Rangkuman Berita Timteng Senin 2 April 2018

militan di bus ghoutaJakarta, ICMES: Kelompok militan Failaq al-Rahman mulai keluar dari kota Douma di Ghouta Timur, privinsi Damaskus, Suriah.

Hamas menyatakan bahwa upaya pembunuhan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dilakukan kelompok Salafi/Wahhabi.

Ketua Komisi Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Ali al-Houthi mengaku mengembangkan rudal-rudal Rusia dan Korea dan juga membuat sendiri rudal-rudal yang digunakan untuk menyerang Arab Saudi.

Mantan Mufti Mesir Syeikh Ali Goma bahwa jumlah keturunan Nabi Muhammad SAW sekarang sekira 30-50 juta orang.

Selengkapnya:

Kelompok Failaq Rahman Angkat Kaki Dari Ghouta Timur

Kelompok militan Failaq al-Rahman mulai keluar dari kota Douma di Ghouta Timur, privinsi Damaskus, Suriah, Minggu (1/4/2018).

Mereka keluar dari kota yang menjadi sarang terakhir militan itu sebagai hasil kesepakatan mereka dengan tentara Suriah melalui mediasi Rusia.

Evakuasi mereka dari Douma dilakukan sehari setelah berbagai kelompok militan lain meninggalkan kota Arbin, Ein Tarma, Jobar dan Zamalka sesuai kesepakatan mereka  dengan Pusat Rusia untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi Suriah.

Perjanjian itu juga memungkinkan militan yang terluka dan keluarga mereka pergi ke daerah yang dikuasai militan di provinsi Idlib di bagian barat laut Suriah.

Pusat  Rusia tersebut mengumumkan militan kelompok teroris Failaq al-Rahman telah sepenuhnya ditarik dari Ghouta Timur, Minggu.

Sebelumnya di hari yang sama, pusat itu melaporkan bahwa total 153.140 orang, termasuk lebih dari 40.000 militan dan anggota keluarga mereka, telah dievakuasi dari berbagai daerah Ghouta Timur selama operasi delapan hari.

“Sebanyak 41.126 militan dan anggota keluarga mereka telah dikawal dari daerah pemukiman Arbin, Jobar, Ein Tarma dan Zamalka,” ungkap komandan pusat itu, Mayjen Yuri Yevtushenko.

Dia juga mengatakan bahwa mereka direlokasi ke daerah pemukiman Qalaat al-Madiq, di zona de-eskalasi Idlib. (presstv)

Abu Marzouk: Penyerang Rami Hamdallah Kelompok Takfiri Wahhabi

Anggota Biro Politik Hamas, Mousa Abu Marzook, menyatakan bahwa pelaku upaya pembunuhan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dengan menyerang konvoi mobilnya di Gaza beberapa waktu lalu adalah kelompok Salafi/Wahhabi yang dikendalikan oleh keamanan Palestina.

“Kelompok-kelompok Salafi yang dikelola oleh pihak keamanan Palestina adalah pihak yang menyerang konvoi mobil Hamdallah di utara Jalur Gaza,” kata Abu Marzook kepada kantor berita Sputnik milik Rusia, Minggu (3/4/2018).

Dia menambahkan, “Kami telah menjelaskan kepada Wakil Menlu Rusia Michael Bogdanov apa yang telah dicapai dalam penyelidikan. Kami telah menyerahkan kepadanya rincian yang berkaitan dengan penyelidikan ini, terutama bahwa pihak yang melakukan peledakan ini adalah kelompok-kelompok Salafi, tapi ada pihak lain yang mengendalikannya. Sebagian besar bukti, tanpa kami menuduh siapapun, menunjuk kepada pihak keamanan Palestina.”

Dia menjelaskan, “Penyelidikan masih terus dilakukan guna menghimpun bukti-bukti lain untuk dikemukakan kepada orang-orang Palestina dan khalayak dunia supaya jelas siap yang menggerakkan kelompok-kelompok takfiri untuk melancarkan aksi-aksi destruktif di Jalur Gaza, dimulai dari peristiwa pembunuhan tokoh Hamas Mazen al-Fuqaha, kemudian pembunuhan Taufik Abu Naeim, dan terakhir kasus penyerangan terhadap konvoi Perdana Menteri Rami Hamdallah.”

Serangan terhadap Hamdallah itu terjadi pada tanggal 13 Maret lalu. Saat itu sebuah bom meledak menimpa konvoi mobil Hamdallah hingga menyebabkan luka ringan pada sejumlah pengawalnya dan merusak tiga mobil.

