Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 8 Maret 2024

Jakarta, ICMES. Hamas mengatakan delegasinya telah meninggalkan Mesir namun pembicaraan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza akan dilanjutkan minggu depan sampai kesepakatan dicapai dengan Israel, yang menurut Hamas, telah “menggagalkan” upaya mediator untuk menengahi kesepakatan sebelum bulan suci Ramadan.

Kelompok-kelompok pejuang di Irak dan Lebanon terus berjuang membela rakyat tertindas Palestina di Gaza dengan melancarkan serangan ke wilayah pendudukan Palestina dan Lebanon.

Pemimpin gerakan Ansarullah, Sayid Abdul-Malik al-Houthi menyatakan bahwa bantuan AS yang dijatuhkan dari udara adalah sesuatu sepele dan bahkan mengecoh jika dibanding dengan bantuannya kepada Israel, partisipasinya dalam kejahatan genosida penduduk Gaza, dan tindakannya mencegah bantuan khalayak dunia untuk Gaza melalui jalur darat, laut dan udara.

Berita selengkapnya:

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Solusi Substansial

Hamas mengatakan delegasinya telah meninggalkan Mesir namun pembicaraan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza akan dilanjutkan minggu depan sampai kesepakatan dicapai dengan Israel, yang menurut Hamas, telah “menggagalkan” upaya mediator untuk menengahi kesepakatan sebelum bulan suci Ramadan.

“Delegasi Hamas meninggalkan Kairo pagi ini untuk berkonsultasi dengan pimpinan gerakan ini, dengan negosiasi, dan upaya terus dilakukan untuk menghentikan agresi, memulangkan pengungsi dan memberikan bantuan kepada rakyat kami,” kata Hamas dalam pernyataannya, Kamis (7/3).

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan Israel telah “menggagalkan” upaya untuk mencapai gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir selama empat hari perundingan di Kairo, ibu kota Mesir.

Abu Zuhri mengatakan Israel menolak tuntutan Hamas untuk mengakhiri serangannya di Gaza, menarik pasukannya, dan menjamin kebebasan masuknya bantuan serta kepulangan para pengungsi.

Belum ada komentar langsung dari Israel.

Israel tidak mengirim delegasi ke perundingan baru-baru ini, di mana perwakilan dari Hamas, Qatar dan Mesir minggu ini mengupayakan gencatan senjata selama 40 hari menjelang Ramadhan, yang dimulai awal minggu depan.

Perjanjian tersebut akan mempertukarkan tawanan yang ditahan oleh Hamas dan faksi-faksi pejuang Palestina lainnya di Gaza dengan orang Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Hamas menyebutkan tidak mungkin memenuhi permintaan Israel tanpa gencatan senjata karena para tawanan tersebar di seluruh zona perang. Namun ada laporan yang mengindikasikan akan ada putaran perundingan lagi pada minggu depan.

Setidaknya 1.139 orang Israel tewas dan sekitar 250 lainnya tertawan dalam serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober. Lebih dari 100 tawanan dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November.

Hamas berjanji untuk melanjutkan perundingan, namun para pejabat Hamas mengatakan gencatan senjata harus dilakukan sebelum para tawanan dibebaskan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza dan seluruh penduduk Gaza harus dapat kembali ke rumah mereka yang telah melarikan diri.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan jumlah warga Palestina yang dipastikan gugur dalam perang Israel telah melampaui 30.800 orang, dan dalam periode pelaporan 24 jam terakhir saja terdapat 83 kematian.

Para saksi mata mengatakan pemboman Israel terus berlanjut di Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan serta di daerah-daerah di bagian tengah Jalur Gaza. (aljazeera)

Para Pejuang Resistensi Islam Irak dan Lebanon Gempur Israel

Kelompok-kelompok pejuang di Irak dan Lebanon terus berjuang membela rakyat tertindas Palestina di Gaza dengan melancarkan serangan ke wilayah pendudukan Palestina dan Lebanon.

Para pejuang resistensi Islam Irak (IRI) mengumumkan serangannya terhadap barak militer di Bandara Rosh Pina di wilayah pendudukan Palestina.

Dalam sebuah pernyataan pada hari  Kamis (7/3), IRI mengumumkan pihaknya telah menyerang barak militer di bandara  Rosh Pina  Israel  dengan drone sebagai bagian dari operasi tahap kedua melawan Israel dan membela rakyat Gaza, serta “sebagai respons atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdaya.”

Sehari sebelumnya,  IRI dalam sebuah pernyataan mengaku telah melancarkan serangan drone ke bandara pemukiman Kiryat Shmona, di wilayah utara Palestina pendudukan, dan menekankan bahwa mereka akan “terus menghancurkan benteng musuh.”

