Jakarta, ICMES: Perahu tempur cepat pasukan elit Iran Sabtu pekan lalu telah mencegat kapal milik Angkatan Laut AS di Selat Hormuz, Teluk Persia.
Sosok pemuda di Irak mendapat julukan “Rambo” karena kehandalannya sebagai penembak jitu telah membuatnya tercatat berhasil memetik nyawa sekira 260 teroris ISIS.
Satu pejuang Palestina gugur syahid dalam kontak senjata dengan tentara Zionis Israel di kota Ramallah, Tepi Barat.
Direktur HAM untuk Yaman menyatakan semua kelompok teroris di dunia berafiliasi dengan rezim Arab Saudi.
Berita selengkapnya;
Perahu Tempur Iran Cegat Kapal AS
Pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan perahu-perahu tempur cepat pasukan elit Iran Sabtu pekan lalu telah mendekati “secara tidak aman” kapal USNS Invincible milik Angkatan Laut AS di Selat Hormuz, Teluk Persia.
Seperti dikutip Reuters, Senin (6/3/2017), pejabat itu mengatakan bahwa perahu-perahu cepat Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah mendekati kapal AS itu pada jarak sekira 600 yard dan menyebabkan kapal ini terpaksa mengubah haluan.
Tanpa memberikan keterangan lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pergerakan perahu-perahu boat Iran ini “tak aman“ dan “tak profesional“, dan sebelumnya beberapa peristiwa serupa juga terjadi di Teluk Persia.
CBS News melaporkan bahwa USNS Invincible yang dilengkapi sonar untuk melacak kapal selam dan radar untuk memantau tes rudal melintas di Selat Hormuz ketika terpaksa mengubah arah untuk menghindari sekelompok kecil kapal cepat IRGC yang datang dengan posisi mencegat di depannya. (alalam/cbs)
Ini Dia, “Kapten Rambo” Yang Paling Ditakuti ISIS
Sosok pemuda di Irak mendapat julukan “Rambo” karena kehandalannya sebagai penembak jitu telah membuatnya tercatat berhasil memetik nyawa sekira 260 teroris ISIS.
Penembak jitu ini bernama Mohammad Ali Karim alias “Kapten Rambo.” Kehebatan pria bersuku Kurdi kelahiran 1977 ini membuat kepalanya dihargai sangat mahal oleh ISIS, dan dia justru merasa bangga dengan ini.
“Ketika saya menekan pelatuk, peluru melesat menuju sasaran, lalu tumbanglah sasaran menjadi mayat, dari jarak sekira 1 km,” tuturnya.
Ali Karim mahir menembak ternyata tidak dengan serta merta, melainkan sudah mahir sejak masih usia kanak-kanak. Dia mengaku banyak berlatih menembak sejak kecil dengan berburu kelinci atau hewan darat lain.
Selain itu, ayahnya juga bukan sembarang orang, melainkan sosok sniper anggota pasukan Kurdistan Irak, Peshmerga. Dia mewarisi kehebatan ayahnya, dan pernah terlibat dalam pertempuran melawan tentara Irak di era diktator mendiang Saddam Hossein.
Dia sempat hijrah ke Norwegia, tapi kemudian terpanggil untuk pulang ke tanah airnya karena di Irak ternyata ada sasaran empuk untuk mengasah lagi kemahirannya sebagai penembak jitu. Dia pulang pada Juni tahun 2014 setelah mendengar kabar ada pasukan angkara murka yang bernama ISIS menyerang negerinya, Kurdistan Irak.
“Saya kembali untuk menghancurkan biang kerok ini,” katanya.
Kapten Rambo selalu mengenakan sarung tangan karena sangat membantunya dalam pengendalian senapan ketika hendak membidik sasaran.
Meski berjulukan Kapten Rambo, Ali Karim kini baru berpangkat letnan, atau satu tingkat di bawah kapten, dan berada di Unit 70 yang merupakan satu di antara tiga brigade Kurdi yang dibentuk pada tahun 2005. Tiga brigade ini sendiri merupakan gabungan dari dua partai yang sebenarnya bersaing di kancah politik Kurdistan tapi bersatu ketika sama-sama terancam bahaya. (alsumarianews)
Kontak Senjata Dengan Tentara Israel, Satu Pejuang Palestina Gugur
Satu pejuang Palestina gugur syahid, Minggu malam (6/3/2017), dalam kontak senjata dengan tentara Zionis Israel di kota Ramallah, Tepi Barat.
Militer Israel mengklaim seorang pria bersenjata Palestina telah melepaskan tembakan terhadap tentara dan polisi militer Israel dalam peristiwa serangan mereka ke Tepi Barat, lalu dibalas tembakan sehingga dia terbunuh.
