Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 11 Januari 2024

Jakarta, ICMES. Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, membantah adanya  inisiatif Qatar, yang antara lain  mengusulkan keluarnya para pemimpin faksi pejuang ini dari Jalur Gaza.

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Jenderal Herzi Halevy, mengatakan bahwa setelah pertempuran di Jalur Gaza, tentara Israel dapat berperang di Lebanon jika diperlukan, dan bahwa “tidak ada desa di Lebanon yang tidak dapat dimasuki dan dibongkar.”

Iran telah menyuarakan dukungannya kepada keputusan Afrika Selatan   mengadukan Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) atas kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Berita Selengkapnya:

Hamas Bantah Ada Inisiatif untuk Kesediaan Para Pemimpinnya Angkat Kaki dari Gaza

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, membantah adanya  inisiatif Qatar, yang antara lain  mengusulkan keluarnya para pemimpin faksi pejuang ini dari Jalur Gaza.

Hal ini diungkapkan oleh petinggi Hamas, Osama Hamdan, dalam konferensi pers di Beirut, ibu kota Lebanon,  Rabu (10/1).

Sebelumnya, Channel 13 Israel mengklaim, “Sebuah proposal baru telah disampaikan ke Israel dari Qatar, untuk membebaskan semua orang yang diculik (tawanan Israel di Gaza) dalam beberapa tahap, yang sebagian besarnya akan dilakukan menjelang akhir perjanjian dan setelah tentara Israel  menarik diri dari Jalur Gaza.”

Saluran itu melaporkan bahwa proposal tersebut mencakup keluarnya para pemimpin Hamas dari Jalur Gaza, sementara hal ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh Israel atau Qatar.

Menanggapi laporan ini,  Hamdan mengatakan, “Pada prinsipnya, tidak ada inisiatif semacam ini.”

Dia menjelaskan, “Rakyat tidak meninggalkan tanahnya, lalu bagaimana dengan para pejuang resistensi yang membela rakyat? Pembicaan tentang kubu resistensi yang meninggalkan dan meninggalkan tanahnya adalah ilusi, dan gagasan untuk ide untuk perlucutan senjata kubu resistensi adalah suatu keluguan dan tidak mencerminkan pemahaman tentang realitas perkara.”

Hamdan menganggap pembicaraan media Israel tentang inisiatif ini sebagai “sebuah proses penipuan dan informasi yang salah untuk menenangkan publik yang marah, terutama keluarga para tawanan yang menyaksikan anak-anak mereka terbunuh di tangan rezim pendudukan tanpa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu peduli terhadap mereka.”

Hamdan menegaskan kembali pernyataan Hamas bahwa mereka tidak akan “menerima inisiatif pertukaran tawanan apa pun kecuali jika didasarkan pada penghentian total agresi terhadap Jalur Gaza.”

“Sampai saat ini, belum ada pembicaraan mengenai inisiatif apa pun. Kami berkomitmen pada pendirian kami dan menyampaikan visi yang jelas kepada para mediator, dan visi ini menjadi dasar bagi setiap ide atau inisiatif dalam konteks ini,” sambungnya.

Channel 13 Israel menyebutkan  bahwa proposal Qatar akan disampaikan kepada Dewan Perang Israel dan Dewan Menteri Politik dan Keamanan, yang bertemu pada Rabu malam untuk membahas “hari berikutnya” di Gaza  setelah perang berakhir .

Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani pada Ahad lalu mengatakan bahwa negosiasi gencatan senjata di Gaza “sedang berlangsung dan sedang melalui tantangan…. dan gugurnya salah satu pemimpin senior gerakan Hamas Palestina (Saleh Al-Arouri ) dapat mempengaruhi negosiasi ini.”

Dia melanjutkan, “Kami terus berdiskusi dengan semua pihak dan berusaha mencapai kesepakatan sesegera mungkin yang mengarah pada gencatan senjata di Gaza, peningkatan bantuan dan pembebasan sandera dan tahanan.”

Mesir dan Qatar, bersama dengan AS, mensponsori upaya mencapai gencatan senjata sementara kedua di Jalur Gaza. (raialyoum)

Jenderal Israel Ancam Buka Front Perrempuran Baru terhadap Lebanon

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Jenderal Herzi Halevy, mengatakan bahwa setelah pertempuran di Jalur Gaza, tentara Israel dapat berperang di Lebanon jika diperlukan, dan bahwa “tidak ada desa di Lebanon yang tidak dapat dimasuki dan dibongkar.”

