Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 13 Februari 2019

iran dan saudi3Jakarta, ICMES: Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa era hegemoni kekuatan imperialis dunia atas Iran sudah berakhir.

Senator Demokrat dari  Connecticut, Amerika Serikat (AS), Chris Murphy, menyatakan bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton berusaha menciptakan kondisi untuk mengobarkan perang terhadap Iran.

Situs intelijen Israel Debka mengklaim bahwa Iran siap menyerahkan kepada Libanon sistem pertahanan udara baru “Bavar 373” buatan Iran sendiri yang setara dengan sistem pertahanan “S-300” buatan Rusia yang ada di Suriah.

Kepala badan intelijen Luar Negeri Israel (Mossad), Tamir Pardo (2011 – 2016), pernah mengunjungi Riyadh, ibu kota Arab Saudi, secara rahasia, pada tahun 2014.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa era hegemoni kekuatan imperialis dunia atas Iran sudah berakhir.

Berita selengkapnya:

Iran Nyatakan Ingin Menjalin Hubungan Erat Dengan Saudi dan UEA

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa era hegemoni kekuatan imperialis dunia atas Iran sudah berakhir.

Dalam sebuah pernyataan di Teheran, Selasa (13/2/2019), Zarif menuturkan bahwa Iran masih menyerukan dialog dengan negara-negara regional Teluk Persia, dan mengingatkan bahwa Iran adalah negara yang pertama mengutuk invasi Irak ke Kuwait sebelum negara-negara GCC sendiri mengutuknya.

Zarif menambahkan bahwa Iran juga mengutuk kudeta militer di Turki dan blokade terhadap Qatar, serta sangat mengharapkan hubungan yang erat dengan semua negara di sekitarnya, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Zarif kemudian menekankan bahwa Iran mendapat kekuatan dari rakyatnya serta merasa bangga menyokong perjuangan bangsa Palestina.

“Kami adalah bagian dari kawasan ini, dan karena itu wajar bagi kami untuk eksis di dalamnya, sedangkan Amerika Serikat tidak wajar berada di dalamnya,” ungkap Zarif. (alalam)

Senator AS: Penasehat Trump Ingin Kobarkan Perang Terhadap Iran

Senator Demokrat dari  Connecticut, Amerika Serikat (AS), Chris Murphy, menyatakan bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton berusaha menciptakan kondisi untuk mengobarkan perang terhadap Iran.

Dalam video yang diposting di halaman Twitter resmi Gedung Putih, Senin (11/2/2019), Bolton menebar pernyataan hoax dan klaim Trump yang sudah berulangkali dibantah bahwa Iran berusaha meraih senjata nuklir, dan menggambarkan pemerintah Iran sebagai “bank sentral terorisme internasional.”

Menanggapi video Bolton, Senator Chris Murphy memperingatkan dalam sebuah cuitannya di Twitter,  Selasa (12/2/2019), bahwa penasihat keamanan nasional hawkish Trump secara sadar membangun momentum untuk serangan militer AS terhadap Iran.

“Di sini Bolton mengatakan Iran sedang mencari senjata nuklir. Ini tidak benar. Intelijen mengatakan sebaliknya dan dia tahu itu. Dia meletakkan dasar untuk perang dan kita semua harus waspada,” tulis Murphy.

Pernyataan Bolton bahwa Iran sedang mengejar senjata nuklir bertentangan dengan temuan-temuan  Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan para pejabat senior intelijen pemerintahan Trump sendiri yang bulan lalu menyimpulkan bahwa “Iran saat ini tidak berada dalam kegiatan kunci pengembangan senjata nuklir yang kita nilai diperlukan untuk menghasilkan perangkat nuklir.”

Senada dengan Murphy, direktur kebijakan di Dewan Nasional Iran-AS Ryan Costello mengatakan, “Klaim John Bolton bahwa ‘Iran terus mencari senjata nuklir’ adalah kebohongan lain yang jelas. Dia jelas menginginkan perang sebelum Trump meninggalkan kantor, dan  ini tidak boleh diremehkan.”

Pada tahun lalu, Bolton mendesak Pentagon agar memberikan “opsi militer” kepada Trump untuk melancarkan serangan terhadap Iran. Pentagon kemudian dilaporkan mengeluhkan permintaan Bolton, tapi tak jelas apakah informasi mengenai desakan itu diketahui Trump.

