Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 19 Februari 2022

Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah mengumumkan pihaknya telah sukses menjalankan misi pengintaian dengan menerbangkan sebuah drone selama 40 menit di angkasa Palestina pendudukan 1948 (Israel) sejauh 70 km dari perbatasan.

Amerika Serikat menyatakan telah terjadi “kemajuan substansial” dalam perundingan di Wina untuk penyelamatan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015, dan menganggap kesepakatan mungkin terjadi dalam beberapa hari jika Iran “menunjukkan keseriusan”.

Polisi Israel membubarkan para pengunjuk rasa di lingkungan Sheikh Jarrah, Quds (Yerussalem), di mana para demonstran berdatangan untuk mendukung warga Palestina yang menghadapi upaya penggusuran oleh pemukim Zionis.

Berita Selengkapnya:

Drone Hizbullah Masuk Selama 40 Menit, Militer Israel Akui Gagal Menjatuhkannya

Kelompok pejuang Hizbullah mengumumkan pihaknya telah sukses menjalankan misi pengintaian dengan menerbangkan sebuah drone selama 40 menit di angkasa Palestina pendudukan 1948 (Israel) sejauh 70 km dari perbatasan.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis saluran TV Al-Manar milik Hizbullah, Jumat (18/2), kelompok pejuang yang berbasis di Lebanon itu mengumumkan, “Hari ini kubu resistensi Islam telah melesatkan sebuah drone ‘Hassan’ ke dalam kawasan Palestina pendudukan. Drone itu terbang di kawasan target selama 40 menit dalam sebuah misi pengintaian sepanjang 70 kilometer bagian utara Palestina pendudukan.”

Hizbullah menambahkan, “Meskipun berbagai upaya beruntun telah dilakukan oleh musuh (Israel) untuk menjatuhkannya, drone Hassan dapat kembali pulang dari tanah pendudukan dengan selamat. Drone itu telah sukses melancarkan misi penting tanpa terpengaruh pergerakannya oleh semua tindakan musuh.”

Di hari yang sama, militer Israel mengakui kegagalannya menjatuhkan drone yang meluncur dari Lebanon dan menerobos zona udara bagian utara Israel.

“Dari penyelidikan awal diketahui bahwa semula pada hari ini terpantau sebuah pesawat nirawak kecil di dalam wilayah Lebanon terbang menuju wilayah Israel,” cuit militer Israel di Twitter.

Militer Israel menambahkan, “Setelah drone itu melanggar kedaulatan Israel dan terpantau melalui sistem pemantauan, helikopter dan pesawat tempur dipanggil, selain peluncuran rudal pencegat dari Iron Dome (sistem pertahanan udara), tanpa bisa mencegatnya. Setelah beberapa menit, drone kecil itu kembali ke Lebanon.”

Sementara itu, sumber keamanan dan saksi Reuters mengatakan bahwa ledakan terdengar di Beirut dan kemungkinan besar disebabkan oleh pesawat Israel yang terbang di langit ibukota Lebanon.

Sumber keamanan mengatakan bahwa pesawat Israel terbang pada ketinggian rendah di angkasa Beirut. Seorang saksi mata Reuters mengaku melihat dua pesawat terbang di langit di angkasa Beirut.

Reporter Al-Alam juga melaporkan peristiwa itu dan bahkan merekam dua jet tempur Israel terbang rendah di angkasa Beirut beberapa jam setelah Hizbullah menerbangkan pesawat nirawaknya ke wilayah Israel.

Rabu lalu Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah memroduksi drone dan mampu memodifikasi ribuan rudal biasa menjadi rudal berpresisi.

“Sudah sekian lama kami mulai memroduksi drone di Lebanon, dan orang yang berminat membeli silakan mengajukan permohonan,” ungkapnya dalam sebuah pidato pada peringatan mengenang para martir.

Dia juga menegaskan,  “Kami sudah memiliki kemampuan mengubah ribuan rudal kami menjadi rudal berpresisi,  kami sudah memulai hal itu sejak beberapa tahun silam, kami telah mengubah sejumlah besar rudal kami menjadi rudal presisi,  kami tak perlu mendatangkannya dari Iran. (raialyoum/alalam)

AS Nyatakan Ada Kemajuan Substansial dalam Perundingan Nuklir dengan Iran

Amerika Serikat (AS) menyatakan telah terjadi “kemajuan substansial” dalam perundingan di Wina untuk penyelamatan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015, dan menganggap kesepakatan mungkin terjadi dalam beberapa hari jika Iran “menunjukkan keseriusan”.