Selasa lalu, IRI menyerang pembangkit listrik di Bandara Haifa dengan drone.

Pada tanggal 24 Januari, Sekjen Brigade Sayyid Al-Syuhada di Irak, Abu Alaa al-Walai, mengumumkan dimulainya operasi militer tahap kedua, bertepatan dengan serangan AS terhadap para pejuang Irak.

 “Fase kedua mencakup penerapan blokade terhadap pelayaran Zionis di Laut Mediterania, dan menghentikan layanan pelabuhan-pelabuhan entitas tersebut,”   tulis Al-Walaei di platform  X.

Al-Walai bersumpah akan melanjutkan hal ini hingga blokade terhadap Gaza berakhir, dan pembantaian pasukan Zionis terhadap rakyatnya dihentikan.

Sementara itu, kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon mengumumkan pihaknya pada Kamis malam telah menyerang situs Radar di wilayah pendudukan Shebaa Lebanon, dan situs  Ruwaisat Al-Alam di wilayah pendudukan Perbukitan Kfar Shuba Lebanon, dengan rudal  dan tepat mengena sasaran.

Hizbullah juga menggempur barak Maale Golan dengan serangan udara dengan dua drone serang, dan  posisi tentara pendudukan di Dataran Tinggi Karantina dengan dua drone serang. Hizbullah memastikan bahwa serangan-serangan ini juga tepat mengena sasaran.

Hizbullah menambahkan bahwa para pejuangnya juga menyerang lokasi tentara pendudukan di pemukiman  Metulla hingga menewaskan dan melukai sejumlah tentara Zionis.

Hizbullah menegaskan bahwa kedua serangan tersebut dilakukan untuk mendukung resistensi rakyat Palestina di Jalur Gaza serta sebagai tanggapan atas serangan Israel terhadap desa-desa di selatan dan rumah-rumah warga sipil, yang terbaru di antara adalah yang menyasar distrik Aitaroun,  Lebanon selatan. (almayadeen)

Pemimpin Ansarullah: Bantuan AS untuk Gaza Sepele dan Mengecoh

Pemimpin gerakan Ansarullah, Sayid Abdul-Malik al-Houthi menyatakan bahwa bantuan AS yang dijatuhkan dari udara adalah sesuatu sepele dan bahkan mengecoh jika dibanding dengan bantuannya kepada Israel, partisipasinya dalam kejahatan genosida penduduk Gaza, dan tindakannya mencegah bantuan khalayak dunia untuk Gaza melalui jalur darat, laut dan udara.

Dia juga menyebutkan bahwa seandainya tidak ada perlawanan di Palestina dan Hizbullah di Lebanon maka musuh akan menyebabkan kerusakan besar pada umat Islam.

“AS memberikan puluhan ton senjata kepada Israel untuk membunuh warga Palestina di Gaza, dan mereka berusaha mengecoh masyarakat ketika menjatuhkan sejumlah kecil bantuan melalui udara untuk penduduk Jalur Gaza,” ujar Al-Houthi  dalam sebuah pidatonya pada hari Kamis (7/3).

Al-Houthi menjelaskan, “AS menanggung rasa malu dan aib, dan merupakan pihak pertama yang berperan dalam kejahatan terhadap warga Palestina di Gaza. Sangat memalukan bagi komunitas internasional ketika menutup mata terhadap kejahatan di Gaza dan peran utama AS dalam kejahatan ini.”

Dia menilai “agresi Israel-AS terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza yang telah berlanjut selama enam sebagai  “genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.”

Mengenai tujuan Israel di Jalur Gaza, Sayid Al-Houthi mengatakan, “Musuh kehilangan semangat tentaranya yang berperang di Gaza, dan ada ketidakmampuan pendudukan untuk mencapai tujuannya di Jalur Gaza. Mereka tidak dapat menjangkau para tawanannya, dan tidak dapat menumpas kubu resistensi.”

Dia juga mengatakan, “Pendirian Arab dan Islam masih lemah, dan ini hanya sebatas mengeluarkan pernyataan tanpa mengambil langkah praktis apa pun.”

Dia menambahkan bahwa negara-negara Arab dan Islam, “bahkan ketika mereka berbicara tentang Yaman dan operasinya angkatan bersenjata yang membela Gaza, mereka malah berbicara secara negatif.”

Pemimpin Ansarullah menjelaskan bahwa sejauh ini pasukan Yaman dalam membela Gaza telah melancarkan 96 operasi militer dengan menggunakan 403 balistik, rudal jelajah dan drone, sebanyak 61 kapal telah menjadi sasaran operasi tersebut, dan semua ini telah membuat musuh kewalahan meski mereka bergerak jauh di tengah laut dan jauh dari pantai Yaman. (almayadeen)