan dengan dibukanya peluang bagi warga untuk keluar,” tegasnya kepada wartawan.

Tentara Suriah meraih kemajuan dalam pertempuran tak lama setelah Rusia mengumumkan gencatan senjata yang diberlakukan sejak Selasa lalu namun dengan batasan waktu dari pukul 09.00 hingga 14.00 waktu setempat (07.00-12.00 GMT)  guna memberikan kesempatan bagi warga sipil untuk keluar dari kawasan itu melalui jalur al-Wafidin di timur laut kota Duma.

Assad menambahkan, “Selagi masih ada penduduk yang kami yakin jumlahnya mayoritas ingin keluar dari rangkulan teroris ke pangkuan pemerintah maka harus ada gencatan senjata. Di saat yang sama, tak ada kontradiksi antara gencatan senjata dan pertempuran. Kemajuan Pasukan Arab Suriah kemarin dan kemarin dulu di Ghouta dicapai oleh tentara Suriah di saat ada gencatan senjata ini.”

Pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan udara dan darat secara besar-besaran ke Ghouta Timur sejak 18 Februari lalu. Tekanan hebat terhadap kawanan teroris dan pemberontak Suriah mengundang kecaman negara-negara Barat terhadap Suriah dan Rusia. Barat menegaskan bahwa Damaskus dan Moskow bertanggungjawab atas “penderitaan” warga sipil di Ghouta Timur akibat serangan tersebut.

Menanggapi kecaman ini, Assad mengatakan istilah penderitaan terkait dengan Suriah dalam kamus barat berarti “pergerakan maju tentara Suriah”.  (alalam/rayalyoum)

Rouhani: Penjual Senjata Kepada Saudi Bertanggungjawab Atas Kejahatan Perang Di Yaman

Presiden Iran Hassan Rouhani dalam kontak televon dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Minggu (4/3/2018), menyatakan Iran memandang negara-negara penjual senjata kepada Arab Saudi ikut bertanggungjawab atas kejahatan perang yang terjadi di Yaman.

“Kita menyaksikan tindak kejahatan perang di Yaman sehingga negara-negara yang memasok senjata ke Saudi dan koalisi Arab harus bertanggungjawab dalam masalah ini,” tegas Rouhani.

Saudi yang memimpin pasukan koalisi Arab yang menyerang Yaman merupakan salah satu negara yang membeli senjata dari Perancis.

Presiden Iran menyatakan demikian beberapa jam sebelum Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian tiba di Teheran dalam kunjungan resmi selama satu hari ke Iran.

Dia juga menegaskan bahwa dialog dan kerjasama Iran dengan Eropa mengenai berbagai isu regional tidak ada kaitannya dengan perjanjian nuklir Iran dengan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (5+1) yang diteken pada tahun 2015.

Le Drian Ahad kemarin menyatakan akan melakukan “dialog blak-blakan” dengan pemerintah Iran pada hari ini, Senin (5/3/2018), mengenai proyek rudal balistik Iran serta sepak terjang negara ini di Timteng, terutama di Suriah, yang semuanya dipersoalkan oleh Barat.

Perancis merupakan salah satu negara Barat yang menganggap sepak terjang Iran itu mengusik stabilitas Timteng, terutama Suriah, Irak, dan Yaman.

Macron dalam kontak telefon dengan Rouhani meminta Iran “memberikan tekanan semestinya” terhadap Presiden Suriah Bashar Assad agar menghentikan serangan militer Suriah belakangan ini ke Ghouta Timur yang menjadi kantung terakhir kawanan teroris dan pemberontak di dekat Damaskus, ibu kota Suriah. (rayalyoum/alalam)

Pasukan Irak Tangkap Direktur Kantor Berita Amaq Milik ISIS Di Mosul

Pasukan Irak berhasil meringkus penanggungjawab kantor berita Amaq milik kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sejumlah anak buahnya di pinggiran kota Mosul, Irak utara.

Petinggi badan intelijen pasukan Irak Abdul Aziz al-Maadidi kepada kantor berita Turki, Anadolu, Minggu (4/3/2018), mengatakan, “Pasukan Irak hari ini menangkap direktur utama kantor berita Amaq, Osman Khalid al-Amin, di kota Mosul.”

Dia menjelaskan bahwa al-Amin bersama enam orang  anak buahnya tertangkap di sebuah desa di sisi tenggara Mosul.

Amaq  muncul pertama kali pada tahun 2014 bersamaan dengan munculnya ISIS sebagai kelompok teroris besar yang menguasai banyak wilayah Irak dan Suriah. Sejak itu Amaq menyiarkan berita-berita seputar ISIS serta video-video propaganda ISIS yang antara lain berupa aksi kekerasan dan eksekusi sadis. (rt)

Israel Semprotkan Zat Berbahaya Ke Lahan Pertanian Palestina

Pesawat Israel telah menyemprotkan bahan kimia beracun dan herbisida berbahaya di lahan pertanian di Jalur Gaza, Minggu (43/2017).

Nizar al-Wahedi dari Kementerian Pertanian Palestina mengatakan bahwa penyemprotan itu dilakukan di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel (Palestina pendudukan 1948).

“Israel tidak memiliki hak untuk menyemprot herbisida di tanah Palestina,” kata Wahedi.

Petani Palestina mengatakan tentara Israel menyemprotkan zat pembunuh gulma itu untuk mengeringkan tanaman liar di sekitar pagar keamanan supaya dapat memantau dengan jelas daerah tersebut, namun biasanya mereka menyemprot puluhan meter di sekitar daerah sasaran mereka.

Para petani  Palestina selama ini berjuang  memenuhi kebutuhan yang meningkat dari 1,8 juta warga Gaza yang diblokade Israel, dan mereka mengalami banyak kesulitan akibat minimnya peralatan pertanian dan pestisida.

Akibat penurunan produksi dan larangan Israel untuk masuknya komoditas pokok, petani Gaza terpaksa menggunakan zat kimia terlarang untuk memaksimalkan hasil panen. Hal ini menimbulkan bahaya kesehatan yang serius bagi petani dan konsumen mereka.

PBB sudah sering mengungkapkan keprihatinannya atas penggunaan pestisida beracun yang berlebihan oleh petani Gaza.

Banyak ahli medis di Gaza kuatir terhadap peningkatan jumlah penderita kanker di Gaza, terutama di daerah pertanian.

Mereka mengingatkan bahwa anak kecil lebih rentan terhadap penyakit seperti leukemia daripada orang dewasa di daerah tersebut.

Jalur Gaza diblokade Israel sejak Juni 2007 sehingga menyebabkan penurunan standar hidup dan meroketnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Israel terakhir kali mengobarkan perang ke Jalur Gaza pada awal Juli 2014. Dalam perang ini serangan Israel yang berlangsung selama 50 hari menewaskan hampir 2.200 orang Palestina, termasuk 577 anak kecil, serta melukai lebih dari 11.100 lainnya,  termasuk 3.374 anak, 2.088 perempuan dan 410 lansia. (presstv)