Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 22 Januari 2022

Jakarta, ICMES. Jubir militer Yaman kubu Sanaa, Brigjen Yahya Saree, menyerukan kepada perusahaan-perusahaan asing di Uni Emirat Arab (UEA) untuk meninggalkan negara ini menyusul gencarnya serangan pasukan koalisi pimpinan Saudi di Yaman.

Iran membantah tuduhan bahwa negara republik Islam ini berperan dalam serangan Ansarullah (Houthi) di Yaman pekan lalu ke wilayah UEA.

Kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dan faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza mengutuk serangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang telah menjatuhkan banyak korban tewas warga sipil.

Kawasan timur laut Suriah diwarnai kontak senjata sengit   antara pasukan Kurdi dan kawanan teroris ISIS hingga  menewaskan lebih dari 40 teroris ISIS, 23 milisi Kurdi dan lima warga sipil, menyusul serbuan ISIS ke Penjara Ghweran, Hasakah, yang menyebabkan beberapa teroris yang ditahan kabur dari penjara yang dihuni oleh ribuan anggota ISIS tersebut.

Berita Selengkapnya:

Koalisi Arab Serang Penjara di Yaman, 77 Orang Tewas, Ansarullah Bersumpah akan Membalas

Jubir militer Yaman kubu Sanaa, Brigjen Yahya Saree, menyerukan kepada perusahaan-perusahaan asing di Uni Emirat Arab (UEA) untuk meninggalkan negara ini menyusul gencarnya serangan pasukan koalisi pimpinan Saudi yang disebut Saree sebagai “pembantaian terhadap rakyat Yaman”, mengacu pada beberapa serangan terakhir koalisi, terutama terhadap sebuah penjara yang menewaskan 77 orang dan melukai ratusan lainnya.

Dalam postingannya di Twitter, Jumat (21/1), Saree menyatakan, “Setelah pembantaian-pembantaian yang dilakukan jet tempur musuh, Saudi-AS-Emirat, terhadap bangsa kami yang mulia, kami menyarankan kepada perusahaan-perusahaan asing di negara kecil Emirat untuk meninggalkannya, karena mereka berinvestasi di negara kecil yang tak aman selagi para penguasanya berkelanjutan mengagresi negara kami.”

Kementerian Kesehatan Yaman kubu Sanaa melaporkan bahwa serangan udara Saudi terhadap sebuah penjara di Sa’dah, Yaman, telah menewaskan 77 orang dan melukai ratusan lainnya. Penjara itu menampung lebih dari 2000 tahanan Yaman dan warga negara lain serta merupakan pusat perlindungan bagi orang-orang Afrika yang hendak menyebrang ke berbagai negara lain.

Sebelumnya, serangan koalisi menerjang gedung telekomunikasi di kota Hudaydah dan menewaskan enam orang, tiga di antaranya anak kecil, dan melukai 18 orang, yang sebagian besar juga anak kecil.

Gelombang unjuk rasa besar bermunculan di Sanaa dan berbagai kota Yaman lainnya, Jumat, untuk menandaikan kutukan terhadap serangan Saudi di Sa’dah dan Hudaydah serta blokade koalisi terhadap Yaman.

Dewan Tinggi Politik Yaman dalam sebuah pernyataannya di hari yang sama menyatakan, “Pembantaian yang dilakukan pasukan agresor tak akan berlalu tanpa hukuman. Orang-orang yang bungkam di depan pembantaian ini hendaklah menelan lidah mereka ketika teriakan Saudi, Emirat dan para pemakai keduanya meninggi.”

Dewan ini menegaskan, “Serangan terhadap gedung telekomunikasi dan pemutusan komunikasi Yaman dengan dunia dilakukan dengan tujuan melakukan kejahatan lebih banyak di luar pantauan media. Saudi dan Emirat terlampau pengecut untuk dapat bertempur di medan laga.”

Kepada pasukan koalisi, dewan ini mengingatkan, “Jika kalian mengira akan dapat menundukkan bangsa Yaman melalui kejahatan kalian maka ketahuilah bahwa ini mustahil. Kalian hanyalah pembunuh dan alat kotor bagi Zionis dan AS, dan tak memiliki moral orang merdeka. Meski mengumbar kejahatan, kalian tetap akan gagal sebagaimana sebelumnya. Tentara, pasukan Lijan Shaabiya dan pesawat-pesawat nirawak berada dalam posisi mencegah agresi dan blokade, dan akan membalas telak semua agresor. Ratapan kalian akan didengar seluruh dunia ketika kalian mendapat reaksi keras Yaman.”

Mohammad Al-Bukhaiti, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, mengatakan, “Dunia tak melihat kejahatan blokade, dan para pelaku pembantaian akan menyesal. Sama sekali tak ada keuntungan militer yang didapat oleh negara-negara agresor dari pembantaian orang-orang Yaman.”

Dia juga menyebut AS dan Inggris bertanggunghawab atas blokade pasukan koalisi terhadap Yaman. (alalam/raialyoum)

Iran Bantah Tuduhan Berperan dalam Serangan Ansarullah ke UEA

Iran membantah tuduhan bahwa negara republik Islam ini berperan dalam serangan Ansarullah (Houthi) di Yaman pekan lalu ke wilayah Uni Emirat Arab (UEA).

Bantahan itu disampaikan oleh Kedubes Iran untuk Pakistan di Islamabad, Jumat (21/1), menyusul adanya surat kabar Pakistan Dawn yang menganggap Iran berperan dalam serangan tersebut.

