Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 1 Agustus 2019

iran-uaeJakarta, ICMES: Sumber Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) mengungkapkan kegembiraannya atas pertemuan ke-6 di Teheran mengenai pasukan penjaga perbatasan dan pantai antara UIA dan Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan negaranya siap mengadakan dialog dan menjalin hubungan baik dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

Jerman mengaku telah menolak gagasan Amerika Serikat (AS) membentuk koalisi militer di Teluk Persia untuk melawan apa yang disebutnya “ancaman Iran” di tengah eskalasi ketegangan antara Washington dan Teheran.

Berita selengkapnya:

Delegasi Militer UEA ke Iran, Netizen Saudi Tebar Kecaman

Sumber Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (31/7/2019), mengungkapkan kegembiraannya atas pertemuan ke-6 mengenai pasukan penjaga perbatasan dan pantai antara UIA dan Iran di Teheran yang berlangsung sehari sebelumnya.

Direktur Kantor Kerjasama Keamanan Internasional Kementerian Luar Negeri UEA Saadah al-Zaabi mengatakan, “Pertemuan itu adalah dalam rangka merampungkan pertemuan-pertemuan periodik sebelumnya yang dilakukan oleh komisi bersama kedua negara, yang telah dibentuk untuk membahas berbagai persoalan nelayan terkait dengan perbatasan maritim dan penyelesaian masalah pembebasan para pelanggar aturan nelayan serta penumpasan operasi penyelundupan. Juga dalam rangka memenuhi keinginan UEA terkait dengan urusan warganya, termasuk para nelayan.”

Mengenai kegembiraannya atas hasil-hasil pertemuan itu dia mengatakan, “Sesuai jadwal kerja, saya cukupkan pada apa yang berkaitan dengan urusan nelayan warga kedua negara serta sarana penangkapan ikan yang mereka miliki.”

Sementara itu, para netizen Arab Saudi di media sosial Twitter membuat tagar berbahasa Arab yang artinya “Saudi mengungkap pengkhianatan Emirat”.

Sejauh ini, sebanyak ratusan netizen Saudi mengecam UEA dan menyebut Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed al-Nahyan berkhianat terhadap Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman. Menurut mereka, Bin Zayed berkhianat demi kepentingan sendiri dan karena takut kepada ancaman Iran setelah Yaman menggempur Saudi dengan rudal balistik.

Menurut Al-Alam, dalam kunjungan delegasi militer UEA ke Iran kedua pihak Selasa lalu bersepakat untuk memperkuat hubungan diplomatik dan menjamin keamanan perairan Teluk Persia di tengah eskalasi ketegangan Iran dengan AS dan Inggris.

Dalam pertemuan komandan pasukan penjaga perbatasan Iran Qasem Rezai dengan komandan pasukan penjaga kawasan pantai UEA Mohamed Ali Muslih al-Ahbabi kedua pihak telah merilis sebuah statemen bersama berisi penegasan bahwa keamanan kawasan strategis Teluk Persia dan Laut Oman hendaknya dijaga oleh bangsa-bangsa regional sendiri dan tidak diintervensi oleh pihak luar.

Al-Ahbabi mengaku gembira atas perkembangan hubungan antara kedua negara di bidang keamanan perbatasan serta menekankan penguatan hubungan dengan Iran demi menjamin keamanan perairan Teluk Persia.

“Iran adalah pemimpin dalam pemberantasan aksi penyelundupan narkoba, dan kami sebagai penjaga keamanan pantai Emirat menghargai tindakan-tindakan Iran di bidang ini,” imbuhnya. (alalam/raialyoum)

Iran Mengaku Siap Menjalin Hubungan Baik dengan Saudi, UEA, dan Bahrain

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan negaranya siap mengadakan dialog dan menjalin hubungan baik dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

“Jika Saudi, Bahrain, dan Emirat mengubah kebijakannya dan menghentikan campur tangan terhadap urusan negara-negara lain maka kami siap menjalin hubungan baik dengan mereka… Pintu dialog dengan negara-negara jiran terbuka, dan Iran sama sekali tidak menutupnya” ungkap Zarif, Rabu (31/7/2019).

