Rangkuman Berita Timteng Jumat 10 Agutus 2018

korban luka gadis yamanJakarta, ICMES:  Serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi telah menimpa bus sekolah dan menyebabkan 40-an siswa meninggal dunia di provinsi Sa’dah, Yaman.  Peristiwa tragis ini membangkitkan lagi pertanyaan mengenai jumlah korban jiwa warga sipil dalam serangan pasukan itu ke Yaman sejak Maret 2015 sampai sekarang.

Pasukan Arab Suriah (SAA) menggempur posisi-posisi kawanan pemberontak dan teroris di provinsi Idlib di bagian barat laut negara ini bersamaan dengan berlangsungnya proses persiapan SAA untuk memulai operasi militer besar-besaran di Idlib.

Berita selengkapnya;

Bus Sekolah Diterjang Serangan Udara Saudi, 40-an Siswa Terbunuh

Serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi telah menimpa bus sekolah di provinsi Sa’dah, Yaman, Kamis (8/8/2018).

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyebutkan sebanyak 29 anak dengan usia di bawah 15 tahun terbunuh akibat serangan ini.

“Telah sampai ke rumah sakit yang didukung tim kami 29 jenazah anak kecil di bawah usia 15 tahun, dan 48 korban luka yang 30 di antaranya anak kecil,” tulis ICRC dengan halaman Twitter-nya.

Sumber kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban meninggal akibat serangan yang menimpa warga sipil tak berdaya ini meningkat menjadi 43 orang, sementara korban luka 63 orang. Sedangkan laman saluran al-Alam yang berbasis di Iran menyebutkan jumlah korban jiwa 47 orang dan korban luka 77 orang.

Jubir Departemen Kesehatan Yaman, Yusuf al-Hadiri, kepada kantor berita Jerman, DPA, mengatakan bahwa serangan udara Saudi yang menimpa satu unit bus yang mengangkut 60 anak siswa sekolah dasar di daerah Azah Dahyan di utara kota Sa’dah itu menggugurkan 43 anak dan melukai 63 orang lain yang sebagian besar adalah anak kecil.

Al-Hadiri mengutuk serangan itu dan menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran serangan udara Saudi dan sekutunya kali ini adalah alat transportasi siswa sekolah di tengah pasar yang sedang padat pengunjung.

Dia menyerukan kepada organisasi-organisasi internasional di Yaman agar segera bergegas ke provinsi Sa’dah dan membantu memenuhi kebutuhan segera para korban luka demi mencegah meningkatnya jumlah korban jiwa.

Sebelumnya di hari yang sama kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) menuding pasukan koalisi pimpinan Saudi telah menyerang sebuah bus sekolah, sementara pihak koalisi belum berkomentar hingga berita ini disusun.

Saudi dan sekutunya hampir setiap hari melancarkan serangan udara di Yaman sejak tahun 2015 sampai sekarang dengan dalih memenuhi permintaan mantan presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi yang berperang melawan Ansarullah.

Pasukan koalisi Arab menyatakan bahwa serangan ke provinsi Sa’dah merupakan “operasi militer yang sah.”

“Serangan yang terjadi hari ini diprovinsi Sa’dah merupakan operasi militer yang sah dengan sasaran anasir yang telah menyerang warga sipil kemarin malam di kota Jizan, Saudi, serta membunuh dan melukai warga sipil,” ujar jubir pasukan koalisi Arab Kolonel Turki al-Maliki.

Kelompok Ansarullah menegaskan bahwa berlanjutnya kejahatan Saudi dan sekutunya merupakan pertanda buruk akan gagalnya perundingan yang diupayakan oleh Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Yaman, Martin Griffiths.
Ali al-Qahum, anggota biro politik Ansarullah, mengatakan, “PBB tidak menunaikan tanggungjawabnya di Yaman sehingga semua pergerakannya hanyalah demi kepentingan pihak agresor. Berlanjutnya pembantaian oleh pihak agresor menunjukkan bahwa AS dan para anteknya tidak menghendaki penghentian agresi.”

Dia menambahkan, “Ini merupakan pertanda kuat akan kegagalan perundingan yang diupayakan oleh Utusan PBB dan tertutupnya semua pintu bagi segala bentuk penyelesaian damai sebagaimana sebelumnya di setiap pertemuan yang diselenggarakan PBB.” (raialyoum/alalam)

Ini Data Korban Sipil Serangan Saudi Dan Sekutunya Ke Yaman

Serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi yang menewaskan puluhan korban jiwa siswa sekolah dasar di provinsi Sa’dah, Yaman, membangkitkan lagi pertanyaan mengenai jumlah korban jiwa warga sipil dalam serangan pasukan itu ke Yaman sejak Maret 2015 sampai sekarang.