Perundingan Wina, yang melibatkan Iran serta Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan China secara langsung, dan AS secara tidak langsung, dilanjutkan pada akhir November dengan tujuan memulihkan kesepakatan nuklir 2015 yang lazim disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Kesepakatan itu menawarkan bantuan sanksi kepada Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya, namun AS di masa kepresidenan Donald Trump secara sepihak menarik diri dan menerapkan kembali sanksi ekonomi berat sehingga Iran mereaksinya dengan mengabaikan komitmennya.

Seorang juru bicara Kemlu AS mengatakan kepada AFP, “Kemajuan substansial telah dibuat dalam minggu terakhir… Jika Iran menunjukkan keseriusan, kita dapat dan harus mencapai kesepahaman tentang pengembalian bersama untuk implementasi penuh JCPOA dalam beberapa hari.”

Dia menambahkan, “Apa pun yang lebih dari itu akan menempatkan kemungkinan kembalinya kesepakatan itu dalam risiko besar.”

Presiden AS Joe Biden mengaku bersedia kembali ke JCPOA dan meringankan beberapa sanksi AS jika Teheran melanjutkan komitmennya pada perjanjian ini.

Barat selama ini selalu menuding Iran berambisi membuat bom nuklir, dan belakangan ini diopinikan bahwa Iran hanya tinggal beberapa minggu lagi untuk memiliki bahan fisil yang cukup untuk membuat senjata nuklir.

Iran selalu membantah tudingan itu sembari menegaskan bahwa negara republik Islam ini memiliki hak yang sah untuk memanfaatkan energi nuklir bertujuan damai.

Kamis lalu Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei kembali menegaskan hak tersebut dalam sebuah pidatonya.

“Mereka (musuh-musuh Iran) berdalih bahwa (Iran) sudah berjarak sekian dari produksi bom (nuklir).  Mereka omong kosong, mereka tahu kita tidak berurusan dengan ini, tidak mencari senjata nuklir,”ungkapnya.

Dia menambahkan, “Kita ingin memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai, mereka mengetahui dan mengidentifikasi hal ini. Mereka tak ingin bangsa Iran meraih kemajuan sains sedemikian besar dan cemerlang ini. Mereka menekan karena bangsa ini esok hari akan membutuhkannya dan tak ingin gerakan ini berlanjut.” (raialyoum/alalam)

Pasukan Israel Bubarkan Masa Demonstran Palestina di Sheikh Jarrah

Polisi Israel, Jumat (18/2), membubarkan para pengunjuk rasa di lingkungan Sheikh Jarrah, Quds (Yerussalem), di mana para demonstran berdatangan untuk mendukung warga Palestina yang menghadapi upaya penggusuran oleh pemukim Zionis.

Kejadian itu bermula ketika seorang pria Palestina di Quds menggelar permadani di aspal jalan dan menunaikan shalat. Belakangan, massa aktivis bergabung dengan pria itu hingga terkumpul massa dalam jumlah ratusan orang untuk aksi protes upaya penggusuran.

Polisi perbatasan Israel menindak para pengunjuk rasa sembari menunggang kuda setelah massa menolak membuka jalan, dan bentrokanpun tak terelakkan.

Polisi menyebut insiden itu sebagai “kerusuhan” dan mengatakan bahwa “para demonstran tidak mendengarkan instruksi polisi”.

Seorang fotografer AFP mengamati dua orang ditahan, namun polisi mengatakan tidak ada penangkapan yang dilaporkan.

Sebuah video beredar di Twitter disertai keterangan:  â€œPasukan pendudukan Israel menyerang dan membubarkan pengunjuk rasa damai di luar rumah keluarga Salem di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem yang diduduki. Keluarga Salem menghadapi ancaman pengusiran Israel.”

Sheikh Jarrah menjadi ikon perlawanan Palestina terhadap kontrol Israel atas Quds Timur. Israel mencaplok Quds Timur setelah merebutnya dari Yordania dalam Perang Enam Hari 1967.

Lebih dari 200.000 orang Israel tinggal di Quds Timur yang dicanangkan oleh pihak Palestina sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Kelompok pejuang Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza Kamis lalu memperingatkan bahwa “pelanggaran garis merah di Sheikh Jarrah” dapat “menyiapkan atmosfer untuk ledakan berikutnya”. (aljazeera)