Sementara itu, membalik klaim Gedung Putih bahwa revolusi Iran telah menghasilkan “kegagalan 40 tahun,” Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif Iran di halaman Twitternya, Senin, menyatakan, “Setelah 40 tahun pilihan yang salah, (sekarang) saatnya Donald Trump memikirkan kembali kebijakan AS yang gagal. ” (rt/cd)

Media Israel Laporkan Siap Iran Pasang Sistem Sekelas S-300 Di Lebanon

Iran siap menyerahkan kepada Libanon sistem pertahanan udara baru “Bavar 373” buatan Iran sendiri yang setara dengan sistem pertahanan “S-300” buatan Rusia yang ada di Suriah, demikian dilaporkan sebuah situs intelijen Israel Debka, Selasa (12/2/2019).

Sebagaimana dilaporkan Sputnik, situs itu mengklaim bahwa sehubungan dengan peringatan 40 tahun kemenangan revolusi Islam Iran dan turunnya jutaan rakyat Iran ke jalan-jalan dalam pawai perayaan peringatan ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berkunjung ke Libanon untuk tujuan politik yang jelas.

Debka menyebutkan bahwa Rusia dan Iran menginginkan stabilitas di Libanon dan Suriah sekaligus eksistensi politiknya di kedua negara. Iran juga ingin meningkatkan eksistensinya di Lebanon serta dukungan Rusia kepada Hezbollah, dan dengan demikian Iran tetap pantang menganggap Hizbullah sebagai “organisasi teroris”.

Situs yang dekat dengan dinas rahasia Israel, Mossad, ini menyatakan bahwa Bavar 373 adalah sistem pertahanan udara yang digunakan Iran untuk melindungi fasilitas nuklirnya.

Menurut Debka, dikuatirkan bahwa jika Teheran memasok rudal tersebut ke Beirut maka akan dapat menghancurkan jet tempur Israel, terutama mengingat adanya ketegangan Iran-Israel terkait dengan Suriah.

Namun, Debka menambahkan bahwa Sekretaris Jenderal Hizbullah Libanon Hassan Nasrallah maupun Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif tahu dan yakin pemerintah Libanon akan menolak tawaran Iran itu, meskipun Beirut mengetahui bahwa Amerika Serikat memasok senjata untuk pasukan Kurdi di Suriah.(mm/raialypoum)

Kepala Intelijen Israel Diam-Diam Pernah Mendatangi Saudi

Saluran televisi swasta Israel, Selasa malam (12/2/2019), melaporkan bahwa kepala badan intelijen Luar Negeri Israel (Mossad), Tamir Pardo (2011 – 2016), pernah mengunjungi Riyadh, ibu kota Arab Saudi, secara rahasia, pada tahun 2014.

Selama ini tidak ada negara Arab yang menjalin hubungan langsung dengan Israel kecuali Mesir dan Yordania yang masing-masing terikat perjanjian damai dengan Israel.

Saluran Israel berusia 13 tahun itu mengutip keterangan para diplomat anonim Barat bahwa pada akhir tahun 2013 terjadi terobosan besar dalam hubungan antara Israel dan Arab Saudi setelah penandatanganan perjanjian nuklir sementara antara Iran dan negara-negara besar dunia.

Dia menjelaskan bahwa beberapa minggu setelah penandatanganan perjanjian nuklir itu, dan pada awal 2014, kepala Mossad saat itu, Tamir Pardo , berkunjung ke Riyadh.

Saudi yang saat itu mencemaskan kemungkinan terjadinya normalisasi hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Iran memandang Israel sebagai mitra terkuat dalam melawan Iran, sehingga kerajaan itu untuk pertama kalinya berkenan menerima kedatangan pejabat senior Israel tersebut.

Israel dan Iran bersiteru hebat satu sama lain, sementara Arab Saudi dan Iran kerap disebut-sebut bersaing pengaruh di sejumlah negara Timur Tengah.

Media Israel itu menambahkan bahwa atas inisiatif itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengadakan pertemuan dengan Bandar bin Sultan, Kepala Dewan Keamanan Nasional Saudi,  selaku utusan raja Saudi saat itu, Abdullah bin Abdul Aziz, di negara ketiga yang tidak disebutkan namanya pada September 2014.

Sebelum pertemuan itu, Netanyahu juga mengadakan pertemuan secara diam-diam dengan utusan khusus (tidak disebutkan namanya) raja Saudi pada akhir Agustus 2014.

Dalam pertemuan itu Saudi mengusulkan inisiasi diplomatik bersama mengenai pembicaraan damai Israel-Palestina, strategi aksi bersama untuk melawan pengaruh Iran, dan rekonstruksi Gaza. (raialyoum)