Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 11 Februari 2019

iran IRGCJakarta, ICMES: Militer Iran menyatakan bahwa negara-negara Barat yang memusuhi Iran menggalakkan upaya menyebarkan Iranophobia agar mereka dapat meneken transaksi penjualan senjata dengan negara-negara di Timur Tengah.Menteri Luar Negeri Arab Saudi menyatakan negaranya tidak memerlukan penyelidikan PBB atau internasional terhadap pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi karena “sistem hukum yang kompeten” dapat menangani masalah ini.

Pemimpin “Aliansi Fath” di Irak membantah laporan bahwa tentara Amerika Serikat (AS) berkeliaran di dalam kota-kota Irak.

Milisi Kurdi Pasukan Demokrasi Suriah berhasil membebaskan 200 warga sipil yang sebagian besar anak kecil dan kaum perempuan, dari desa Baghouz, kantung terakhir kelompok teroris ISIS di provinsi Deir Al-Zour, Suriah.

Berita selengkapnya:

Militer Iran: Barat Galakkan Iranphobia Agar Dapat Menjual Senjata Di Timteng

Militer Iran menyatakan bahwa negara-negara Barat yang memusuhi Iran menggalakkan upaya menyebarkan Iranophobia agar mereka dapat meneken transaksi penjualan senjata dengan negara-negara di Timur Tengah. Bersamaan dengan ini, Menlu Iran menyatakan kesiapan negaranya memberikan bantuan militer kepada Lebanon.

Kepada wartawa, Ahad (11/2/2019), Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri  menekankan bahwa dalam empat dekade terakhir ini Iran sama sekali tidak pernah memandang negara-negara regional dengan tatapan tamak, sedangkan kehadiran penasihat Iran di Irak dan Suriah adalah demi melawan teroris, dan itupun atas permintaan keduanya.

Kami akan melanjutkan kehadiran kami di negara-negara ini selagi mereka menginginkannya, dan akan meninggalkan keduanya kapan pun mereka tidak menghendaki (kehadiran)-nya. Ini bertentangan dengan apa yang dilakukan AS, yang tetap (bercokol di negara-negara kawasan) dengan paksa meskipun ditentang oleh orang-orang di negara-negara itu, dan kemudian menuduh Republik Islam (mencampuri urusan negara-negara lain).”

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV pada Oktober tahun lalu, juru bicara Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigjen Ramezan Sharif mengatakan Iran akan mempertahankan kehadiran penasihat militernya di Suriah selama Teheran menganggapnya “efektif dan berguna” dan selagi pemerintah Damaskus menghendakinya.

Dia juga menegaskan bahwa Iran membela Suriah sesuai dengan peraturan internasional sejak awal krisis di negara itu.

Sementara itu, dalam jumpa pers saat tiba di Bandara Internasional Beirut, Lebanon, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, di hari yang sama menegaskan kembali tawaran negaranya untuk memberikan bantuan militer kepada tentara Lebanon jika Beirut menghendakinya.

Kedatangannya ke Beirut merupakan kunjungan pertamanya ke Libanon sejak pembentukan pemerintahan baru Lebanon pada akhir bulan lalu.

“Kami selalu memiliki kesiapan demikian,” katanya saat ditanya tentang bantuan militer itu.

Dia menjelaskan bahwa kunjungannya ini memiliki dua tujuan; pertama, menyatakan solidaritas dan dukungan kepada Lebanon; kedua, menyatakan kesiapan Iran memberikan dukungan kepada pemerintah Libanon di semua level. (presstv/raialyoum)

Bantah Keterlibatan Bin Salman, Al-Jubeir Nyatakan Saudi Selidiki Sendiri Pembunuhan Khashoggi

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan negaranya tidak memerlukan penyelidikan PBB atau internasional terhadap pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi karena “sistem hukum yang kompeten” dapat menangani masalah ini.

Kepada program TV AS “Face the Nation”, Ahad (11/2/2019), dia mengatakan bahwa pembunuhan jurnalis di konsulat Saudi di Turki pada 2 Oktober itu merupakan “tragedi besar”, namun dia membantah bahwa dilakukan dengan persetujuan oleh pemimpin Saudi, yakni penguasa kerajaan secara de facto, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Badan-badan intelijen AS berkesimpulan bahwa pembunuhan itu hampir pasti membutuhkan persetujuan MBS. Pada Desember 2019, para senator AS mendukung kecurigaan bahwa MBS memerintahkan pembunuhan Khashoggi.