Pernyataan ini merupakan tanggapan atas pernyataan Duta Besar Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi mengenai penyelesaian perang Yaman, yang dinilai oleh Zarif sebagai “isyarat positif”.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan, “Tanggapan Iran akan positif untuk segala bentuk isyarat positif Saudi…. Iran sendiri sudah berulang kali menyerukan penyelesaian masalah antarnegara melalui kanal dialog tanpa prasyarat.”

Mousavi menambahkan, “Teheran menyambut baik segala bentuk upaya pendekatan antarnegara Islam, karena meyakini ada kepentingan besar bersama padanya. Kepentingan ini menuntut negara-negara kawasan untuk mengesampingkan perselisihan, dem mencegah penyalahgunaan perselisihan ini oleh negara-negara lain dan sebagian rezim ilegal (Israel).”

Abdallah al-Mouallimi di PBB menegaskan bahwa Riyadh tidak menghendaki perang dengan Teheran di manapun. Dia juga menekankan bahwa krisis Yaman sudah sepatutnya berhenti, dan Riyadh siap menyambut baik hubungan kerjasama negara-negara Arab dengan Iran.

Selasa lalu delegasi Uni Emirat Arab berkunjungan ke Teheran dan pada kesempatan ini kedua pihak telah membahas upaya memfasilitasi dan mempercepat pertukaran informasi keamanan antara kedua negara. (alalam)

Jerman Tolak Gagasan AS Bentuk Koalisi Militer untuk Melawan “Ancaman Iran”

Jerman mengaku telah menolak gagasan Amerika Serikat (AS) membentuk koalisi militer di Teluk Persia untuk melawan apa yang disebutnya “ancaman Iran” di tengah eskalasi ketegangan antara Washington dan Teheran.

“AS baru-baru ini mempresentasikan konsepnya tentang misi pengamatan angkatan laut di Teluk Persia kepada sejumlah sekutunya, termasuk Jerman, dan meminta mereka untuk berpartisipasi. Pemerintah mencatat proposal tersebut, tapi tidak membuat janji,” ungkap Kementerian Luar Negeri Jerman dalam sebuah pernyataan yang diterima oleh kantor berita Sputnik milik Rusia dan dikutip Press TV, Selasa (30/7/2019).

Pernyataan itu menambahkan, “Menteri Luar Negeri (Heiko) Maas telah berulang kali menekankan bahwa, menurut pendapat kami, prioritas harus diberikan pada pengurangan ketegangan, dan untuk upaya diplomatik. Kami sedang berkonsultasi dengan Perancis dan Inggris. Partisipasi dalam strategi ‘tekanan maksimum’ AS terkesampingkan bagi kami.”

Di hari yang sama, Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz menyatakan negaranya bekerja sama dengan Perancis dan Inggris di tengah ketegangan di Teluk Persia.

“Tujuan dari semua politisi yang bertanggung jawab adalah mengamati situasi dengan sangat bijaksana dan hati-hati, dan tidak berjalan tidur dalam krisis yang lebih besar… De-eskalasi adalah order hari ini,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan kelompok surat kabar Funke.

Selasa lalu AS meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Jerman, dan bahkan secara resmi meminta negara Eropa Barat itu bergabung dengan misi maritimnya di Teluk Persia terhadap apa yang disebutnya sebagai “agresi Iran.”

Juru bicara Kedutaan Besar AS untuk Jerman Tamara Sternberg-Greller mengatakan, “Kami secara resmi telah meminta Jerman untuk bergabung dengan Perancis dan Inggris untuk membantu mengamankan Selat Hormuz dan memerangi agresi Iran.”

Banyak politisi Jerman dilaporkan telah menyatakan sangat keberatas terhadap misi angkatan laut mana pun, dan khawatir bahwa langkah semacam itu – terutama yang diatur dan dipimpin oleh AS – dapat meningkatkan risiko agresi militer terhadap Iran.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Jenderal Marinir AS Joseph Dunford pada 9 Juli lalu mengatakan bahwa AS sedang menindak lanjuti rencana menghimpun koalisi yang disebut-sebut bertujuan memastikan kebebasan navigasi di perairan Iran dan Yaman. (presstv)