Tulisan ini merupakan intisari dari jurnal yang dimuat dalam Asian Affair yang berjudul The Al Saud family and the future of Saudi Arabia (Asian Affairs, 37:1, 36-49, DOI: 10.1080/03068370500457411). Dipublikasikan secara online pada 17 Februari 2007 di tautan ini: http://dx.doi.org/10.1080/03068370500457411. Perspektif, analisis, dan kesimpulan yang dilakukan penulis jurnal tidak mencerminkan sikap ICMES. Pemuatan artikel ini bertujuan untuk mempelajari model-model analisis yang dilakukan para ilmuwan dari berbagai latar belakang, dengan tujuan akademis. Selanjutnya, ICMES akan membuat tulisan [Commentary] yang berisi tanggapan ilmiah atas artikel jurnal ini.
Keluarga dan Masa Depan Kerajaan Arab Saudi
Colonel Brian Lees [1]
Latar Belakang Keluarga Arab Saudi
Kita harus mengenali terlebih dahulu latar belakang keluarga kerjaaan Arab Saudi. Negara ini terbentuk oleh penaklukan demi penaklukan yang dilakukan oleh Ibnu Saud. Sengketa perbatasan dengan Yaman baru diselesaikan akhir-akhir ini. St John Philby memprakarsai tata letak perbatasan dengan Yaman yang paling dekat dengan Laut Merah pada tahun 1930, tetapi dalam berbagai diskusi selama 50 tahun setelahnya, nampaknya perbatasan telah melebar. Namun demikian, pada tahun 1930 Ibnu Saud telah resmi memerintah kerajaan yang kita kenal sebagai Arab Saudi hari ini.
Mengapa Ibnu Saud mampu menempatkan nama keluarganya di sebagai nama negara? Ia lahir dengan nama ‘Abd Al-Aziz bin’ Abd Ar Rahman Al Saud sekitar 1880 di Riyadh. Klan Al Saud telah menguasai sebagian besar pusat Saudi sejak 1780, tetapi, saat masih bayi, keluarga Abd Al-Aziz telah diusir oleh Rasheedi, menjadi orang buangan di Kuwait.
Pada tahun 1901 ‘Abd Al-Aziz muda, dengan 40 prajurit, berangkat untuk merebut kembali wilayah yang dulunya dikuasai klan Al Saud. Pada Januari 1902 mereka merebut Riyadh, membunuh Gubernur Rasheedi dan dalam beberapa tahun dia mengendalikan sebagian pusat Arabia. Ini adalah masa ketika ia menggunakan kekuatan dinastinya untuk mendukung gerakan Wahabisme. Ia lantas mendirikan sebuah organisasi militan yang dikenal sebagai Ikhwan. Ikhwan inilah yang menjadi dasar kesuksesan Ibnu Saud dalam perang unifikasi Arab Saudi.
Dalam Perang Dunia 1, Ibnu Saud mengadakan perjanjian dengan Inggris yaitu mendapatkan subsidi 5.000 euro per bulan hingga tahun 1924, untuk melawan Turki. Raja Hussein anak dari Hijaz menjadi penguasa Yordan dan anak lainnya, Faisal, menjadi Raja Irak. Hijaz yang hari ini merupakan wilayah barat Arab Saudi merupakan hasil perjanjian pasca perang Dunia 1 karena memiliki dua kota suci Mekkah dan Madinah.
Setelah menciptakan Ikhwan, Ibnu Saud menyadari bahwa militan ini sulit untuk dikontrol dan pada tahun 1929 ia pun mengambil tindakan tegas. (Ingatlah kejadian ini sebagai contoh bagaimana Ibnu Saud menindak ekstremis yang pernah menjadi pendukungnya, dan hal ini diteruskan dengan sangat baik oleh anak-anaknya.)
Pada 1933, ia menandatangani perjanjian pertamanya dengan perusahaan minyak Amerika. Pada tahun 1950, Arab Saudi hanya menerima 200.000 USD namun pada 1953 kerajaan mulai mendapatkan 2.500.000 USD per minggu. Sayangnya Ibnu Saud meninggal di tahun yang sama sehingga ia tidak sempat mencicipi kekayaannya.