“Putra Mahkota tidak ada hubungannya dengan ini. Tidak ada perintah yang diberikan untuk membunuh Jamal Khashoggi, dan seluruh orang di negara ini terkejut atasnya… Itu adalah kesalahan. Itu dilakukan oleh para pejabat pemerintah Saudi yang bertindak di luar lingkup wewenang mereka. Raja memerintahkan penyelidikan,” ujar al-Jubeir.

Mengenai jenazah Khashoggi yang dikabarkan telah dimutilasi dan dilenyapkan dengan zat kimia pelarut, al-Jubeir mengatakan, “Kami tidak tahu. Kami masih menyelidiki. Kami sekarang memiliki beberapa kemungkinan dan bertanya kepada mereka apa yang mereka (para tersangka) lakukan terhadap jenazah itu.”

11 tersangka telah didakwa dan diproses di pengadilan Arab Saudi, dan lima lainnya menghadapi hukuman tuntutan mati, namun prosesnya tidak atau belum dipublikasikan.

Pelapor khusus PBB untuk eksekusi ekstra-yudisial, Agnes Callamard, telah melakukan penyelidikan selama seminggu di Turki mengenai pembunuhan Khashoggi, dan dalam temuan awalnya berkesimpulan bahwa peristiwa itu merupakan “pembunuhan brutal dan terencana, yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara Saudi Saudi “.

Callamard yang akan menyerahkan laporan finalnya pada Juni mendatang juga menegaskan bahwa Saudi “secara serius merusak” upaya Turki untuk menyelidiki pembunuhan Khashoggi, dan karena itu dia meminta akses ke Arab Saudi serta mengaku prihatin atas perlakuan yang tidak fair di Saudi terhadap orang-orang yang diproses hukum dalam kasus ini. (aljazeera/raialyoum)

Aliansi Fath Irak Bantah Tentara AS Berkeliaran Dalam Kota

Pemimpin “Aliansi Fath” di Irak, Hadi al-Amiri, membantah laporan bahwa tentara Amerika Serikat (AS) berkeliaran di dalam kota-kota Irak.

Amiri dalam sebuah pernyataannya di provinsi Diyala menegaskan, “Pasukan AS terlalu bodoh jika berkeliaran di kota-kota Irak, dan semua yang dikabarkan tentang ini adalah dusta dan hoax belaka… Kami tidak akan mengizinkan eksistensi darat ataupun pangkalan udara AS di Irak, dan akan memutuskan hal ini di parlemen.”

Dia melanjutkan, “Kami tidak keberatan jika sejumlah penasihat (militer AS) tetap ada untuk tujuan pelatihan, dan ini diputuskan hanya oleh pemerintah Irak.”

Amiri kemudian mengaku pihaknya “terhubung dengan agenda kubu resistensi anti-Zionis, menolak semua pihak yang menyerah kepada entitas Zionis, akan tetap setia kepada agenda ini, akan terus mempertahankan kedaulatan nasional, dan tidak akan membiarkan siapa pun menodainya.”( alalam)

Milisi Kurdi Bebaskan Ratusan Warga Sipil Dari Sarang ISIS

Milisi Kurdi Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) berhasil membebaskan 200 warga sipil yang sebagian besar anak kecil dan kaum perempuan, dari desa Baghouz, kantung terakhir kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di provinsi Deir Al-Zour, Suriah.

Kantor berita Kurdi, Hawar, yang dekat dengan SDF mengatakan bahwa warga sipil tiba itu di daerah-daerah yang telah dibebaskan setelah milisi itu membuka jalan aman mereka.

Setelagh SDF mengumumkan dimulainya operasi terakhirnya untuk menumpas sisa-sisa ISIS di desa Baghouz  di kawasan Badiya Deir al-Zour, sejak Ahad pagi ada ratusan warga bergerak melintasi gurun menuju titik konsentrasi SDF.

Salah satu anggota milisi Kurdi mengatakan bahwa para pengungsi itu bergerak seharian melalui jalan-jalan yang diamankan oleh SDF. Mereka dibawa ke daerah-daerah yang aman melalui pemeriksaan secara ketat untuk mengantisi adanya anggota ISIS yang menyamar dan menyusup sebagai warga sipil di antara mereka.

Dia menambahkan bahwa ISIS masih menggunakan ratusan warga sipil sebagai perisai manusia di depan serangan, sehingga gerak maju SDF ke daerah tersebut menjadi terhambat. (rt)