Rangkuman Berita Timteng Rabu 15 November 2017

marokoJakarta, ICMES: Raja Mohammed VI dari Maroko telah berkunjung ke Doha, ibu kota Qatar, sehingga praktis memecah blokade Saudi dan sekutunya terhadap Qatar.

Perdana menteri Lebanon yang telah mengundurkan diri, Saad Hariri, mengumumkan akan pulang dari Arab Saudi ke Beirut, ibu kota Lebanon, dalam dua hari ke depan.

Presiden Suriah Bashar Assad menyatakan bahwa perang sudah sekian tahun dipaksakan terhadap negaranya bertujuan terutama mengembalikan Suriah dan kawasan Timteng beberapa abad ke belakang.

Mendagri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz Bin Saud Bin Nayef menginstruksikan pemeriksaan barang yang dibawa oleh para pangeran dan menteri tanpa ada pengecualian di bandara, pelabuhan dan pintu keluar masuk perbatasan lainnya.

Berita selengkapnya;

Berkunjung Ke Qatar, Raja Maroko Mendapat Julukan “Pemecah Blokade” Saudi

Tak seperti beberapa negara lain, Maroko mulai mengambil keputusan politik yang menegaskan independensinya dari Arab Saudi. Raja Mohammed VI dari Maroko telah berkunjung ke Doha, ibu kota Qatar, Selasa (14/11/2017),sehingga praktis memecah blokade Saudi terhadap Qatar. Tak hanya itu, otoritas Maroko juga menolak pemblokiran rekening para pangeran dan pengusaha Saudi yang ditahan di Saudi.

Surat kabat Maroko Al-Sabah al-Yaum dalam sebuah artikelnya menyebutkan bahwa “Maroko menolak pembekuan dana para pangeran Saudi” dan bahwa otoritas Maroko menolak memberikan kepada sejawatnya di Saudi rekening para pangeran dan pengusaha Saudi di bank-bank Maroko dan meminta Saudi menghargai prosedur yang ditetapkan untuk kasus-kasus seperti ini.

Para pangeran Saudi memiliki rekening di bank-bank Maroko, baik atas nama pribadi maupun atas nama perusahaan. Mereka antara lain Pangeran Waleed bin Talal yang memiliki sejumlah hotel di Maroko.

Dengan demikian, Maroko kini masuk dalam sedikit negara semisal Turki dan negara-negara Barat yang menolak bekerjasama dengan Saudi dalam menekan Qatar, kecuali sebatas apa yang jelas sah secara dalam prosedur internasional.

Kunjungan Raja Mohammed VI ke Qatar praktis juga menunjukkan independensi Kerajaan Maroko dalam mengambil keputusan. Dia berkunjung ke Qatar dengan bertolak dari Abu Dhabi sehingga menjadi satu-satunya pemimpin Arab yang pindah dari Abu Dhabi ke Qatar, kecuali Emir Kuwait yang melawat Qatar untuk menyelesaikan krisis blokade Qatar oleh Saudi dan sekutunya.

Belakangan, atas kunjungan ke Doha itu Raja Maroko di media sosial Qatar dan Maroko mendapat juluran “Sang Pemecah Blokade.”

Maroko menolak tekanan Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir terhadap Qatar, dan merupakan salah satu negara yang mengirim bantuan komoditas dan bahan pangan dengan transportasi pesawat udara dan kapal ke Qatar untuk meringankan dampak blokade kubu Saudi.

Hingga laporan ini disusun, tak jelas apakah Raja Mohammed VI akan berkunjung ke Riyadh selama berada di kawasan Teluk Persia, ataukah akan segera pulang ke Maroko tanpa mengunjungi Raja Saudi, Salman Bin Abdulaziz. (rayalyoum)

Hariri Umumkan Akan Pulang Ke Lebanon Dalam Dua Hari

Perdana menteri Lebanon yang telah mengundurkan diri, Saad Hariri, Selasa (14/11/2017), mengumumkan akan pulang dari Arab Saudi ke Beirut, ibu kota Lebanon, dalam dua hari ke depan.

Dengan nada yang tampak lunak, Hariri di halaman Twitter-nya mencuit, “Wahai jemaah, saya dalam kondisi yang sangat baik. Insya Allah saya akan kembali, apakah dalam dua hari. Biarlah kita tenang.”

Dia juga menyatakan bahwa keluarganya “hidup di negaranya, Kerajaan Arab Saudi, Kerajaan yang baik.”

Hariri dari Riyadh, ibu kota Saudi, mengumumkan pengunduran dirinya melalui televisi pada 4 November lalu dengan mengklaim bahwa di Lebanon terdapat “rencana pembunuhan” terhadapnya.

Dia menjelaskan bahwa keputusan mundur diambil karena ada “upaya Iran untuk menyandera Lebanon dan menjadikan negara ini sebagai bawahan setelah Hizbullah berhasil menguasai keadaan dengan menggunakan kekuatan senjata.”

