Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 21 November 2016

pm-irak-umumkan-operasi-mosulJakarta, ICMES: Koran Asharq al-Awsat menebar hoax (fitnah) menggemparkan berkenaan dengan para peziarah mancanegara dan kaum wanita lokal di Karbala, Irak.

Serangan teror bom bunuh diri menerjang sebuah masjid di Kabul, ibu kota Afghanistan, mengakibatkan sedikitnya 30 warga Muslim Syiah meninggal dunia dan 90 lainnya menderita luka-luka

Pemerintah Suriah menolak usulan utusan khusus PBB untuk pemberian status otonomi kepada  militan bersenjata di bagian timur kota Allepo

Berita selengkapnya:

Media Saudi Sebar Hoax Soal Karbala

Koran Asharq al-Awsatyang terbit di London, Inggris, Minggu (20/11/2016) menebar hoax (fitnah) menggemparkan berkenaan dengan para peziarah mancanegara dan kaum wanita lokal di Karbala, Irak. Koran yang notabene corong Kerajaan Arab Saudi ini menyebutkan bahwa di kota yang disucikan oleh kaum Syiah – karena di situ terdapat makam cucu Rasulullah saw, Imam Husain ra- ini terdapat praktik mesum antara kaum wanita setempat dengan para peziarah dari Iran.

Tak tanggung-tanggung, koran berbahasa Arab itu mencatut nama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menyebutkan bahwa salah satu organisasi  PBB ini mengeluarkan peringatan mengenai adanya “kehamilan tanpa terencana dan tersebarnya penyakit dalam skala besar” akibat hubungan di luar nikah yang sah.

Disebutkan bahwa sebanyak 169 perempuan yang belum menikah telah hamil akibat berhubungan dengan para peziarah acara tahun Arba’in yang dihadiri oleh jutaan peziarah dari dalam dan luar negeri.

Bantahan WHO

WHO dalam situsnya edisi bahasa Arab di hari yang sama segera memberikan tanggapan berupa bantahan keras atas berita tersebut dan kecaman terhadap pencatutan nama WHO.

WHO menyebut laporan Asharq al-Awsat “benar-benar bertentangan dengan prinsip”, dan karena itu lembaga kesehatan dunia ini “sedang menyelidiki sumber berita palsu itu untuk mengambil tindakan hukum terhadap pihak yang  memublikasikannya”, karena kabar palsu itu disebut-sebut berasal dari keterangan seorang anggota awak media WHO.

Berita hoax itu sangat menyudutkan Irak sekaligus Iran serta mengadu domba  dua negara yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah ini.

Reaksi Para Tokoh dan Pejabat

Hoax tersebut tak pelak membangkitkan reaksi keras dari para pejabat dan tokoh Irak. Menteri Kesehatan Irak segera menghubungi pejabat WHO setempat untuk menyampaikan bantahannya atas rumor tersebut, dan tak lama kemudian WHO merilis bantahan.

Ulama muda kharismatik Irak Sayyid Moqtada Sadr juga angkat bicara dan menyebut pemberitaan Ahsarq al-Awsat itu sebagai praktik keji dan kotor, dan karena itu dia mengancam akan menutup kantor koran itu di Irak dengan cara yang “tak biasa” jika tidak menyampaikan permohonan maaf.

Anggota parlemen Irak Hanan al-Fatlawi menyatakan akan menyampaikan somasi terhadap Asharq al-Awsat yang, menurutnya, telah membuat berita hoax yang menghina para pecinta dan pengikut setia Ahlul Bait Nabi saw.

Secara terpisah, faksi al-Fadhila di parlemen Irak  menyatakan bahwa musuh Imam Husain ra sengaja menebar berita hoax untuk mencemarkan nama baik para peziarah karena Saudi gagal meraih ambisinya dalam menebar kekacauan dan terorisme di berbagai negara.

Kecaman Perdana Menteri

Belakangan, kantor Perdana Menteri Irak juga merilis statemen mengecam Asharq al-Awsat dan meminta pihak yang berwenang agar melakukan tindakan hukum demi mencegah terulangnya kasus serupa.

Asharq al-Awsat telah menistakan tradisi ziarah Arba’in dan kehormatan kaum wanita Irak dengan menebar fitnah sambil mencatut nama lembaga internasional yang kemudian semua itu dibantah oleh lembaga ini,” bunyi statemen itu.

Statemen itu menambahkan, “Penistaan dan ilusi kotor seperti ini dilakukan demi melayani kelompok-kelompok teroris.”