 “Setelah kami bertempur di Gaza – kami akan tahu bagaimana melakukannya di Lebanon jika perlu,” lanjut Halevy mengenai tentara Israel di Gaza tengah, menurut sebuah video yang diposting oleh tentara Israel di akunnya di platform  X, Rabu (10/1).

Dia menyinggung peristiwa ledakan di dalam truk yang membawa bahan peledak, yang menyebabkan tewasnya enam tentara Israel, di kamp pengungsi Bureij, Jalur Gaza tengah.

“Pertempuran ini terjadi di ruang yang kompleks. Ada musuh yang telah berperang dalam waktu yang sangat lama. Itu adalah misi yang sangat kompleks, dan satu-satunya hal yang tersisa bagi kami sebagai pemimpin adalah belajar. Ini adalah perang yang panjang dan di sisi lain kami akan mendapatkan hasil yang baik,” katanya.

Pada Selasa lalu, laporan awal tentara Israel mengungkapkan bahwa ledakan yang terjadi pada Senin itu disebabkan oleh penembakan peluru artileri ke arah militan Palestina, yang mengenai tiang listrik sehingga menyebabkan bahan peledak menyala.

Menurutnya, ledakan terjadi saat tentara Israel bersiap meledakkan terowongan milik  Hamas.

Sebelumnya, lembaga penyiaran resmi Israel  melaporkan: “Sebuah truk berisi bahan peledak meledak kemarin sore ketika tentara teknik menjalankan aktivitasnya di kamp Bureij di Jalur Gaza tengah. Bahan peledak tersebut dimaksudkan untuk menghancurkan terowongan bawah tanah di mana tentara Israel menemukan pabrik besar untuk produksi bahan peledak dan roket jarak jauh.”

Disebutkan bahwa ledakan itu menewaskan enam tentara Israel, termasuk dua perwira, dan melukai 3 lainnya, termasuk penyanyi terkenal Israel  Idan Amidi.

Tentara Israel terus melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, ketika  Hamas yang menguasai Jalur Gaza  mengumumkan dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa,  di mana ribuan roket ditembakkan dari Gaza ke arah Israel, dan para pejuangnya menyerbu permukiman Israel di sekitar Jalur Gaza hingga menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang Israel, dan penangkapan sekira 250 orang lainnya.

Pemboman dan operasi darat Israel di Jalur Gaza, sejak 7 Oktober, mengakibatkan lebih dari 23.000 orang tewas dan lebih dari 54.000 orang terluka. (raialyoum)

Iran Dukung Afsel Adukan  Israel ke Mahkamah Internasional

Iran telah menyuarakan dukungannya kepada keputusan Afrika Selatan   mengadukan Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) atas kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa rezim Tel Aviv telah melakukan serangkaian kejahatan terhadap warga Gaza dalam pelanggaran mencolok terhadap konvensi internasional.

Kementerian Luar Negeri Iran, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (10/1), mengatakan  bahwa Israel, yang mendapat dukungan tanpa syarat dan tidak terbatas dari pemerintah-pemerintah tertentu, selama  tiga bulan terakhir telah melakukan serangan militer besar-besaran dan kejam terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terblokade dan Tepi Barat yang diduduki, dan telah melanggar semua konvensi internasional mengenai rakyat Palestina yang tertindas.

“Republik Islam Iran sekali lagi mengecam keras kejahatan perang dan genosida rezim apartheid Zionis terhadap bangsa Palestina, dan menyatakan dukungannya kepada resistensi sebagai langkah pembebasan dan hak sah yang diakui oleh hukum internasional bagi bangsa Palestina dalam perjuangan melawan pendudukan, ” bunyi pernyataan itu.

Mereka kemudian mendesak badan-badan dan badan-badan internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, untuk mengambil langkah-langkah segera dan praktis yang bertujuan untuk menghentikan sepenuhnya serangan militer Israel di Gaza.

Kementerian tersebut juga menyuarakan dukungan Iran kepada tindakan “bertanggung jawab, berani dan terhormat” Afrika Selatan, yang menurut mereka didasarkan pada hukum internasional untuk membela bangsa Palestina.

Iran juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung gerakan meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan di Gaza.

Sedikitnya 23.357 orang Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, gugur, dan 59.410 orang lainnya terluka akibat serangan udara dan darat Israel sejak 7 Oktober 2023.

Israel juga telah memblokade Gaza, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana. (presstv)