Ketua orotitas Palestina menuding Hamas berada di balik upaya pembunuhan Hamdallah yang saat itu didampingi oleh Ketua Badan Intelijen Palestina Majed Faraj, namun Hamas membantah keras tuduhan ini. (rayalyoyum)

Houthi: Andai Memang Didukung Iran, Kami Sekarang Sudah Di Riyadh

Ketua Komisi Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Ali al-Houthi mengaku mengembangkan rudal-rudal Rusia dan Korea dan juga membuat sendiri rudal-rudal yang digunakan untuk menyerang Arab Saudi.

“Kami mengembangkan rudal-rudal kami buatan Rusia dan Korea, kami juga membuat rudal sendiri, bukan buatan Iran. Tidaklah penting bagi kami para agresor percaya bahwa kami telah mencapai tahap pengembangan rudal. Yang penting bagi kami adalah menghadang agresi,” katanya dalam wawancara dengan channel France24 milik Perancis, Minggu (1/4/2018).

Ditanya mengenai dukungan Iran kepada Ansarullah (Houthi) dia mengatakan, “Seandainya kami memang dibantu Iran seperti yang disangkakan niscaya kami sekarang sudah ada di Riyadh, dan seandainya kami memiliki teknologi Iran seperti yang diduga niscaya kami menggunakannya untuk menyerang musuh sejak hari pertama.”

Ali al-Houthi juga menegaskan, “Segala opsi terbuka untuk menghadang agresi selagi masih berlangsung terhadap bangsa Yaman.  Kami akan menggunakan segala sarana yang tersedia untuk melawan.

Dia menyayangkan kecaman terhadap rudal Yaman yang justru semata demi pertahanan, sementara kejahatan Saudi dan sekutunya terhadap bangsa Yaman didiamkan oleh khalayak dunia.

Lebih lanjut dia mengatakan Ansarullah kini mengincar berbagai fasilitas strategis perekonomian Saudi.

“Ansarullah akan terus menyerang perusahaan Aramco dan fasilitas-fasilitas strategis Saudi lainnya agar ada reaksi perlawanan terhadap musuh yang arogan. Bangsa Yaman akan menyerang program ekonomi Saudi yang terepresentasi dalam perusahaan Aramco, dan ini akan mempengaruhi proyek Neom,” lanjutnya.

Mohammad Ali al-Houthi memastikan pasukan Ansarullah eksis di sekitar kota Najran wilayah Saudi yang berbatasan dengan Yaman, serta mendapat kemajuan besar di Jizan dan Asir yang juga berada di wilayah itu.

“Musuh meneken transaksi demi transaksi pembelian senjata. Ini menunjukkan mereka terus melemah, dan ekonomi Saudi sekarang terguncang. Saudi mencari-cari sandaran untuk menutupi kelemahan keuangannya sehingga menaikkan pajak dan harga bensin terhadap rakyatnya,” ungkap Ali al-Houthi.

Sementara itu, Ansarullah kembali melesatkan rudal balistik Qaher M2 dengan sasaran pangkalan militer Saudi di Jizan, Minggu. Kelompok ini memastikan rudalnya tersebut tepat mengena sasaran.

Sehari sebelumnya, Ansarullah  menembakkan rudal Badr-1dengan sasaran pangkalan militer Garda Kerajaan Saudi di Najran. (rayalyoum/alalam)

Mantan Mufti Mesir: Keturunan “Ahlul Bait” Nabi SAW Berjumlah 30-40 Juta

Mantan Mufti Mesir Syeikh Ali Goma dalam sebuah wawancara televisi mengatakan bahwa semua anak laki-laki Rasulullah SAW meninggal dunia di masa hidup beliau, dan beliau tidak memiliki keturunan kecuali Imam Hasan RA dan Imam Husain RA, dua putra Imam Ali bin Abi Thalib KW yang merupakan sepupu sekaligus suami putri beliau, Sayyidah Fatimah al-Zahra RA.

Seperti dilansir Ray al-Youm,Ahad (1/4/2018), Syeikh Ali Goma menjelaskan bahwa keturunan Nabi SAW dari Husain RA hanya tersisa Ali Zainal Abidin, sedangkan dari Hasan RA adalah Hasan al-Mutsanna dan Zaid al-Ablaj. Dari ketiga orang inilah keturunan Nabi SAW berlanjut dari generasi ke generasi hingga sekarang hingga mencapai jumlah yang fantastis, yaitu sekira 30-40 juta orang.

Mantan Mufti  Mesir melanjutkan bahwa puluhan juta keturunan Rasulullah SAW itu tersebar di pelbagai penjuru dunia dengan sebutan “sayyid”, “syarif”, dan “Alul Bait”, dan nama mereka beserta silsilah mereka hingga Rasulullah SAW tercatat resmi.

Sebagai informasi tambahan, kaum pria dzurriyah Nabi SAW di Indonesia lebih popular dengan sebutan “habib”, sedangkan yang perempuan disebut “syarifah”.  (rayalyoum)