Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 6 Juli 2022

Jakarta, ICMES. Menhan Rezim Zionis Israel Benny Gantz menyatakan bahwa kapal-kapal perang Iran berkeliaran di Laut Merah dalam beberapa bulan terakhir dan menyebutnya sebagai ancaman bagi stabilitas regional.

Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon dan Rezim Zionis Israel kembali terlibat aksi saling gertak terkait dengan sengketa ladang gas Karish antara Lebanon dan Israel.

Pasukan Rezim Zionis Israel membunuh dua orang Palestina, satu  pekerja berusia 32 tahun dan yang lain seorang remaja, di wilayah pendudukan Tepi Barat, Selasa (5/7).

Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley menyatakan bahwa Teheran menambahkan tuntutan yang dia nilai tak relevan dengan diskusi tentang program nuklir Iran dalam pembicaraan terakhir.

Berita Selengkapnya:

Tunjukkan Foto Satelit, Menhan Israel Sebut Patroli Kapal Perang Iran di Laut Merah Ancaman

Menhan Rezim Zionis Israel Benny Gantz menyatakan bahwa kapal-kapal perang Iran berkeliaran di Laut Merah dalam beberapa bulan terakhir dan menyebutnya sebagai ancaman bagi stabilitas regional.

Dalam sebuah pertemuan dengan Athena, ibu kota Yunani, Gantz memperlihatkan gambar satelit yang dia sebut menunjukkan aktivitas maritim militer Iran yang “paling signifikan” di Laut Merah dalam satu dekade.

“Iran memperluas kegiatannya di arena maritim. Selama tahun lalu, Iran telah menyita tanker internasional dan menyerang kapal. Hari ini, kami dapat mengkonfirmasi bahwa Iran secara metodis mendasarkan dirinya di Laut Merah, dengan kapal perang berpatroli di wilayah selatan, ”kata Gantz pada konferensi Meja Bundar Pemerintah Ekonomi yang diadakan di Yunani, Selasa (5/7).

“Anda dapat melihat kapal-kapal di gambar satelit di belakang saya,” katanya di hadapan para rekannya dari Yunani dan Siprus sembari menunjuk ke slide empat kapal perang militer Iran.

“Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah mengidentifikasi kehadiran militer Iran yang paling signifikan di kawasan ini dalam dekade terakhir. Ini adalah ancaman langsung terhadap perdagangan internasional, pasokan energi, dan ekonomi global,” lanjutnya.

Dia juga mengklaim,“Ini juga merupakan ancaman langsung terhadap perdamaian dan stabilitas di arena maritim, yang dapat mempengaruhi Mediterania dan sekitarnya.”

Rezim Zionis Israel dan sejumlah rezim Arab takut terhadap meluasnya pengaruh Iran di Timur Tengah serta pesatnya program nuklir Teheran.

Menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah minggu depan, Gantz menyerukan penguatan hubungan keamanan dengan negara-negara Teluk Arab yang telah bergerak lebih dekat ke Israel sebagai bagian dari kampanye diplomatik yang disponsori AS pada tahun 2020.

Iran sendiri  berulang kali memastikan program nuklirnya  bertujuan damai dan mengimbau negara-negara Arab untuk tidak termakan oleh Iranfobia yang dikampanyekan Israel demi memecah belah dan melemahkan umat Islam yang seharus berfokus pada pembebasan Palestina dari pendudukan kaum Zionis. (raialyoum)

Sengketa Ladang Minyak, Hizbullah dan Israel Kembali Saling Mengancam

Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon dan Rezim Zionis Israel kembali terlibat aksi saling gertak terkait dengan sengketa ladang gas Karish antara Lebanon dan Israel.

Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menekankan “perimbangan yang jelas” mengenai kekayaan migas Lebanon di perairannya, dan menegaskan bahwa pihaknya menghendaki hak Lebanon sepenuhnya tanpa terkurangi sedikitpun.

“Kita menghendaki minyak kita dan hak kita sepenuh tanpa terkurangi,” ungkapnya dalam pernyataan pada peringatan HUT ke-40 Hizbullah, Selasa (5/7).

Syeikh Qassem menegaskan, “Kita hari ini ada di depan tuntutan yang benar dan berkaitan dengan pengembalian kekayaan migas Lebanon di perairan khususnya.”

Dia menambahkan, “Tak ada gunanya janji-janji yang dilontarkan oleh sebagian orang dalam penundaan solusi, tak boleh membiarkan penguluran waktu yang akan membuat Israel memaksakan eksplorasi sebagai suatu realitas. Perimbangannya jelas, kita menghendaki minyak dan hak kita sepenuh tanpa dikurangi, dan Lebanon tidak lemah, melainkan bisa melindungi hak-haknya.”

Di hari yang sama, Menteri Energi Israel Karine Elharrar mengancam akan menggunakan “berbagai cara yang tersedia” untuk menanggapi setiap upaya serangan ke ladang gas Karish di Laut Mediterania.

Ancaman itu dia lontarkan saat meninjau ladang tersebut, yang menurut Libanon terletak di wilayah maritim yang disengketakan oleh Beirut dan Tel Aviv.

Pada Sabtu lalu Hizbullah mengumumkan peluncuran tiga unir drone tak bersenjata menuju ladang Karish untuk “misi pengintaian”, dan militer Israel lantas mengaku berhasil mencegat tiga drone tersebut.

