Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 12 Februari 2022

Jakarta, ICMES. Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam sebuah pidato dengan suara lantang menegaskan bahwa negaranya tak menggantungkan harapan pada Barat, melainkan pada bangsa Iran sendiri, dalam upaya mencapai kemerdekaan politik dan ekonomi.

Rakyat Iran dari semua lapisan masyarakat di seluruh penjuru negara republik Islam merayakan HUT ke-43 kemenangan revolusi Islam 1979 dengan menggelar konvoi mobil dan motor.

Puluhan orang Palestina, termasuk 7 jurnalis dan dua paramedis, terluka dalam bentrokan dengan pasukan Zionis Israel di bagian utara dan selatan wilayah pendudukan Tepi Barat.

Berita Selengkapnya:

Peringati HUT Revolusi Islam, Presiden Raisi: Jangan Harap Iran Menggantungkan Harapan pada Barat

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam sebuah pidato dengan suara lantang menegaskan bahwa negaranya tak menggantungkan harapan pada Barat, melainkan pada bangsa Iran sendiri, dalam upaya mencapai kemerdekaan politik dan ekonomi.

Dalam pidato di Musholla Akbar Teheran di tengah perayaan HUT ke-43 revolusi Islam, Jumat (11/2), Presiden Raisi menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri pemerintahannya bertumpu pada keseimbangan, dan dengan demikian secara implisit dia mengkritik pandangan Barat terhadap kebijakan di masa lalu yang telah “membuat negara ini tidak seimbang”.

“Kita harus memberikan perhatian khusus kepada semua negara, terutama tetangga kita. Tapi kita menggantungkan harapan pada Allah dan rakyat, dan kita tidak pernah memiliki harapan di Wina dan New York,” tandasnya.

Sayid Raisi memastikan pemerintahannya berkomitmen untuk pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina demi menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015, namun juga mengingatkan bahwa komitmen ini tak berarti menggantungkan negara dan ekonomi pada hasil perundingan tersebut.

Sembari menyinggung besarnya kapasitas Iran, terutama sumber daya manusianya yang muda, dia memandang Iran memiliki masa depan yang cemerlang.

“Kami sangat optimis pada masa depan. Harapan ini tidak dalam slogan, dan kami menjadi lebih optimis dari hari ke hari. Saya juga mengatakan kepada Pemimpin Besar (Ayatullah Seyi Ali Khamenei); saya melihat kapasitasnya. Melihat kekuatan dan intelektual muda, saya menjadi lebih berharap untuk masa depan yang sangat cerah dan menjanjikan,” ungkapnya.

Sayid Raisi bersumbar bahwa Iran pantang menerima dominasi pihak lain sebagaimana juga pantang mendominasi negara lain.

“Kami pantang menerima dominasi dan melepaskan kemerdekaan kami maupun menindas siapa pun,” tegasnya.

Mengenai revolusi Islam Iran sendiri, dia menyebutnya simbol “kekuatan ilahi” yang memukau dunia.

Dia mengatakan, “Semua orang kemudian bertanya-tanya bagaimana suatu bangsa, dengan tawakkal kepada Allah, dapat menggulingkan pemerintah yang didukung oleh kekuatan besar dan secara sukarela mendirikan pemerintahan berbasis agama dan nilai-nilai ketuhanan.”

Presiden Raisi menyampaikan pidato tersebut manakala masyarakat Iran di seluruh  penjuru negara ini merayakan HUT ke-43 Revolusi Islam yang telah menggulingkan rezim Pahlavi yang didukung AS pada tahun 1979. (presstv)

Rayakan HUT Revolusi Islam, Iran Diwarnai Konvoi Kendaraan

Rakyat Iran dari semua lapisan masyarakat di seluruh penjuru negara republik Islam merayakan HUT ke-43 kemenangan revolusi Islam 1979 dengan menggelar konvoi mobil dan motor, Jumat (11/2).

Di Teheran, mulai pukul 09:30 waktu setempat masyarakat membanjiri jalan-jalan besar ibu kota Iran ini dengan mengendarai mobil dan motor menuju alun-alun Monumen Azadi (Kebebasan), sementara di daerah-daerah lain yang minim kasus invesi Covid-19 masyarakat menggelar pawai jalan kaki dan menghadiri rapat umum.