Ahad lalu dalam wawancara dengan TV Al-Mustaqbal milik kelompoknya dia menyatakan akan pulang ke Lebanon, tapi tak jelas entah “dalam jangka waktu berapa hari, minggu, atau bulan” ke depan untuk menjalani proses konstitusional terkait dengan pengunduran dirinya.

Presiden Lebanon sejauh ini Aoun belum mengakui mundurnya Hariri. Dia menyatakan menunggu kedatangan Hariri untuk mendapatkan penjelasan langsung darinya ihwal pengunduran dirinya.

Sebelumnya, Aounmengatakan bahwa kondisi yang dialami Hariri di Saudi “membatasi kebebasannya” dan bahwa “apa yang telah dan akan keluar darinya meragukan, tidak jelas, dan tak dapat dijadikan pegangan, atau dianggap sebagai sikap yang sepenuhnya berasal dari kehendaknya.”

Lawan politik Hariri di Lebanon, khususnya Hizbullah, menyatakan Hariri mundur akibat “didekte oleh Saudi. “ (rayalyoum)

Assad: Perang Dipaksakan  Agar Suriah Dan Kawasan Mundur Berapa Abad

Presiden Suriah Bashar Assad menyatakan bahwa perang sudah sekian tahun dipaksakan terhadap negaranya bertujuan terutama mengembalikan Suriah dan kawasan Timteng beberapa abad ke belakang serta menjadi Suriah sebagai alat bagi musuh-musuhnya.

Hal ini dia nyatakan saat menyambut para peserta pertemuan forum Arab untuk perlawanan terhadap aliansi Amerika Serikat (AS) – Zions- Arab reaksioner serta dukungan untuk resistensi bangsa Palestina yang berlangsung di Damaskus, ibu kota Suriah, Selasa (14/11/2017). Para peserta itu datang dari berbagai organisasi, partai politik, dan tokoh dari sejumlah negara Arab.

“Meskipun telah menimbulkan kehancuran besar pada Suriah, tapi perang ini tidak menjatuhkan keyakinan bangsa Suriah kepada kepastian menang atas teroris dengan semua instrumen dalam dan luar negeri melalui pengorbanan tentara Suriah dan dukungan rakyat kepada tentara ini, sebagaimana pula tidak menjatuhkan konsistensinya kepada identitas, keyakinan, dan nasionalismenya,” papar Assad.

Dia menambahkan, “Serangan terhadap nasional berarti serangan terhadap garis pertahanan terdepan yang kita miliki sebagai sebuah masyarakat dalam menghadapi serangan budaya dan pemikiran yang bertujuan mengubah kita hanya sebagai peralatan tanpa kehendak yang bergerak hanya sesuai apa yang telah direncanakan dari luar terhadap kita.”

Presiden Suriah juga menegaskan bahwa sepak terjang musuh-musuh Suriah itu membuat bangsa-bangsa Arab berhadap dengan dilema antara menanggalkan identitasnya kemudian terlena dalam pangkuan asing, dan  menganut paham ekstrem yang akan mengubah masyarakat Arab menjadi komunitas-komunitas yang berkonflik satu sama lain. (alalam/rayayoum)

Mendagri Saudi Nyatakan Semua Pangeran Dan Menteri Harus Diperiksa Di Bandara

Mendagri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz Bin Saud Bin Nayef menginstruksikan pemeriksaan barang yang dibawa oleh para pangeran dan menteri tanpa ada pengecualian di bandara, pelabuhan dan pintu keluar masuk perbatasan lainnya.

Kemendagri Saudi dalam statemennya yang dirilis Selasa (14/11/2017) menyatakan bahwa Pangeran Abdulaziz telah memberikan beberapa pengerahan mengenai paspor serta memerintahkan supaya tidak ada pengecualian dalam pemeriksaan semua barang yang orang yang keluar dan masuk Arab Saudi.

Statemen ini menyebutkan bahwa pengarahan ini bertujuan “menerapkan pemeriksaan kepada semua pangeran dan para pendamping mereka  serta menteri dan para pejabat senior lain tanpa ada pengecualian.”

Ditegaskan pula bahwa pemeriksaan dilakukan pada semua tas koper maupun tas jinjing di semua pintu masuk dan keluar udara, darat, dan laut dengan segala jenis alat transportasi, termasuk pesawat kerajaan dan pesawat khusus, dan siapapun tidak boleh diperkenankan masuk atau keluar sebelum semua prosesnya dijalani sendiri oleh para pemilik paspor khusus diplomatik maupun umum.

Instruksi diturunkan beberapa hari setelah ada pengumuman penahanan terhadap sekira 200-an orang yang terdiri atas para pangeran, menteri dan pejabat senior lain, mantan pejabat, pengusaha, dan anggota keluarga kerajaan, termasuk miliarder Saudi Pangeran Waleed Bin Talal dan Mantan Menteri Garda Nasional Pangeran Mutaab Bin Abdullah.

Mereka ditangkap dan ditahan dengan dakwaan terlibat praktik korupsi berupa pencucian uang, rasuah, pemerasan, dan penyalah gunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi. (rayalyoum)