Ia digantikan oleh putranya, Saud, yang memerintah pada tahun 1953-1964, namun kemudian Saud digulingkan oleh saudara tirinya, Faisal, yang memerintah sampai ia dibunuh oleh keponakan pada tahun 1975. Faisal melakukan banyak reformasi dan fokus pada pengembangan infrastruktur negara. Dia menjual minyak seharga dua kali lipat dari harga minyak pada tahun 1973. Saudara tirinya, Khalid, memerintah dari tahun 1975-1982. Periode ini merupakan perkembangan besar. Kota-kota industri seperti Jubayl dan Yanbu dibangun. Saudara tirinya yang lain, Fahd, menjadi penerus Khalid dan memerintah hingga tahun 2005. Tidaklah terlalu mengejutkan ketika saya menemukan obituari Fahd yang disampaikan Sir James Craig di dalam The Independent merupakan yang paling akurat. Sir James membuka kontribusinya dengan mengatakan, “Bahkan banyak kritikus Arab Saudi yang mengakui bahwa transformasi fisik dan ekonomi selama 60 tahun terakhir memiliki prestasi yang luar biasa.” Negara Arab Saudi kini memiliki sekolah, universitas, jalan, bandara, rumah sakit, televisi dan supermarket dan semua perlengkapan lain yang menggunakan tekhnologi modern.
Fahd memimpin selama 30 tahun terakhir atau lebih, sejak ia efektif sebagai Putra Mahkota maupun ketika ia menududuki tahta. Sangat disayangkan ia mengalami stroke pada tahun 1995 dan kinerjanya terganggu. Sayangnya lagi, power yang ia miliki tidak menurun pada Putra Mahkota Abdullah. (Setelah Abdullah menjadi raja, Arab Saudi mengalami perlambatan). Namun ada fakta penting yang harus diingat: Arab Saudi tidak pernah dijajah.
Saudi Hari ini
Pada saat ini tentu saja minyak merupakan hal yang paling penting untuk perekonomian negara. Arab Saudi kini memiliki kapasitas untuk memproduksi hingga 10,5 juta barel per hari minyak mentah secara berkelanjutan dan memiliki 25% cadangan minyak dunia atau sekitar 260 milyar barrel. Saudi Aramco memiliki 5 kilang minyak, merupakan salah satu perusahaan yang terbesar di dunia dengan armada yang modern. Liquefied Natural Gas juga memiliki cadangan gas nomor empat terbesar di dunia. SABIC (Saudi Arabian Basic Industries Corporation), didirikan pada tahun 1976, adalah perusahaan petrokimia yang besar. Perusahaan petrokimia swasta juga sukses. Dan kerajaan mendapatkan keuntungan lantaran bahan baku yang relatif murah. Mungkin saja kuntungan ini akan menurun mengingat mereka merupakan anggota dari WTO.
Selain kekayaan minyak dan gas, kerajaan memiliki sumber daya mineral yang sebagian besar belum dimanfaatkan. Deposit fosfat dan bauksit mungkin adalah yang paling menarik untuk dieksploitasi langsung. Ada banyak tembaga tetapi pasar internasional untuk logam cenderung berubah-ubah. Fosfat dan bauksit relatif murah untuk diekspoitasi tetapi membutuhkan investasi yang cukup besar dalam pembangunan infrastruktur – terutama transportasi.
Satu-satunya jalur kereta api yang ada di kerajaan Arab Saudi menghubungkan antara Riyadh dengan Dammam. Sedangkan jalur kerata api di Hijaz yang menghubungkan Suriah dan Yordania dengan Madinah tidak bertahan pada Perang Dunia 1. Ada juga jalur kereta api yang cukup baik yang mengubungkan Jeddah, Mekkah dan Madinah yang memfasilitasi jutaan peziarah yang mengunjungi negara itu tiap tahunnya. Adalagi Saudi Land Bridge yang mengubungkan Jeddah dan Riyadh. Saat ini jika kita tiba di pelabuhan Jeddah, maka kita harus menyusuri jalan menuju Riyadh. Saya tidak mengerti mengapa Kerajaan Arab Saudi tidak mengembangkan jalur kereta api secara bersamaan.