Beirut dan Tel Aviv memperebutkan wilayah laut seluas 860 kilometer persegi, yang kaya minyak dan gas.

Negosiasi antara Israel dan Lebanon mengenai perbatasan laut berhenti pada Mei 2021, setelah perbedaan antara kedua belah pihak meningkat.

“Lapangan Karish adalah salah satu aset ekonomi dan strategis Negara Israel,” kata Elharrar.

Dia menambahkan, “Setiap upaya untuk merusak platform yang terletak di perairan ekonomi Israel, akan direspon dengan berbagai cara yang kami miliki.”

Dikutip saluran 7 Israel, Arutz Sheva, Elharrar mengatakan, “Dimulainya produksi gas alam yang diharapkan dari Karish pada bulan September diperlukan untuk ekonomi energi Israel dan global dan akan memungkinkan implementasi perjanjian ekspor yang ditandatangani oleh Israel bersama Uni Eropa dan Mesir.”

Dan pada pertengahan Juni lalu, Uni Eropa, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian untuk mengangkut gas alam Israel ke Eropa melalui Mesir, setelah dicairkan di Mesir. (alalam/railayoum)

Pasukan Zionis Bunuh Dua Orang Palestina di Tepi Barat

Pasukan Rezim Zionis Israel membunuh dua orang Palestina, satu  pekerja berusia 32 tahun dan yang lain seorang remaja, di wilayah pendudukan Tepi Barat, Selasa (5/7).

Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa pasukan Zionis menyerang Ahmad Harb Ayyad di dekat tembok pemisah di kota Tulkarm di bagian barat laut Tepi Barat.

Mereka menghajar dan membunuh Ayyad yang mencoba melintasi tembok itu untuk mencapai tempat kerjanya di wilayah pendudukan.

Rezim Zionis mulai membangun tembok pemisah, yang dikenal oleh orang Palestina sebagai “Tembok Apartheid,” pada tahun 2002, dengan dalih demi menangkal serangan orang Palestina.

Dua tahun kemudian, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa tembok itu melanggar hukum internasional karena sangat membatasi pergerakan warga Palestina melintasi wilayah pendudukan, serta menyebabkan penghancuran dan penyitaan tanah dan properti mereka.

Keluarga Ayyad mengatakan pasukan Israel telah menyerahkan jenazah Ayyad kepada keluarganya di Jalur Gaza, di mana dia dimakamkan di pemakaman lokal.

Kementerian luar negeri Otoritas Palestina, yang berkantor pusat di Ramallah, Tepi Barat, mengutuk pembunuhan Ayyad dan menganggap rezim Israel bertanggung jawab “sepenuhnya dan langsung” atas kejahatan itu.

Kementerian itu juga “menyeru PBB dan komunitas internasional untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang Palestina di wilayah pendudukan, yang dibunuh setiap hari” .

Saluran al-Alam milik Iran melaporkan bahwa pasukan Israel  juga telah menembak mati seorang remaja Palestina di kota Majd al-Krum di bagian utara wilayah pendudukan.

Mengutip sumber-sumber lokal, Al-Alam menyebutkan bahwa pemuda itu tewas dalam konfrontasi dengan pasukan Israel, yang juga telah melukai warga Palestina lainnya.

Sumber tersebut menambahkan bahwa pasukan Zionis menempatkan warga Palestina yang terluka itu ke dalam tahanan.

Pada tahun ini pasukan Israel telah membunuh lebih dari 65 warga Palestina, termasuk reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang ditembak mati oleh rezim Israel di kota Jenin,Tepi Barat, pada 11 Mei lalu. (presstv)

AS Sebut Iran Tambahkan Tuntutan Baru dalam Perundingan Nuklir

Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley menyatakan bahwa Teheran menambahkan tuntutan yang dia nilai tak relevan dengan diskusi tentang program nuklir Iran dalam pembicaraan terakhir dan telah membuat kemajuan yang mengkhawatirkan dalam pengayaan uranium.

Malley mengatakan bahwa ada proposal di atas meja pada luang waktu di mana Iran dapat kembali mematuhi kesepakatan nuklir dan Washington dapat mengurangi sanksi terhadap Teheran.

Pembicaraan tidak langsung aTeheran- Washington untuk pemulihan kesepakatan nuklir Iran 2015 berakhir di Doha, Qatar, pekan lalu tanpa kemajuan yang diharapkan. Malley menyatakan bahwa perunding Iran menambahkan tuntutan baru.

“Mereka, termasuk di Doha, menambahkan tuntutan bahwa saya pikir siapa pun yang melihat ini akan dianggap tidak ada hubungannya dengan kesepakatan nuklir, hal-hal yang mereka inginkan di masa lalu,” katanya dalam sebuah wawancara dengan National Public Radio, Selasa (5/7).

Di pihak lain, setelah berbicara dengan diplomat terkemuka Uni Eropa Josep Borrell, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian di Twitter menyatakan, “Perjanjian hanya mungkin berdasarkan saling pengertian dan kepentingan. Kami tetap siap untuk merundingkan perjanjian yang kuat dan tahan lama. AS harus memutuskan apakah menginginkan kesepakatan atau bersikeras untuk tetap pada tuntutan sepihaknya.” (voa)