“Dalam misi penangkapan tersangka pria bersenjata Palestina di Ramallah, tersangka melepaskan tembakan terhadap pasukan keamanan. Pasukan ini lantas melepaskan tembakan terhadap pelaku kejahatan ini. Dalam kontak senjata, pria bersenjata ini terbunuh,” ungkap militer Israel.
Para pejabat kementerian kesehatan Palestina mengonfirmasikan kejadian ini. Mereka menyebutkan bahwa pejuang Palestina itu bernama Basel al-Araj, dan jenazahnya ditahan oleh otoritas Israel.
Jubir kepolisian Israel mengklaim bahwa pemuda Palestina berusia 31 tahun itu adalah pemimpin sebuah regu yang akan melancarkan serangan terhadap Israel.
Klaim ini dibantah oleh masyarakat Ramallah dengan menggelar aksi protes, Senin (7/3/2017). Mereka menyatakan bahwa al-Araj merupakan aktivisi Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel di sebuah rumah di al-Bireh, pinggiran Ramallah.
Sedikitnya 237 orang Palestina terbunuh di tangan Israel dalam kerusuhan sporadis yang bermula sejak Oktober 2015 dan semakin berkobar dalam beberapa bulan terakhir. Di pihak Israel, sedikitnya 37 orang terbunuh. Selain itu, dua turis AS juga tewas. (reuters)
Lembaga HAM: Semua Kelompok Teroris Berafiliasi Dengan Arab Saudi
Direktur HAM untuk Yaman, Kim Sharif, dalam wawancara dengan RT yang dilansir Minggu lalu (5/2/2017) menyatakan rakyat Yaman mengecam kebungkaman khalayak dunia, terutama Dewan Keamanan PBB, terhadap kejahatan Arab Saudi dan sekutunya yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Yaman.
Seperti diketahui pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi itu melancarkan serangan ke Yaman sejak 2015 sampai sekarang dan sejak itu sebanyak lebih dari 10,000 orang terbunuh, dan berbagai lembaga peduli mengecam serangan ini karena banyak warga sipil menjadi target serangan.
Ditanya mengenai apa perbedaan Yaman dan Suriah sehingga Barat bungkam dalam masalah Yaman tapi sangat vokal dalam masalah Suriah di mana mereka menuduh Rusia menyerang dan membunuhi warga sipil, Kim Sharif memastikan adanya hipokrasi pada masyarakat internasional akibat kepentingan geopolitik in perairan Yaman, teruma di Bab al-Mandeb yang sangat penting bagi seluruh masyarakat dunia.
Dia mengingatkan bahwa menurut laporkan PBB, 60 persen korban serangan udara pasukan koalisi pimpinan Saudi adalah warga sipil.
“Mereka sengaja menarget area sipil. Contohnya, 800 kali sekolah-sekolah diserang. Mengapa seseorang harus menyerang sekolah? Jelas ada kebutuhan untuk semata-mata membunuh orang sebanyak mungkin dan memaksa mereka menerima seorang presiden yang dipilihkan untuk mereka oleh koalisi Saudi, bersama juragan yang mendiktekan kepadanya apa yang harus dilakukan,” terangnya.
Menurutnya, rakyat Yaman memandang al-Qaeda dan semisalnya sebagai produk dan proksi rezim AS melalui “bonekanya” di Timteng, Arab Saudi.
“Kami sekarang mengetahui bahwa al-Qaeda dan semua yang terlibat dalam terorisme 9/11 terkait dengan keluarga kerajaan Arab Saudi. Serangan harusnya dilakukan terhadap Riyadh, bukan Yaman. Drone seharusnya dikirim ke Riyadh, bukan Shabwah dan Abyan, Yaman selatan. Ketika Angkatan Laut (AL) AS mendarat di Shabwah sebulan lalu mereka menembaki segala sesuatu yang bergerak; anak kecil, para korban hanyalah perempuan dan anak kecil… Ini bencana bagi masyarakat internasional,” ungkapnya.
Kim Sharif memastikan semua organisasi teroris dengan nama masing-masing adalah milik rezim Saudi.
Dia menjelaskan, “Mereka memiliki nama-nama yang berbeda. Mereka di Afghanistan mereka disebut Taliban, di Somalia disebut al-Shabaab, di negara-negara Arab disebut al-Qaeda atau ISIS. Mereka adalah milik rezim Saudi. Rezim Saudilah yang perlu ditindak di sini, bukan (malah dilakukan) pembunuhan warga sipil tak berdosa di Yaman selatan.” (rt)