PDB kerajaan diperkirakan tumbuh sebesar 8 persen tahun ini dan akan tumbuh 7-10 persen di tahun-tahun mendatang. Namun PDB perkapita riil saat ini lebih rendah dari AS pada tahun 1980 yang mencapai 8000 USD. Anggaran Belanja Negara 2005 mengungkapkan dana belanja bersumber dari kenaikan harga minyak. Raja telah mengumumkan tambahan belanja infrastruktur, ekspansi petrokimia, perawatan kesehatan primer, perumahan rakyat dan bantuan kepada eksportir Saudi, terutama untuk mendorong industri non-minyak.
Salah satu langkah pertama Raja Abdullah telah menaikkan gaji di sektor publik sebesar 15 persen. Tidak ada kenaikan gaji yang signifikan untuk pegawai negeri sipil dan militer selama 25 tahun sehingga sebanarnya kenaikan tersebut tergolong lambat.
Arab Saudi adalah negara yang kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya dibayar dari pendapatan minyak; dan tidak ada pajak pribadi. Arab Saudi harus mulai memikirkan bahwa mereka harus mengenakan tarif penuh untuk layanan seperti air, walau ini tidak mudah. Juga layanan lainnya seperti listrik. Tarif layanan memang mahal namun rakyat bisa turut berkontribusi melalui berbagai cara. Pertanian hanya mempekerjakan 5,8 persen total jumlah angkatan kerja dan hanya menggunakan 0,8 persen dari lahan tanah. Dari sudut pandang sosial, penting untuk mendorong penduduk untuk tinggal di daerah pedesaan dan menghentikan arus menuju perkotaan.
Di Arab Saudi, sumber air di kawasan utara sudah terbarukan, namun tidak demikian halnya dengan sumber air di kawasan selatan. Produksi air pada tahun 1974 mencapai 21.000 meter kubik per hari; dan 2004 telah mencapai 3,35 juta kubik per hari. Ini akan tidak mengherankan, Arab Saudi bahkan menempati peringkat penggunaan air desalinasi (air yang diolah dari air asin dan payau) yang mencapai 30 persen dari total kapasistas air desalinasi dunia. Contohnya Riyadh, mengandalkan 75 persen air dari desalinasi di Jubayl dengan dua pipa sepanjang 290 mil. Mekkah mengambil air dari Laut Merah dan ada rencana akan turut disalurkan ke Taif. 70 persen air minum Arab Saudi berasal dari desalinasi.
Selama lima tahun, kenaikan biaya hidup berkisar 1 persen per tahun. Investasi di bidang properti cukup tinggi, sekitar 45 miliar USD yang berasal dari pinjaman di bank. Namun masih ada permasalahan serius mengenai hak milik, kontrak dan idependensi hukum. Kondisi ini dikhawatirkan oleh investor asing, apalagi transparansi di negara ini masih bermasalah.
Investasi asing terus menurun sejak tahun 1995-2003, dan menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang mana proposisi ini selalu terpuruk dalam periode 5 tahun. Saudization (digantikannya tenaga asing dengan warga asli Arab Saudi) merupakan hambatan utama, lalu, tenaga kerja Arab Saudi tidak memiliki pendidikan yang memadai namun mereka harus dibayar mahal.
Di pasar saham Arab Saudi, menurut Tadawal All-Share Index, telah mengalami peningkatan sebanyak 70 persen. Menurut HSBC, jumlah ini merupakan salah satu yang paling tinggi di dunia, dengan kapitalisasi sekitar 500 milyar USD, dan omzet harian sekitar lebih dari 2 milyar USD. Naiknya harga minyak memicu pertumbuhan ini, dan membuat para investor menyimpan uangnya di sektor tersebut. Sepertiga penduduk Arab Saudi memiliki saham sendiri, yang diperkirakan didanai dari pinjaman bank.
