Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 23 Januari 2022

Jakarta, ICMES. Serangan rudal balistik dan drone ke Pangkalan Udara Al-Dhafra di Abu Dhabi,  Uni Emirat Arab (UEA),  Senin (24/1), membuat tentara Amerika Serikat (AS) dan Inggris di sana bersembunyi di tempat-tempat perlindungan di dalam bunker

Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan kesiapannya untuk mengadakan pembicaraan “mendesak” dengan Teheran secara langsung untuk pemulihan perjanjian tentang program nuklir Iran Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), setelah Teheran mengisyaratkan kemungkinan pembicaraan demikian jika dirasa perlu untuk memperoleh pemahaman yang “baik”.

Pasukan Kurdi Suriah yang memimpin Pasukan Demokrasi Suriah (SDF), Senin (24/1), bekerja untuk menyerang bagian-bagian di mana kawanan teroris ISIS bersembunyi di dalam penjara Ghweran, Hasakah, di bagian timur laut Suriah.

Berita Selengkapnya:

Yaman Serang Pangkalan Militer di UEA, Tentara AS Bersembunyi di Bunker

Serangan rudal balistik dan drone ke Pangkalan Udara Al-Dhafra di Abu Dhabi,  Uni Emirat Arab (UEA),  Senin (24/1), membuat tentara Amerika Serikat (AS) dan Inggris di sana bersembunyi di tempat-tempat perlindungan di dalam bunker, sementara Kedubes AS untuk UEA memperingatkan kepada warga negaranya untuk berwaspada keamanan tingkat tinggi.  

Komando Pusat AS di Timteng menyatakan bahwa pasukan AS dan Inggris masuk ke tempat-tempat perlindungan ketika pangkalan di Abu Dhabi mendapat serangan.

Pangkalan tersebut ditempati oleh tentara AS dan Inggris, dan di sana juga terdapat pesawat-pesawat nirawak serta jet-jet tempur F-35.

Sementara itu, Kedubes dan Konsulat Jenderal AS di UEA mengingatkan kepada warga negaranya di UEA agar “waspada keamanan tingkat tinggi”.

Peringatan itu disampaikan setelah pasukan Yaman kubu Sanaa mengumumkan serangan terbarunya ke wilayah UEA dan Arab Saudi sebagai balasan atas serangan pasukan koalisi Saudi-UEA beberapa hari lalu yang menjatuhkan puluhan korban tewas warga sipil di Yaman.

Peringatan demikian tergolong langka karena UEA selama ini dikesankan sebagai negara yang paling aman di Timur Tengah.

Peringatan serupa juga dinyatakan oleh Kedubes AS pada pekan lalu ketika pasukan Yaman kubu Sanaa melancarkan gelombang serangan pertamanya ke Abu Dhabi dalam operasi bersandi  Badai Yaman.

Sabtu pekan lalu militer AS juga menyatakan bahwa para anggotanya yang di pangkalan Al-Dhafra terpaksa berlindung di dalam bunker dan bersiaga tinggi selama sekitar setengah jam.

Jubir Kemlu AS Ned Price, Senin, mengecam serangan Yaman ke Saudi dan UEA dan menyebutnya “eskalasi yang memprihatinkan”, sementara Komando Pusat AS menyatakan bahwa sistem anti-rudal Patriot telah mencegat dua rudal balistik pada dini hari Senin.

Kapten Angkatan Laut Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS, dalam sebuah pernyataan mengakui bahwa sistem itu telah membantu mencegah rudal Yaman.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan rudal pencegat melesat ke angkasa dan disebut-sebut berasal dari pangkalan Al-Dhafra yang ditempati oleh sekitar 2000 tentara AS.

“Upaya gabungan berhasil mencegah kedua rudal itu menghantam pangkalan,” kata Urban.

Tembakan rudal itu mengganggu lalu lintas ke Bandara Internasional Abu Dhabi, rumah bagi maskapai penerbangan jarak jauh Etihad, selama sekitar satu jam setelah serangan.

Juru bicara militer Yaman kubu Sanaa, Brigjen Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi menyebutkan bahwa pihaknya telah menyerang beberapa situs di UEA, termasuk Pangkalan Al-Dhafra, dengan rudal balistik Zulfiqar dan drone. Dia juga memperingatkan bahwa UEA akan terus menjadi target “selama serangan terhadap rakyat Yaman berlanjut.”

“Kami memperingatkan perusahaan dan investor asing untuk meninggalkan UEA. Negara ini telah menjadi negara yang tidak aman,” ungkap Saree.

Dalam perkembangan terbaru yang dilaporkan oleh beberapa media Arab disebutkan bahwa pasukan koalisi Saudi-UEA telah menyerang Sanaa, ibu kota Yaman, pada dini hari Selasa (25/1).

