Rangkuman Berita Timteng Jumat 6 Juli 2018

selat hormuzJakarta, ICMES: Menanggapi ancaman Iran untuk menutup selat Hozmuz bagi kapal-kapal tanker minyak, militer Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya berjanji akan menjaga kebebasan pelayaran kapal-kapal tanker minyak di Teluk Persia.

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan bahwa usulan negara-negara Eropa terkait dengan perjanjian nuklir Iran mengecewakan karena tidak sepenuhnya merespon kebutuhan Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa eksistensi militer Amerika Serikat (AS) di kawasan al-Tanf, Suriah, menciptakan keadaan yang kondusif bagi aktivitas ISIS di sana.

Menhan Yaman Mayjen Mohammad Nasser al-Atifi  melontarkan peringatan keras disertai janji akan adanya serangan yang mengejutkan pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi.

Israel mengancam akan melancarkan serangan lagi terhadap Pasukan Arab Suriah (SAA) jika SAA menyebar mendekati Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Berita selengkapnya:

AS Tanggapi Ancaman Iran Untuk Menutup Selat Hormuz

Menanggapi ancaman Iran untuk menutup selat Hozmuz bagi kapal-kapal tanker minyak, militer Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya berjanji akan menjaga kebebasan pelayaran kapal-kapal tanker minyak di Teluk Persia.

“Angkatan Laut AS dan para sekutu regionalnya siap menjamin kebebasan pelayaran dan aliran perdagangan di manapun yang diperbolehkan oleh undang-undang internasional ,” ungkap Jubir Pusat Komando Militer AS Kapten Bill Urban, Kamis (5/7/2018).

Sebelumnya pada hari yang sama, Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mohammad Ali Jafari menyatakan bahwa pasukannya siap melaksanakan ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz dan bahwa jika Iran tak dapat menjual minyak akibat tekanan AS maka Iran tidak akan memperkenankan negara lain di kawasan Teluk untuk menjual minyak.

“Kami berharap apa yang dikatakan oleh presiden kami itu terlaksanakan jika memang perlu. Kami akan membuat musuh tahu bahwa semua pihak dapat menggunakan Selat Hormuz, atau tak satu pihak sama sekali (dapat menggunakannnya),” ungkap Jaafari.

Sehari sebelumnya, petinggi IRGC Ismail Kosari juga mengancam akan melarang lalu lintas minyak di Selat Hormuz jika AS menghalangi ekspor Iran melalui jalur ini.

Ancaman demikian juga dilontarkan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani sehingga dia mendapat pujian Komandan Pasukan Quds IRGC Qasem Soleimani.

Pada 8 Mei lalu Presiden AS Donald Trump mengumumkan keluarnya AS dari perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman pada tahun 2015. Trump juga menyatakan bahwa AS akan menerapkan lagi sanksi ekonominya terhadap Iran dan semua pihak yang bekerjasama dengan Iran. (rayalyoum)

Rouhani: Usulan Eropa Tidak Sepenuhnya Merespon Tuntutan Iran

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan bahwa usulan negara-negara Eropa terkait dengan perjanjian nuklir Iran mengecewakan karena tidak sepenuhnya merespon kebutuhan Iran.

Dalam kontak telefon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Kamis (5/7/2018),  Rouhani menyebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah keluar secara sepihak dari perjanjian nuklir Iran, dan kemudian Iran  memberikan ultimatum kepada Eropa untuk menyatakan sikapnya secara tegas dan gamblang mengenai kelanjutan perjanjian ini.

Rouhani mengingatkan bahwa keluar AS dari perjanjian ini disusul dengan terjadinya banyak kesulitan bagi Iran di berbagai sektor ekonomi, relasi perbankan dan perminyakan, dan berbagai pihak investor asing menjadi ragu dalam melanjutkan kegiatannya di Iran.

Terkait dengan usulan tiga negara terkemuka Eropa Inggris, Perancis, dan Jerman mengenai mekanisme komitmen dan kerjasamanya dalam perjanjian nuklir, Rouhani menilainya mengecewakan Iran.

“Sayang sekali, (usulan itu) tidak menjamin adanya mekanisme yang implementatif dan metode yang terukur untuk kelanjutan kerjasama, dan malah menyebutkan beberapa komitmen umum pada tataran yang sama dengan statemen-statemen Uni Eropa sebelumnya,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa Iran dua bulan menunggu tanggapan Eropa. Dia juga berharap pertemuan lima menteri luar negeri di Wina, Austria, pada hari ini, Jumat (6/7/2018) dapat menghasilkan optimisme dan pesan yang tegas mengenai kelanjutan perjanjian nuklir Iran.

Di pihak lain, Merkel dalam percakapan telefon tersebut menyatakan bahwa usulan yang telah diajukan kepada Iran memang telah menyinggung berbagai persoalan general dan substansial sehingga perlu adanya kelanjutan perundingan mengenai rinciannya.