Salah satu kritik yang ditujukan pada Arab Saudi oleh media Barat adalah kurangnya demokrasi. “Singkirkan raja”, “adakan pemilihan parlemen dengan hak pilih universal” adalah ‘mantra’ kerap kita dengar. Beberapa pengamat yang berteriak diantaranya belum pernah mengunjungi wilayah Arab Saudi. Mereka yang bersikeras bahwa demokrasi harus diterapkan, tidak menyadari ternyata betapa bertentangannya pernyataan mereka dengan fakta.
Ada banyak bentuk demokrasi, misalnya yang terjadi pada suku-suku tertua. Memang, hal ini harus di-up to date sesuai dengan perkembangan jaman, namun harus diperkenalkan secara bertahap agar stabilitas yang telah dibangun selama berabad-abad tidak punah. Gradualisme (teori atau hipotesis tentang perubahan yang dilakukan secara bertahap) tentunya didukung oleh Raja Abdullah. Telah ada gerakan menuju demokrasi dalam pembentukan Majelis Syura, yang baru-baru ini telah meningkat keanggotaannya dari 120 menjadi 150 anggota. Badan ini memang ditunjuk, namun saya percaya, mereka memiliki kekuatan. Abdurrahman Al Zamil, seorang pengusaha sukses yang menjadi anggota majelis ini menyatakan, “Jangan menekan terlalu banyak. Lebih baik menanamkan nilai-nilai dan tidak memaksa mereka karena hanya menyebabkan konflik.”
Sistem pendidikan didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh kerajaan. Sekolah tidak hanya membekali siswa untuk bekerja di sebuah negara modern, namun juga sangat fokus pada pendidikan agama. Pelatihan kejuruan sekarang menjadi prioritas. Saat ini lebih dari 100.000 pekerja Arab Saudi memasuki pasar kerja setiap tahun.
Arab Saudi adalah negara terbesar dalam organisasi GCC, yang jumlah penduduknya mencapai 70 persen dari total jumlah penduduk seluruh anggota organisasi regional tersebut. Rezim ini mendukung Taliban, namun hal itu dengan sepengetahuan Amerika Serikat. Arab Saudi juga mendukung penuh Afghanistan yang berperang melawan Rusia. Namun sejak peristiwa 9/11 ada media Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Arab Saudi terlibat dalam operasi ini. Arab Saudi membina hubungan baik dengan Uni Eropa. Negara Tiongkok dan India dipandang sebagai prioritas. Selama 12 tahun terakhir Arab Saudi telah menjadi anggota World Trade Organisation (WTO).
Kondisi ekonomi di Arab Saudi pada umumnya mengembirakan dan menunjukkan kepuasan. Namun ada juga situasi yang buruk. Misalnya tentang korupsi. Selain itu, terjadi kesenjangan sosial akibat tidak meratanya jumlah harta milik/ kekayaan penduduk. Yang lebih serius, saya yakin adalah kurangnya keterampilan kerja pada generasi muda dan tidak ada kebijakan yang memadai untuk mengatasi hal ini. Pengangguran adalah masalah yang serius, namun diremehkan oleh pemerintah. Ghazi Algosaibi, Menteri Buruh mengatakan, “Pengangguran akan diberantas dalam lima tahun.” Ini adalah hal yang sulit diterima, dan saya harap saya salah karena pengangguran bukan hanya masalah sosial yang serius namun juga memiliki dampak pada keamanan negara. Populasi penduduk usia muda telah berkembang pesat dan melampaui penciptaan lapangan kerja. Industri baru telah didorong namun sayangnya tidak padat karya.
Ada arus yang terus menerus menuju kota, terutama Riyadh. Hal ini menjadi penyebab meningkatnya kasus kriminal. Pada tahun 1999 pengadilan syariah telah menangani 616 kasus pembunuhan, yang jumlah terbesar terjadi di Mekkah. Pada tahun 2003, ada 50 terpidana yang dihukum penggal.
Kurangnya toleransi beragama tidak hanya terbatas pada non-Muslim, namun juga meluas untuk penganut mazhab Syiah. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Arab Saudi concern ke tiga isu, yaitu isu agama, isu Arab (ras, bangsa), dan yang ketiga adalah tentang kemiskinan.Berdasarkan area, penganut Syiah dikelompokkan menjadi dua. Ada Syiah Ismailiyah yang menguni Najran di wilayah selatan ada juga yang bertempat di Provinsi Timur sebanyak 55%.