Situs berita Ansarullah melaporkan bahwa jet-jet tempur “agresor AS-UEA” tiga kali menyerang kawasan Jarban di distrik Sanhan, dan tiga kali pula menyerang kawasan Al-Nahdain dan Al-Hafa di distrik Al-Sabeen, namun belum ada laporan mengenai dampak serangan ini. (almayadeen/abcnews/fna)

Tanggapi Isyarat dari Iran, AS Nyatakan Siap Berunding Langsung

Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan kesiapannya untuk mengadakan pembicaraan “mendesak” dengan Teheran secara langsung untuk pemulihan perjanjian tentang program nuklir Iran Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), setelah Teheran mengisyaratkan kemungkinan pembicaraan demikian jika dirasa perlu untuk memperoleh pemahaman yang “baik”.

Iran dan berbagai kekuatan dunia yang terikat dalam JCPOA terlibat negosiasi di Wina dengan tujuan memulihkan perjanjian tahun 2015 ini, yang telah ditinggalkan AS pada tahun 2018 dan Teheranpun membalasnya dengan menarik komitmen dasarnya sehingga JCPOA praktis macet.

AS berpartisipasi secara tidak langsung dalam negosiasi di Wina, dan pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian, yaitu Rusia, Cina, Prancis, Inggris dan Jerman, selain Uni Eropa, mengoordinasikan posisi antara perunding Iran dan AS.

Iran telah berulang kali menolak pembicaraan langsung dengan AS di Wina, dengan alasan bahwa Washington tidak lagi menjadi pihak dalam perjanjian tersebut.

Namun, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian dalam jumpa pers, Senin (24/1), mengatakan, “Pihak AS mengirim pesan dengan berbagai cara bahwa mereka mencari tingkat tertentu pembicaraan langsung dengan Iran.”

Dia menambahkan, “Saat ini Iran tidak berbicara langsung dengan AS, tapi jika kita mencapai titik selama negosiasi di mana kesepakatan yang baik dengan jaminan yang kuat perlu dicapai pada tingkat pembicaraan tertentu dengan AS maka kami tidak akan mengabaikannya dalam jadwal kerja kami.”

Segera setelah pernyataan itu, AS mengumumkan kesiapannya untuk pembicaraan sedemikian rupa.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada AFP mengatakan, “Pertemuan langsung akan memungkinkan komunikasi yang lebih efektif, yang mendesak untuk mencapai kesepahaman dengan cepat.”

Dia juga memperingatkan, “Kita nyaris tak lagi memiliki waktu untuk mencapai kesefahaman.”

Perundingan Wina dimulai pada April 2021, ditangguhkan pada Juni karena faktor pilpres Iran, dan dilanjutkan pada akhir November.

Semua pihak terkait mengakui bahwa negosiasi baru-baru ini mengalami kemajuan, namun masih ada beberapa poin yang belum terpecahkan. Iran dan negara-negara Barat juga saling lempar tanggung jawab atas lambatnya proses negosiasi dan kemajuannya.

Para pejabat Iran belakangan ini menekankan bahwa perundingan langsung dengan AS pertama-tama membutuhkan “perubahan arah”  dari pihak AS.  Pemimpin Besar Iran Ayatullah Ali Khamenei, pemegang keputusan tertinggi, beberapa waktu lalu juga membuat pernyataan bahwa bernegosiasi dengan “musuh” tidak berarti menyerah kepadanya.

Para pengamat lantas menduga pernyataan ini sebagai isyarat menuju perundingan langsung Iran dengan AS, sebagaimana pernah dilakukan dalam proses pengadaan perjanjian nuklir tahun 2015. (raialyoum/fna)

Pasukan Kurdi Suriah Siapkan Serangan ke Bagian Penjara Tempat Perlindungan ISIS

Pasukan Kurdi Suriah yang memimpin Pasukan Demokrasi Suriah (SDF), Senin (24/1), bekerja untuk menyerang bagian-bagian di mana kawanan teroris ISIS bersembunyi di dalam penjara Ghweran, Hasakah, di bagian timur laut Suriah.

Perkembangan itu terjadi di tengah kekhawatiran akan nasib ratusan anak di bawah umur yang ditahan di penjara, setelah kontak senjata antara kedua pihak selama berhari-hari menewaskan 154 orang, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

Kontak senjata yang berlangsung sejak Kamis pekan lalu itu menyebabkan sekitar 45.000 warga meninggalkan rumah mereka di kota Hasakah, menurut catatan PBB pada hari Senin, sementara Administrasi Otonomi Kurdi memberlakukan “larangan total” dari Senin hingga akhir bulan ini dengan tujuan “mencegah sel teroris dari infiltrasi eksternal.”

Lebih dari 1000 anggota ISIS, yang berada di luar dan di dalam penjara, berpartisipasi dalam serangan terkoordinasi yang dimulai Kamis malam melalui operasi yang dianggap “terbesar dan paling kejam” sejak ISIS kalah di Suriah pada tiga tahun lalu.  SDF masih bekerja untuk mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah tersebut.

Observatorium melaporkan bahwa unit pasukan keamanan Kurdi dan pasukan kontra-teroris SDF telah membawa “kendaraan lapis baja ke halaman penjara Ghweran,” setelah “sebagian besar anggota ISIS yang bersembunyi di bangunan penjara menolak untuk menyerah.” (raialyoum)