“Yang penting ialah kita mengetahui dan yakin bahwa kami menghendaki kelanjutan perjanjian nuklir, dan meyakini keharusan dilanjutkannya perundingan dengan tenang untuk mencapai hasil yang memadai,” ungkapnya. (alalam)

Rusia Sebut Keberadaan Militer AS Di Al-Tanf Ganggu Misi  Penumpasan ISIS

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa eksistensi militer Amerika Serikat (AS) di kawasan al-Tanf, Suriah, menciptakan keadaan yang kondusif bagi aktivitas kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di sana.

“Misi penumpasan teroris di wilayah Suriah menjadi makin sulit akibat keberadaan militer AS  secara ilegal dan tanpa alasan di kawasan al-Tanf,” ungkap Zakharova, Kamis (5/7/2018).

Dia menyebutkan bahwa kawasan itu faktanya sudah menjadi tempat berlindung kawanan teroris ISIS yang tersisa, dan AS tidak memperkenankan pasukan pemerintah Suriah memasuki kawasan yang luas tersebut.

Sementara itu, Pasukan Arab Suriah (SAA) memulai operasi militer di wilayah perbatasan negara ini dengan Yordania dan mengembangkan  kekuasaannya atas sembilan pos perbatasan wilayah administrasi kota Daraa, dari titik 71 hingga 79 yang terletak di sejumlah desa dan daerah.

Sebelumnya, tentara Suriah telah membebaskan secara total distrik Saida, provinsi Daraa, Suriah barat daya, dan terus melanjutkan operasi militer dan gerak majunya.  SAA dan sekutunya juga membebaskan daerah Tal al-Saadah di timur laut distrik Tafas di bagian utara provinsi Daraa yang kini dikepung SAA. (rayalyoum/alalam)

Menhan Yaman Berjanji Akan Kejutkan Koalisi Pimpinan Saudi

Menhan Yaman Mayjen Mohammad Nasser al-Atifi, Kamis (5/7/2018), melontarkan peringatan keras disertai janji akan adanya serangan yang mengejutkan pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi.

Dia menegaskan bahwa Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan para sekutu keduanya tidak dapat melanjutkan arogansi dan kesewenang-wenangannya terhadap Yaman, karena “Yaman akan tetap solid dalam kemerdekaan, kehendak, kehormatan, dan kemerdekaannya dengan segala resiko pengorbanannya.”

Nasser al-Atifi memastikan bahwa daerah pesisir Yaman telah menjadi kuburan bagi pasukan agresor, dan peristiwa ini akan tercatat dengan sangat cemerlang dalam lembaran sejarah Yaman.

“Kami telah berulangkali mengingatkan agar mereka tidak congkak dan sombong terhadap bangsa kami dan menumpahkan darah anak-anak bangsa kami, termasuk perempuan dan anak kecil, yang tak berdosa. Dengan menyerang Yaman maka kalian (koalisi pimpinan Saudi) telah melayani kekuatan-kekuatan imperialis, terlebih Amerika Serikat dan Israel,” tegasnya.

Dia kemudian menyatakan masih banyak kejutan bagi musuh Yaman, dan mengatakan bahwa perang yang telah berkepanjangan ini justru mengobarkan semangat bangsa Yaman untuk meraih kemenangan, dan musuhnya tak dapat mempengaruhi inovasi-inovasi baru yang terus dilakukan oleh bangsa Yaman.

Sementara itu, pasukan koalisi Arab mengakui bahwa markas komando pusat al-Buraiqa di kota Aden, Yaman selatan, telah mendapat serangan roket dari pesawat nirawak Yaman.

Sumber-sumber Yaman menyatakan bahwa nirawak itu telah melepaskan dua roket ke markas tersebut hingga menjatuhkan beberapa orang tewas dan luka.

Jubir militer Yaman Aziz Rashid mengatakan bahwa serangan itu merupakan satu peristiwa tersendiri yang menunjukkan bahwa adanya perubahan signifikan pada perimbangan militer dalam perang Yaman serta merupakan satu perkembangan yang semakin mengandaskan ambisi pihak lawan. (alalam)

Israel Mengancam Akan Menyerang Suriah Lagi

Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan menyatakan bahwa negara Zionis penjajah Palestina ini akan melancarkan serangan lagi terhadap Pasukan Arab Suriah (SAA) jika SAA menyebar mendekati Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

“Kami harus melakukan segala sesuatu untuk menjelaskan kepada Rusia dan pemerintahan Assad bahwa kami tidak akan menerima keberadaan militer rezim Assad di kawasan yang seharusnya berlucut senjata,” ujarnya kepada koran Israel Yedioth Ahronoth, Kamis (5/7/2018).

Saat ditanyaapakah Israel siap melancarkan “serangan pre-emptive”, Erdan menjawab, “Ya, pasti.”

Israel pernah beberapa kali menyerang berbagai lokasi di Suriah yang diklaimnya menjadi markas pasukan Iran dan Hizbullah Lebanon, namun pemerintah Suriah berulangkali membantah di Suriah terdapat anair militer Iran selain yang bertugas sebagai penasehat.

Erdan menegaskan bahwa Israel akan bergerak dan menindak “segala bentuk pelanggaran” atau operasi “pengiriman senjata” di kawasan Suriah selatan yang berbatasan dengan Israel. (rt)