Abdullah dikenal simpatik tetapi ia bergerak dengan hati-hati. Sejak kekalahan Saddam Hussein dan tumbuhnya pengaruh Syiah di Irak, Arab Saudi menjadi lebih pragmatis. Tokoh agama Abdul Aziz bin Abdullah Al Syaikh berkata, “Menilai muslim lainnya dengan prasangka/ ketidakpercayaan adalah sesuatu yang salah.” Saya berharap, hal ini benar-benar diindahkan.
Bahkan Pangeran Naif (Menteri Dalam Negeri), yang dianggap sebagai sayap kanan keluarga kerajaan, tidak memiliki kemampuan untuk membebaskan belenggu terhadap kaum perempuan. Pada tahun 2001 ia memerintahkan bahwa perempuan harus memiliki kartu ID terpisah dari suami atau ayah. Ini bukan hanya pragmatis tetapi berfungsi untuk memberikan identitas tersendiri bagi para wanita untuk membantu mereka mendapatkan perlindungan terhadap kekayaan dan harta warisan. Namun ternyata wanita-wanita di Arab Saudi keberatan karena mereka diminta untuk menunjukkan foto wajah yang tanpa cadar!
Sensor internet di Arab Saudi konon paling efektif di seluruh dunia. Koran masih disensor, lalu siaran televisi seperti Al-Jezeera diterima melalui satelit.
Keamanan adalah masalah terbesar yang dihadapi pemerintah Arab Saudi hari ini. Target utama dari Osama Bin Laden adalah Al Saud. Sungguh sulit dipahami, mengapa Pangeran Naif, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menolak keberadaan teroris di negaranya.
Saya harus mengatakan ini. Dua tahun sebelumnya, pasukan keamanan telah membuat kemajuan signifikan dalam memerangi terorisme. Anggota teroris banyak yang tewas, dan pihak berwenang Arab Saudi juga memperhatikan keluarga teroris.
Semua masjid berada di bawah pengawasan karena terkait dengan pemberitaan situasi politik. Bahaya terbesar yang dihadapi pemerintah Arab Saudi adalah tentang pasukan keamanan sendiri yang disusupi teroris. Infiltrasi ini, tentu saja tidak dijadikan konsumsi publik, namun hal ini berarti bahwa ada simpatisan Al-Qaeda di dalam pasukan keamanan, dan mereka mungkin saja menempati pos-pos penting.
Pasukan keamanan berada di bawah kendali keluarga Al-Saud. Putera Mahkota Sultan pernah menjadi Menteri Pertahanan selama 43 tahun dan diteruskan oleh anaknya. Raja Abdullah juga menjadi Komandan Garda Nasional sejak tahun 1964 dan juga diteruskan oleh anaknya. Pangeran Naif menjadi Menteri Dalam Negeri selama 30 tahun dan juga diteruskan oleh puteranya. Pangeran Salman, yang menjabat sebagai Gubernur Riyadh juga memegang peranan penting.
Sekarang kita melihat pohon keluarga Al-Saud.
Ibnu Saud adalah putera dari Sudairi.
Saud, agar tidak membingungkan dengan ayahnya (yang anehnya disebut Ibnu Saud) memiliki 53 anak. Salah satu anaknya, Mohammed, adalah Wakil Gubernur Baha. Misha’al, adalah Gubernur wilayah Najran.
Faisal (anak Ibnu Saud dari istri kesayangannya, Tarfah binti Al Syaikh Abdullah) memiliki keturunan yang berbakat. Anak pertama, Saud, adalah Menteri Luar Negeri. Anak kedua, Khalid, adalah Gubernur Asir. Dan anaknya yang ketiga adalah Turki, mantan Direktur Intelejen yang juga pernah menjadi Duta Besar di London. Kini, ia menjadi Duta Besar untuk Amerika Serikat.
Khalid. Anaknya bernama Fahad, yang menjabat sebagai Asisten Menteri Pertahanan dan Inspektur Jenderal untuk Urusan Militer.
