Rangkuman Berita Timteng Rabu 28 Maret 2018

suriah-omanJakarta, ICMES: Wakil Menlu Oman As’ad Tarik al-Said yang juga wakil khusus Sultan Oman Qaboos bin Said menyatakan pemerintah Suriah adalah pihak yang benar.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman yang sedang melakukan kunjungan resmi ke Amerika Serikat (AS) menyebut serangan rudal Ansarullah (Houthi) Yaman justru “menunjukkan kelemahan mereka”.

Media Israel melaporkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat (AS) dijadwal mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama Yahudi di New York, AS.

Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari menyatakan bahwa pembebasan Ghouta Timur secara total  oleh tentara Suriah sudah dekat, dan selanjutnya akan menyusul operasi pembebasan beberapa daerah lain.

Selengkapnya:

Oman Nyatakan Suriah Berada Di Pihak Yang Benar

Wakil Menlu Oman As’ad Tarik al-Said yang juga wakil khusus Sultan Oman Qaboos bin Said menyatakan pemerintah Suriah adalah pihak yang benar.

“Suriah adalah pihak yang benar, dan yang benar senantiasa menang,” ungkapnya dalam pertemuan dengan Menlu Suriah Walid Muallem, sebagaimana dilansir kantor berita Suriah, SANA, dan dikutip RT milik Rusia, Selasa (27/3/2018).

Pada pertemuan ini As’ad Tarik al-Said juga menyatakan bahwa Oman berharap integritas, kedaulatan, dan stabilitas Suriah tetap terjaga.

SANA melaporkan bahwa al-Said mengucapkan selamat atas kemenangan Suriah melawan terorisme, dan menyampaikan pula salam dan ucapan selamat Sultan Oman kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Dalam kunjungan ini Muallem juga mengadakan pembicaraan dengan sejawatnya di sana, Yusuf bin Alawi, untuk penguatan hubungan bilateral di berbagai bidang, terutama setelah belakangan terjadi perkembangan yang mendukung interes kedua negara dan bangsa. (rt)

Bin Salman Hujat Ansarullah Sembari Menyebutkan Pentingnya Proses Politik Di Yaman

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman yang sedang melakukan kunjungan resmi ke Amerika Serikat (AS) menyebut serangan rudal Ansarullah (Houthi) Yaman justru “menunjukkan kelemahan mereka”, dan di saat yang sama dia menyebutkan adanya metode baru Saudi untuk meredakan perang di Yaman.

Berbicara di depan sejumlah pemred New York Times (NYT), Selasa (27/3/2018), mengatakan bahwa Ansarullah yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, sejak tahun 2014 kini semakin terkucil secara politik.

NYT melaporkan bahwa Bin Salman  berusaha memberikan citra positif bagi upaya Saudi di Yaman “melalui dialog”, dan menilai peluncuran tujuh rudal balistik Ansarullah ke Saudi pada Sabtu malam lalu (24/3/2018) sebagai “upaya sia-sia” menggempur Saudi dan “tidak menunjukkan apa-apa kecuali kelemahan mereka.”

“Saudi dewasa ini berusaha menghentikan perang di Yaman melalui proses politik dengan cara berusaha memecah Houthi bersamaan dengan tekanan militer terhadap mereka,” katanya.

Dia juga mengecam keras perjanjian nuklir Iran dan menyebutnya hanya akan menunda, bukan mencegah,”obsesi Iran meraih senjata nuklir.”

“Berharap demikian dan mengikuti keberhasilan mereka (Iran) meraih senjata ini artinya ialah Anda menunggu peluncuran rudal ke kepala Anda, karena itu sudah seharusnya untuk segera bergerak sejak sekarang,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir supaya dapat berbuat semaunya di Timteng tanpa kuatir akan mendapatkan tindakan tegas dari pihak manapun.

“Kita mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan ini, bahwa Iran, jika sudah meraih senjata nuklir, maka akan menggunakannya sebagai alat yang memungkinkannya berbuat semaunya di Timteng, untuk memastikan bahwa siapapun tidak akan menyerangnya, berkat senjata nuklir mereka,” terangnya.

