[Commentary] Siapakah Pembunuh Rafiq Hariri?

Rafik-al-Harari-2_1687906cDalam jurnalnya, Shmuel Bar dari Institute for Policy and Strategy Interdisciplinary Center (IDC) ,Herzliya, Israel, mengulas pemerintah Suriah (yang disebutnya sebagai rezim) dari berbagai sisi, mulai dari bidang politik, ekonomi, militer, hubungan internasional, dan lainnya. Salah satu tuduhan yang ia ulang-ulang dalam jurnal tersebut adalah pembunuhan Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri pada tahun 2005, yang menurutnya, dilakukan oleh Suriah.

Karena insiden tersebut, Presiden Amerika Serikat kala itu George W. Bush menerapkan tekanan yang kuat pada Suriah, dan puncaknya adalah dengan keluarnya Resolusi Dewan Keamanan PBB pada 7 April 2005 yang menunjuk pengadilan internasional untuk menyelidiki pembunuhan. Di hari pertama pengadilan, jaksa asal Jerman Detlev Mehlis, menuduh bahwa Suriah-lah pelaku pembunuhan tersebut. Besarnya tekanan politik dan publik memaksa Suriah menarik pasukannya dari Lebanon.

Namun ada dugaan bahwa penyelidikan PBB dipolitisasi, dan tuduhan terhadap Suriah dilakukan atas saksi-saksi yang tidak kredibel. Empat tahun kemudian (tahun 2009), barulah pengadilan PBB mengakui bahwa bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Suriah adalah pelaku pembunuhan tersebut ternyata dibuat oleh saksi-sakis palsu, yang bahkan diantara mereka terkait dengan intelejen Israel (Abdelbasit Bani Odeh) atau intelejen Barat (Ahmad Mari ‘ e dan Zuhair Siddiq).

Lantas, dibentuklah tim baru yang dipimpin oleh hakim Italia Antonio Cassesse dan jaksa asal Kanada, Daniel Bellemare. Pada tanggal 23 Mei 2009, media Jerman Der Spiegel menerbitkan laporan yang merinci laporan baru dari tim investigasi kedua. Kali ini, Hizbullah disebut-sebut sebagai pelaku pembunuhan. Dan tentu saja, hal ini disebut-sebut merupakan salah satu upaya untuk melucuti Hizbullah, apalagi setelah Perang 33 Hari tahun 2006 yang mempermalukan Israel.

Hizbullah tidak tinggal diam. Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah memberikan tanggapan dan menuduh bahwa sesungguhnya, Israel yang terlibat dalam pembunuhan Hariri. Nasrallah mempresentasikan bukti yang mengacu pada sarana, motif, dan kesempatan Israel untuk melakukan pembunuhan tersebut.

Presentasi dimulai dari beberapa video yang menampilkan keberadaan agen Israel di Lebanon, dan sejak September 1993, Mossad telah memata-matai Hariri. Agen tersebut kemudian menyebarkan desas-desus palsu bahwa Hizbullah ingin membunuh Hariri. Si agen sempat ditahan pada tahun 1996, namun ia kemudian melarikan diri dari penjara Lebanon menuju Israel. Selain itu, ada sekitar 100 agen-agen Israel yang ditangkap oleh aparat keamanan Lebanon. Mereka bertugas untuk mematai-matai atau mengawasi tokoh-tokoh Lebanon, seperti presiden, pimpinan militer, pimpinan partai politik, hingga tokoh-tokoh perlawanan.

Selanjutnya, Nasrallah mengungkapkan kemampuan Hizbullah dalam mencegat semua gambar intaian yang dikirim dari drone Israel di atas langit Lebanon—yang hendak kembali ke Israel. Dengan pencegatan ini, Hizbullah melakukan analisis data dan salah satu keberhasilannya adalah mampu menyergap unit komando Israel yang memasuki laut Beirut pada September 1997.

Nasrallah kemudian mencocokkan gambar-gambar yang diperoleh dengan beberapa pembunuhan yang terjadi di Lebanon, yang juga dikonfirmasi dari pengakuan agen-agen Israel yang tertangkap di Beirut. Nasrallah juga menunjukkan gambar yang diambil oleh drone Israel selama lebih dari lima tahun, yang memantau rute Hariri dari kediamannya di Beirut, menuju kantornya, rumah yang ditinggalinya selama musim panas, hingga jalur pantai kediaman saudaranya di Sidon. Dalam rute-rute ini sama sekali tidak ada target kantor atau basis Hizbullah. Sehingga tidak ada keraguan lagi bahwa gambar tersebut menunjukkan bahwa Israel memata-matai Hariri, bukan mematai Hizbullah.

Mossad juga memiliki kemampuan menembus jaringan komunikasi, sebagaimana yang diakui oleh Ghassan Jirjis Al-Jidd, pensiunan Angkatan Darat Lebanon yang kemudian menjadi agen Israel. Ia bukan hanya membantu kebtuhan logistik atas pembunuhan yang dilakukan oleh Israel di Lebanon sejak tahun 2004, tetapi juga melakukan berbagai misi atas nama Israel seperti menanam bom. Menariknya, Al-Jidd juga ada di TKP pada 13 Februari 2005, satu hari sebelum Harriri tewas. Namun pada tahun 2009, Al-Jidd mampu melarikan diri ke Prancis, kemudian ke Israel.

Nasrallah lebih lanjut menyatakan bahwa pesawat pengintai Israel terbang di atas Beirut pada hari pembunuhan Hariri selama empat jam dari pukul 10:30 sampai 14:30, sementara pembunuhan terjadi pada pukul 13.00. Dia mempertanyakan apakah itu suatu kebetulan – sebuah pesawat pengintai terbang begitu dekat dengan lokasi pada saat kejahatan itu dilakukan.

Israel memiliki sejarah panjang dan berdarah atas kasus pembunuhan Lebanon sejak tahun 1970-an, termasuk pembunuhan mantan pemimpin Hizbullah pada tahun 1992, dan pembunuhan puluhan pemimpin Palestina di wilayah pendudukan, Eropa dan negara-negara Arab lainnya.Banyak dari pembunuhan ini dilakukan secara diam-diam tetapi ada juga masa ketika agen Israel tertangkap basah seperti di tahun 1997, ketika berusaha membunuh pemimpin Hamas Khaled Meshal di Amman. Seringkali Israel melakukan pembunuhan di depan umum dan dengan darah dingin tanpa takut kecaman internasional, terutama ketika dilakukan di wilayah-wilayah pendudukan.

Sejak penarikan paksa pasukannya dari Lebanon pada Mei 2000, Israel memiliki dua agenda utama di Lebanon. (1) mengupayakan penarikan pasukan Suriah dari Lebanon, dan (2) melucuti senjata Hizbullah dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya. Agenda pertama diraih tak lama setelah pembunuhan Hariri tetapi yang kedua sulit untuk dicapai meskipun menggunakan serangan militer pada tahun 2006, ataupun dengan memobilisasi penguasa politik lokal, regional dan internasional. [Disarikan dari Counterpunch.org]

Tulisan ini adalah tanggapan dari jurnal yang berjudul Bashar’s Syria: The Regime and its
Strategic Worldview (telah disarikan dalam judul Bashar: Rezim Suriah dan Strategic Worldview).