Dalam sebuah statemen, Kedubes itu menyebut surat kabar berbahasa Inggris tersebut melontarkan “tuduhan dan anggapan yang sama sekali tidak benar”.

Statemen itu menyatakan, “Kedubes Republik Islam Iran di Pakistan menepis keras tuduhan itu dan menyatakan bahwa tuduhan itu akan berdampak negatif pada oponi publik ihwal hubungan antara kedua negara, sebagaimana berdampak negatif terhadap berbagai aspek positif hubungan bilateral dan kerjasama antara kedua negara.”

Kedubes Iran untuk Pakistan menambahkan, “Penyebaran berita-berita palsu seperti ini bertujuan mendistorsi fakta dan mengabaikan penghormatan Republik Islam Iran kepada kedaulatan negara-negara jirannya, termasuk UEA, sebagaimana juga mengabaikan metode konstruktif Iran yang bertumpu pada prinsip kerukunan bertetangga, dialog, gencatan senjata di Yaman, penyelesaian pertikaian antarnegara yang terlibat dalam krisis Yaman, dan penghentian krisis kemanusiaan ini.”

Kedubes Iran untuk Pakistan juga menegaskan, “Surat kabar ini menuduh Iran menyokong pihak yang menyerang UEA tanpa menunjukkan argumen dan bukti apapun, serta menyebut Iran berkemungkinan berperan dalam serangan ke instalasi minyak Aramco (Saudi). Kedutaan Besar Republik Islam Iran untuk Pakistan menepis keras tuduhan ini dan menyatakan bahwa PBB pun tidak menemukan bukti keterlibatan Republik Islam Iran dalam peristiwa ini.” (raialyoum)

Hizbullah dan Faksi-Faksi Pejuang Palestina Kutuk Serangan Brutal Koalisi Arab di Yaman

Kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dan faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza mengutuk serangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang telah menjatuhkan banyak korban tewas warga sipil.

Hizbullah dalam sebuah statemennya, Jumat (21/1), menyebut serangan itu “pembantaian mengerikan” yang dilakukan pasukan koalisi “demi menebus kegagalannya dalam konfrontasi di medan laga”.

Hizbullah juga mengecam “kebungkaman mematikan yang menyelimuti dunia di depan pembantaian brutal ini”, dan menyerukan kepada segenap kaum merdeka di mana saja untuk “berpihak kepada bangsa tertindas Yaman dan mengutuk kejahatan pasukan agresor”.

Sebelumnya, serangan udara Saudi terhadap sebuah penjara di Sa’dah, Yaman, telah menewaskan 77 orang dan melukai ratusan lainnya. Serangan koalisi juga menerjang gedung telekomunikasi di kota Hudaydah dan menewaskan enam orang, tiga di antaranya anak kecil, dan melukai 18 orang, yang sebagian besar juga anak kecil.

Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jalur Gaza turut mengutuk keras serangan tersebut, dan menilainya tidak tertutup kemungkinan melibatkan jet tempur Israel serta menunjukkan frustasi Saudi dan sekutunya dalam pertempuran di darat.

PIJ juga menyatakan bahwa serangan itu merupakan cara murahan dan sia-sia dalam upaya koalisi Arab menundukkan kehendak bangsa Yaman yang telah bertekad menolak mentah-mentah dikte rezim-rezim yang menggantungkan nasibnya kepada kebijakan AS dan Zionis serta menelantarkan Palestina dan Quds.

Front Rakyat Pembebasan Palestina (PFLP) juga bersuara mengutuk brutalitas Saudi dan sekutunya di Yaman. Dalam statemennya, PLFP menyatakan simpati dan empatinya kepada keluarga korban di Yaman serta menyerukan kepada gerakan-gerakan pembebasan Arab dan bangsa-bangsa Muslim untuk bergerak menghentikan agresi terhadap Yaman. (alalam)

Puluhan Tewas dalam Kontak Senjata Kurdi-ISIS Usai Serbuan ISIS ke Penjara di Hasakah

Kawasan timur laut Suriah diwarnai kontak senjata sengit   antara pasukan Kurdi dan kawanan teroris ISIS hingga  menewaskan lebih dari 40 teroris ISIS, 23 milisi Kurdi dan lima warga sipil, menyusul serbuan ISIS ke Penjara Ghweran, Hasakah, yang menyebabkan beberapa teroris yang ditahan kabur dari penjara yang dihuni oleh ribuan anggota ISIS tersebut.

ISIS juga beraksi di Irak dan menyebabkan 11 tentara tewas dalam serangan terhadap sebuah markas tentara Irak pada dini hari Jumat di provinsi Diyala, timur laut Baghdad, menurut seorang pejabat militer setempat.

Serangan ISIS ke Penjara Ghweran tercatat sebagai serangan terbesar kelompok teroris itu sejak mereka kalah di Suriah pada Maret 2019.  

Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang komponen utamanya adalah milisi Kurdi,  melancarkan operasi perlawanan terhadap hingga kemudian pecah pertempuran antara kedua belah pihak.

Menurut Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR), pertempuran itu menewaskan 39 anggota ISIS, 23 pasukan keamanan Kurdi dan lima warga sipil , dan kontak senjata masih berlangsung di dalam penjara besar itu dan sekitarnya.

Tanpa mempekirakan jumlah, SOHR menyebutkan bahwa beberapa tahanan berhasi kabur dari penjara itu, sementara sekira ratusan tahanan lainnya yang berusaha kabur tertangkap.

ISIS menyerbu Penjara Ghweran dengan memanfaatkan situasi krisis akibat putusnya aliran listrik yang menyebabkan ratusan orang meninggalkan daerah setempat. (raialyoum)