Dia lantas menekankan keharusan adanya perjanjian nuklir baru yang “benar-benar menjamin” bahwa Iran tidak akan meraih senjata nuklir, dan mencakup sepak terjang Iran lainnya di Timteng. (rt)

Bicarakan Iran, Bin Salman Adakan Pertemuan Dengan Para Pemuka Organisasi Yahudi Di AS

Media Israel, Selasa (27/3/2018), melaporkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat (AS) dijadwal mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama Yahudi di New York, AS.

Surat kabar Jewish Insider menyebutkan bahwa pertemuan itu dihadiri beberapa organisasi ternama Yahudi, termasuk American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), Conference of Presidents, Anti-Defamation League (ADL), Jewish Federations of North America, American Jewish Committee (AJC), dan B’nai B’rith.

Koran Haaretz melaporkan bahwa pertemuan Bin Salman dengan para pemuka agama Yahudi di New York “akan berfokus pada isu Iran, proses perdamaian antara Palestina dan Israel, dan kebijakan Kerajaan Saudi terhadap anti-semitisme.”

Bin Salman memulai kunjungan resminya ke AS pada 20 Maret lalu dan telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah petinggi AS, termasuk Presiden Donald Trump dan Menhan James Mattis.

Dia juga mengadakan pembicaraan dengan utusan khusus Presiden AS untuk Timteng, Jason Greenblatt, dan penasehat senior Presiden AS sekaligus menantunya, Jared Kushner,  mengenai proses perdamaian Palestina-Israel, dan dalam pertemuan ini Bin Salman menegaskan dukungannya kepada upaya Gedung Putih dalam masalah ini.

Beberapa media AS dan Israel sebelumnya menyebutkan adanya hubungan khusus Kushner, suami putri Trump yang menganut agama Yahudi, dengan Bin Salman sehingga keduanya bahkan berkomunikasi secara berkala melalui aplikasi WhatsApp. (haaretz)

Jaafari: Pembebasan Ghouta Sudah Dekat, Selanjutnya Pembebasan Idlib, Golan, Dan Raqqa

Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari menyatakan bahwa pembebasan Ghouta Timur secara total  oleh tentara Suriah sudah dekat, dan selanjutnya akan menyusul operasi pembebasan beberapa daerah lain karena Suriah akan terus memerangi teroris dan melawan segala bentuk agresi pihak lain terhadap Suriah.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB mengenai kondisi Suriah, Selasa (27/3/2018), Jaafari menegaskan bahwa tentara  Suriah akan terus berjuang membebaskan setiap jengkal tanah negara ini, termasuk di Golan, Afrin, Raqqa, dan Idlib.

Dia juga menjelaskan bahwa penduduk Ghouta Timur menolak terorisme yang telah menjadikan warga sipil sebagai perisai.

Menurut Jaafari, di antara para anggota Dewan Keamanan PBB hanya dua negara yang memiliki Kedubes untuk Suriah di Damaskus, dan karena itu penilaian terhadap Suriah harus benar-benar obyektif.

Dia mengatakan bahwa histeria Barat terkait Suriah adalah karena Barat tidak menghendaki apapun kecuali memeras pemerintah Suriah secara politik dan kemanusiaan serta menyokong terorisme.

“Ghouta bukan jatuh seperti dikatakan oleh Dubes Amerika Serikat, melainkan telah dibebaskan sebagaimana Aleppo timur telah dibebaskan, sedangkan yang jatuh adalah terorisme,” lanjut Jaafari.

Dia menambahkan bahwa Sekjen PBB Antonio Guterres menutup mata di depan tindakan militer Turki yang telah menyebabkan lebih dari 150,000 penduduk terpaksa mengungsi dari Afrin, sebagaimana dia juga mengabaikan serangan roket kawanan teroris ke Damaskus hingga mengancam nyawa 8 juta penduduknya.

Jaafari juga mengatakan bahwa dewasa ini dua skenario kotor sedang dipersiapkan untuk menyudutkan pemerintah Suriah dengan isu penggunaan senjata kimia di provinsi  Daraa dan Idlib melalui kelompok White Helmets yang notabene instrumen kelompok teroris Jabhat al-Nusra. (rt)