Peringatan ini biasanya ditandai dengan aksi pawai jalan kaki dan rapat akbar,  namun sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, protokol kesehatan untuk kedua kalinya telah mengubah format perayaan.

Pada malam perayaan, masyarakat mengumandangkan takbir pada pukul 21.00 waktu setempat, bersamaan dengan dimulai pesta kembang api.

Perayaan ini diliput oleh ribuan wartawan, termasuk 200-an wartawan asing. Di Teheran, lagu-lagu revolusioner diputar sementara masyarakat mengibarkan bendera nasional mereka. Para penerjun payung profesional melakukan pertunjukan langsung di angkasa Bundaran Azadi dengan menampilkan bendera Iran ukuran raksasa.

Masyarakat juga memperlihatkan poster-poster pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini, Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayid Ali Khamenei, dan Jenderal legendaris Qassem Soleimani serta para martir revolusi.

Sebagaimana biasanya, masyarakat juga meluapkan kebencian kepada Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel dengan cara meneriakkan ye-yel dan sebagianb massa bahkan membakar bendera keduanya.

Presiden Ebrahim Raisi menyampaikan pidatonya menjelang khutbah dan shalat Jumat di Moshalla Akbar Teheran, yang antara lain menegaskan bahwa bangsa Iran pantang menggantungkan nasibnya kepada Barat dan menerima hegemoni asing.

Pada musim dingin 1979, di bawah komando Imam Khomaini, rakyat Iran telah menggulingkan rezim despotik Pahlevi yang notabene antek AS di Timur Tengah. Mereka mencapai kemenangan penuh pada 11 Februari 1979. (alalam/presstv)

Bentrok dengan Pasukan Zionis di Tepi Barat, Ratusan Orang Palestina Cedera

Puluhan orang Palestina, termasuk 7 jurnalis dan dua paramedis, terluka dalam bentrokan dengan pasukan Zionis Israel di bagian utara dan selatan wilayah pendudukan Tepi Barat.

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah pernyataan pers melaporkan bahwa krunya menangani 165 korban cedera di daerah Beita (Jabal Sabih), Beit Dajan dan Pos Pemeriksaan Hawara, provinsi Nablus.

Direktur lembaga ambulans dan darurat tersebut di Nablus, Ahmed Jibril, mengatakan, “Bentrokan di Jabal Sabih di kota Beita mengakibatkan dua pemuda cedera terkena peluru tajam di bagian kaki.”

Dia menyebutkan bahwa kru lembaga itu mengalami kekerasan yang sama sehingga 14 kru menderita luka terkena peluru karet, dan 56 lainnya menderita sesak nafas akibat gas air mata dan dirawat di lapangan.”

Jibril menambahkan, “Empat wartawan dipukuli, tiga di antaranya dirawat di lapangan, sedangkan yang satunya dipindahkan ke klinik Beta untuk menyelesaikan proses pengobatan.”

Sejak beberapa bulan lalu, Beita hampir setiap hari dilanda aksi protes menolak kontrol Israel atas tanah-tanah warga Palestina yang terletak di Jabal Sabih, sementara wilayah timur kota Beit Dajan setiap minggu diwarnai aksi menolak keputusan penyitaan sebagian besar tanah Palestina untuk tujuan pemukiman.

Bentrokan juga meletus di Jalan Al-Quds, dekat pos pemeriksaan Hawara, selatan Nablus. Menurut Jibril, di sana tiga orang terluka akibat peluru karet, dan terjadi 37 kasus sesak napas.

Juru bicara media untuk gerakan Fatah di Qalqilya, Murad Shtaiwi, menyatakan bahwa di daerah Kafr Qaddoum, timur Qalqilya, 11 warga Palestina terluka oleh peluru karet dalam konfrontasi dengan pasukan Israel.  Kota Kafr Qaddoum juga kerap dilanda aksi penolakan pemukiman Zionis di mana massa menuntut pembukaan akses jalan desa yang telah ditutup selama 17 tahun.

Di kota Hebron di bagian selatan Tepi Barat, bentrokan juga terjadi antara massa Palestina dan tentara Israel, mengakibatkan sejumlah orang terluka terkena peluru karet dan sesak nafas terkena gas air mata.

Data dari gerakan hak asasi manusia Israel, Peace Now, menunjukkan bahwa di Tepi Barat terdapat sekitar 666.000 pemukim Zionis, 145 pemukiman besar dan 140 kantung permukiman liar Zionis. (raialyoum)