Bom Bunuh Terjang Masjid di Kabul, 30 Warga Muslim Syiah Meninggal

Serangan teror bom bunuh diri menerjang sebuah masjid di Kabul, ibu kota Afghanistan, mengakibatkan sedikitnya 30 warga Muslim Syiah meninggal dunia dan 90 lainnya menderita luka-luka, Senin (21/11/2016). Demikian di katakan  kepala rumah sakit Kabul, Saleem Rasooli.

Juru kepolisian setempat, Mujahid, mengatakan bahwa seseorang telah meledakkan dirinya dengan bom rompi di dalam masjid, dan di antara para korban terdapat perempuan dan anak kecil.

Ledakan terjadi setelah pelaku memasuki Masjid Baqir al-Ulum di kawasan barat Kabul, tempat warga Muslim Syiah menyelenggarakan acara peringatan Arba’in, yaitu peringatan 40 hari pasca Asyura, hari kesyahidan cucunda Rasul saw, Imam Husain ra.

“Saya berada di dalam masjid, sementara orang-orang sedang mendirikan shalat, ketika saya mendengar suara ledakan kuat yang memecah kaca-kaca. Saya tak sempat berpikir apa yang terjadi, saya segera lari sambil menjerit,” ujar Ali Jan, seorang saksi mata.

Juru bicara Kemendagri Afghanistan mengatakan serangan itu terjadi sekitar pukul 12.30 waktu setempat.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid menyatakan serangan itu dilakukan bukan oleh kelompoknya, sementara kelompok teroris paling kondang sejagad, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menyatakan bertanggungjawab atas serangan itu.Kantor berita Amaq milik ISIS menyatakan salah satu anggota kellompok ini telah menarget sebuah masjid.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan itu dan menyebutnya kejahatan besar yang dilakukan oleh musuh Islam dan rakyat Afghanistan.

Suriah Tolak Usulan Otonomi Aleppo Oleh PBB

Pemerintah Suriah menolak mentah-mentah usulan utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura supaya Damaskus memberikan status otonomi kepada  militan bersenjata di bagian timur kota Allepo yang sejak empat bulan lalu terkepung oleh pasukan Suriah dan sekutunya.

“Dia bicara tentang status otonomi bagian timur Aleppo, tapi kami mengatakan bahwa hal ini sama sekali tak dapat diterima,” kata Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem  dalam jumpa pers usai pertemuan dengan de Mistura yang berkunjung ke Damaskus untuk mengupayakan penghentian kekerasan di Aleppo, Suriah utara, Minggu (20/11/2016).

Dia Muallem bahkan mengecam usulan itu dan menyebutnya sebagai sikap yang tidak rasional.

“Apakah masuk akal PBB datang untuk memuaskan para teroris?” lanjutnya.

Dalam wawancara dengan surat kabar Inggris Guardian de Mistura awal pekan lalu mengatakan bahwa pemerintah Suriah hendaknya mengakui otoritas para pemberontak di kawasan timur Aleppo yang mereka kuasai sejak musim panas 2012.

Dia menambahkan bahwa dengan adanya status otonomi ini maka militan Jabhat al-Sham alias kelompok teroris Jabhat al-Nusra yang notabene cabang al-Qaeda harus meninggalkan kawasan yang dihuni oleh sekitar 250,000 penduduk tersebut.

Muallem mengatakan, “Kami sepakat bahwa para teroris harus angkat kaki dari Aleppo timur, tapi tidaklah logis apabila 275,000 warga kami dibiarkan menjadi sandera oleh 5000 – 7000 orang bersenjata. Tak ada negara yang berkenan demikian di dunia.”

Dia mengingatkan bahwa pihaknya sangat mengutamakan solusi politik bagi krisis Suriah, dan menyambut baik dialog Suriah-Suriah tanpa campur tangan asing.

Sementara itu, al-Mayadeen melaporkan bahwa de Mistura membantah dirinya telah mengajukan usulan tersebut.

“Saya tidak mengusulkan status otonomi Aleppo timur… Selagi kita belum mendapatkan penyelesaian yang tuntas untuk Aleppo timur maka kita tak usah melakukan perubahan fundamental dalam administrasi kawasan ini, ” katanya.

Dia menilai pembicaraannya dengan Muallem konstruktif dan membuka kesempatan untuk pembahasan dan dialog yang efektif. (albawaba/irna/alalam/cnn/alalam/guardian/raialyoum/almayadeen)