Fahd memiliki anak yaitu Abdul Aziz (Menteri Kabinet), Saud (sampai saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Intelijen) dan Muhammad (Gubernur Provinsi Timur). Anak lainnya, Sultan, adalah Kepala Kesejahteraan Kepemudaan.
Abdullah, Raja saat ini (yang masih menjabat sebagai Komandan Garda Nasional). Dia terkenal sebagai sosok yang keras, dihormati dan berpengalaman. Itu benar. Saya percaya dia akan hati-hati dalam melakukan reformasi dan menindak tegas para teroris. Dia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Bush, ataupun dengan Gedung Putih. Dia telah mempersiapkan diri untuk segala kritikan, terutama melihat rakyat Amerika Serikat yang tidak memahami bagaimana demokrasi di tanah Arab. King Abdullah menginginkan sebuah negara monarki modern dengan standar gradualisme.
Anak dari King Abdullah, yaitu Mitab menjabat sebagai Asisten Deputi Komandan Garda Nasional. Abdul Aziz dan Faisal, merupakan penasehat Raja. Sultan selaku Putra Mahkota baru, adalah Deputi Pertama Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dan Penerbangan. Dia memiliki dua anak yaitu Khalid, menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan, dan Bandar, yang merupakan mantan Duta Besar untuk Amerika Serikat, yang baru-baru ini ditunjuk Kepala Dewan Keamanan Nasional yang baru dibentuk. (Dia menikah dengan Haifa binti Faisal.)
Anggota penting lain dari keluarga meliputi: Abdul Rahman ,anak lainnya dari putra Sudairi (dari Hassa binti Sudairi); Talal, ayah dari konglomerat Waleed, Nawwaf (ayah dari Muhammad yang merupakan Duta Besar Saudi untuk Inggris. Naif, Menteri Dalam Negeri (sejak tahun 1975), yang putranya, Muhammad, adalah Asisten Menteri Dalam Negeri untuk Urusan Keamanan.
Anggota keluarga lainnya yang perlu diperhatikan adalah Mitab (Menteri Pedesaan dan Perumahan), Majid (Gubernur Mekah), Miqrin (sampai saat ini menjabat Gubernur Madinah, dan baru- baru ini ditunjuk sebagai Direktur Intelijen), Muhammad bin Nasser bin Abdul Aziz (Gubernur Jizan), Saud bin Abdul Mohsin bin Abdul Aziz (Gubernur Hail) dan Abdul Aziz bin Sa’ad bin Abdul Aziz (Wakil Gubernur Hail) dan akhirnya Fahd bin Badr bin Abdul Aziz (Gubernur Jouf).
Saya harus menyatakan bahwa para wanita di keluarga kerajaan ini diharapkan menikah dengan sesama keluarga. Ada beberapa putri keluarga kerajaan yang menentang ini, dan akibatnya, suami mereka tidak benar-benar diterima. Tidak ada pernikahan yang terjadi antara keluarga kerajaan Arab Saudi dengan keluarga kerajaan negara Teluk lainnya.
Masa Depan Arab Saudi
Pada tahun 1979, ketika Shah Iran jatuh, ada banyak spekulasi bahwa Al Saud akan menyusul. Saya meneliti bahwa persamaan antara Iran dan Arab Saudi hanyalah bahwa kedua negara ini berbentuk monarki dan keduanya memiliki konstituen agama yang kuat.
Shah Iran hanya memiliki kekuatan dasar yang tidak seberapa. Ia mengandalkan Savak dan militer untuk bertahan. Sedangkan Arab Saudi adalah keluarga besar, yang menempatkan mata dan telinga mereka di setiap sudut negara, di setiap komunitas, dan mereka tahu apa yang terjadi di kerajaan maupun masyarakat. Loyalitas aparat keamanan sangat penting, semua kementerian, pasukan keamanan dan organisasi tidak hanya dipimpin oleh seorang anggota senior keluarga tetapi juga didominasi pada penerus berikutnya. Anda akan menemukan bahwa di setiap batalyon infanteri, setiap resimen lapis baja, ditempati oleh seorang Pangeran. Resimen lapis baja juga dikerahkan di dekat perbatasan. Hanya untuk mengenakan sabuk dan kawat gigi, harus ada komunikasi yang dikendalikan secara terpusat. Saya tidak percaya akan ada konstituen dalam kerajaan yang ingin meniadakan sistem monarki, baik dalam populasi masyarakat umum maupun dari komunitas agama.