Pernyataan ini mengemuka tentu karena tidak mudah untuk mendapatkan angka yang akurat akibat buruknya situasi yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan disebut “krisis kemanusiaan terburuk di dunia.” Namun demikian, Wakil Komisaris Tinggi HAM PBB (OHCHR) Kate Gilmore dalam pernyataannya di depan Dewan HAM pada Maret lalu memastikan bahwa serangan udara pasukan koalisi Arab merupakan penyebab utama terbunuhnya warga sipil di Yaman.

Gilmore menyebutkan bahwa OHCHR mencatat sebanyak 6100 warga sipil, termasuk 1491 anak kecil, terbunuh di Yaman, sedangkan 9683 lainnya luka-luka sejak Saudi dan sekutunya menginvasi Yaman pada Maret 2016. Tapi dia menambahkan bahwa jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah yang tercatat.

Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relations/CFR) menyebutkan bahwa jumlah korban tewas dalam perang Yaman sejak Maret 2015 sampai sekarang mencapai 16.000 orang.

Mengenai pelanggaran terhadap anak anak, PBB dalam laporannya yang berjudul “Anak Kecil dan Konflik Bersenjata” yang dirilis oleh Sekjen PBB pada Mei lalu mencatat 552 anak meninggal dan 764 anak luka-luka di Yaman pada tahun lalu, yang sebagian besar adalah akibat serangan udara Saudi dan sekutunya.

Namun, organisasi Save the Children mengecam laporan itu dan menilai angka tersebut terlalu minim dibanding jumlah yang sebenarnya.

Pasukan koalisi Arab juga kerap mendapat kecaman keras dari para aktivis HAM. Humat Right Watch (HRW), misalnya, dalam laporan tahun 2017 mengecam berlanjutnya tindakan koalisi itu menggunakan bom-bom curah yang dilarang oleh PBB.

HRW mencatat bahwa pada tahun 2017 Saudi dan sekutunya telah melancarkan 85 serangan udara yang “tampaknya ilegal” dan menyebabkan jatuhnya 1000 korban jiwa sipil serta menimpa banyak rumah warga, pasar, rumah sakit, sekolah, dan masjid sehingga sebagian di antaranya “bisa jadi merupakan kejahatan perang.”  (rt)

Pasukan Suriah Gempur Kawanan Bersenjata Di Idlib

Pasukan Arab Suriah (SAA) menggempur posisi-posisi kawanan pemberontak dan teroris di provinsi Idlib di bagian barat laut negara ini bersamaan dengan berlangsungnya proses persiapan SAA untuk memulai operasi militer besar-besaran di Idlib. Demikian dikatakan oleh Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR), Kamis (8/8/2018).

Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam wawancara dengan media Suriah pada akhir-akhir bulan Juli lalu menyatakan bahwa apa yang diprioritaskan oleh pemerintah Suriah sekarang ialah merebut kembali wilayah provinsi Idlib yang 60% di antaranya dikuasai oleh kelompok teroris Hayat Tahrir Syam alias Jabhat al-Nusra, dan 40% sisanya dikuasai oleh berbagai kelompok bersenjata lain. Sedangkan SAA berada di sisi tenggara provinsi Idlib.

SAA kemarin melancarkan serangan mortir dan rudal ke kawasan sekitar kota Jisr al-Thughur di bagian barat laut provinsi Idlib, namun belum dapat bergerak maju. Menurut SOHR, serangan ini dilakukan sebagai persiapan operasi militer yang mungkin akan segera dilancarkan oleh SAA, dan pada Selasa lalu SAA mengirim personil dan peralatan tempur untuk memperkuat pasukan ini.

Surat kabar al-Watan di Suriah, Kamis, menyebutkan bahwa tentara Suriah melancarkan serangan sengit dengan mortir-mortir berat terhadap tempat-tempat konsentrasi Jabhat al-Nusra dan kelompok-kelompok bersenjata lain yang bersekutu dengannya di bagian utara provinsi Hama dan bagian barat kawasan Sahl al-Ghab.

Dilaporkan bahwa di provinsi Idlib terdapat puluhan ribu militan bersenjata yang menolak kesepakatan dengan pemerintah Suriah. Provinsi yang diduduki kelompok-kelompok teroris sejak 2015 ini berbatasan dengan Turki, namun hampir sepenuhnya terkepung oleh SAA. (alalam)