Saya tidak mengatakan bahwa seluruh rakyat Arab Saudi merasa senang dengan keluarga kerajaan ataupun negaranya. Mereka mungkin lebih senang melihat apa yang telah dilakukan pemerintah Arab Saudi untuk rakyatnya.
Namun demikian, saya tidak percaya ada konstituen di kerajaan yang menghendaki pembentukan republik, bahkan Republik Islam garis keras di Iran, percayalah, sebuah negara republik dengan corak Wahabi akan membuat Iran terlihat seperti komunitas hippi.
Ada spekulasi – saya tidak mengatakan lebih dari itu– bahwa ada gerakan yang hendak memisahkan diri yang datang dari Hijaz dan Provinsi Timur. Pertimbangannya, karena penduduk Hijaz membenci dominasi Riyadh. Mungkin, mereka memang membenci tetapi saya tidak percaya bahwa itu adalah sebuah ancaman. Apalagi di provinsi Timur adalah mayoritas Syiah, dan kedua provinsi tersebut mendapatkan banyak sekali keuntungan jika tetap bersatu (di dalam naungan kerajaan Arab Saudi). Jangan lupa studi yang diterbitkan di Amerika Serikat setelah peristiwa 9/11 membenarkan bahwa Amerika Serikat menempati Provinsi Timur untuk menjamin kontrol pasokan minyak.
Karena itulah, kedua provinsi tersebut akan kehilangan banyak hal jika melepaskan diri dari Arab Saudi. Tentu saja, akan ada perubahan jika pemerintah Sunni fundamentalis berkuasa di Riyadh, sementara penduduk Hijaz tidak menyambut baik gaya hidup fundamentalis. Selain itu, Syiah tidak akan senang dengan jika dikontrol oleh Sunni. Jadi, Al Saud merupakan faktor pemersatu. Al Saud melakukan modernisasi dan pengaruh yang mencerahkan masyarakat Arab Saudi.
Arab Saudi adalah negara dengan perekonomian yang sehat. Al Saud telah menciptakan sebuah negara moderen yang sukses dan secara bertahap menuju demokrasi. Perubahan harus dilakukan selangkah demi selangkah untuk mencapai keberhasilan. Para pemimpin saat ini sudah tua, dan mereka akan digantikan oleh penerus yang kompeten dari keluarga. Bagaimanapun juga, keluarga Kerajaan Arab Saudi sangat besar dan mereka tumbuh secara eksponsensial.
Catatan:
– Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan peningkatan proporsional lapangan kerja. Pendidikan perlu direformasi untuk lebih mempersiapkan generasi muda sejak dini.
– Tidak ada ancaman revolusi . Para ulama tidak melakukan ancaman sebagaimana yang terjadi pada Shah Iran. Ada masalah teroris, dan pemerintah telah bekerja keras untuk mengatasi dan sebagaian besar sukses. Walaupun masalah terus ada, namun selalu ada solusi.
Kesimpulan saya adalah bahwa Arab Saudi sangat beruntung. Runtuhnya Keluarga Al Saud, sebagaimana yang sering diperkirakan media Barat, adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
——-
[1] Kolonel Brian Less menghabiskan 34 tahun masa hidupnya di kemiliteran. Dari tahun 1975 sampai 1979 ia menjabat sebagai Atase Pertahanan Amerika Serikat untuk Arab Saudi dan Yaman. Kemudian, ia menjadi Kepala Angkatan Intelejen di Washington pada tahun 1979 hingga 1975. Lalu, ia menjabat sebagai Atase Pertahanan Amerika Serikat untuk Oman pada tahun 1984 hingga 1987.
Sejak meninggalkan Angkatan Darat Amerika Serikat, ia bekerja bersama Saudi Economic Offset Programme.Kolonel Brian Less juga merupakan anggota dari Dewan Masyarakat. Artikel ini didasarkan dari pernyataannya kepada Dewan Masyarakat pada tanggal 19 Oktober 2005.