Rangkuman Berita Utama Timteng, Selasa 6 Desember 2016

saa-di-aleppoJakarta, ICMES: Tentara pemerintah Suriah, Pasukan Arab Suriah (SAA), merebut satu lagi kawasan permukiman yang membuat mereka sekarang berhasil menguasai dua pertiga wilayah Aleppo timur.

Rusia memveto draf resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Aleppo.

Dua perwira tinggi Irak dan “menteri perminyakan” kelompok teroris takfiri ISIS terbunuh dalam perang Mosul, sementara pemimpin besar ISIS Abu Bakar al-Baghdadi sudah tidak ada di Mosul.

Presiden tersingkir Yaman  Abd Rabbuh Mansour Hadi tidak akan menyerahkan kekuasaan kecuali kepada presiden terpilih pada masa transisi mendatang.

Berita selengkapnya;

SAA Kuasai Dua Pertiga Aleppo Timur

Gerak maju tentara pemerintah Suriah, Pasukan Arab Suriah (SAA), masih tak terbendung oleh kawanan bersenjata di Aleppo timur. SAA kembali mencetak kemenangan dengan merebut satu lagi kawasan permukiman yang membuat mereka sekarang berhasil menguasai dua pertiga wilayah Aleppo timur.

Observatorium Suriah untuk HAM mengatakan SAA berhasil menguasai lingkungan Qadi Askar beberapa jam setelah menguasai penuh lingkungan Karam al-Maisar, Karam al-Qatirji, dan Karam al-Tihan yang bersebelahan dengan Qadi Askar.

“Pasukan pemerintah, Senin, bertempur di lingkungan al-Shiar sebagai persiapan untuk menguasainya. Mereka kini telah mengepungnya dari tiga arah setelah membuka satu jalur bagi militan oposisi untuk keluar darinya menuju kawasan selatan,” ungkap Rami Abdulrahman, direktur pelaksana lembaga yang bermarkas di London tersebut, Senin (5/12/2016) kepada AFP.

Dia menambahkan, “Dua pertiga kawasan timur sudah dikuasai oleh pasukan pemerintah setelah mereka menguasai penuh lingkungan al-Shiar, sementara para kombatan oposisi menjadi terkepung di front kecil yang merupakan sepertiga kawasan timur.”

Menurutnya, SAA melancarkan “perang atrisi” dengan membuka lebih dari satu front pertempuran di waktu yang sama.

SAA dan sekutunya mulai menggelar operasi militer besar-besaran sejak 15 November lalu untuk menguasai seluruh kota Aleppo. (mm/raialyoum/irna)

Rusia Veto Draf Resolusi DK PBB

Rusia memveto draf resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Aleppo, Senin (5/12/2016). Kemlu Rusia menyatakan bahwa draf itu menyerukan gencatan senjata selama satu minggu, tanpa menyinggung desakan supaya kawanan bersenjata angkat kaki dari Aleppo.

Rusia menilai draf ini bermaksud memberi kesempatan kepada kawanan pemberontak dan teroris di Aleppo timur untuk menggalang kekuatan lagi setelah belakangan terdesak hebat dan tak berkutik menghadapi sengitnya serangan SAA dan sekutunya.

Rusia juga mengingatkan bahwa tindakan demikian jelas mempersulit pembebasan Aleppo timur dan pada gilirannya, penderitaan penduduk di sana menjadi tak kunjung tuntas.

Sebelumnya, Menlu Rusia, Sergei Lavrov, dalam jumpa pers, Senin, mengatakan bahwa gencatan senjata di Aleppo timur dapat diterapkan setelah para pakar Rusia dan Amerika Serikat bersepakat mengenai keluarnya semua militan dari kota ini.

Dia menjelaskan bahwa belakangan ini Menlu AS John Kerry telah mengajukan usulan kepada Rusia mengenai gencatan senjata di Aleppo.  (mm/irna/alalam)

Dua Perwira Irak, Satu Tokoh ISIS Terbunuh

Dua perwira tinggi Irak dan “menteri perminyakan” kelompok teroris takfiri ISIS terbunuh dalam perang Mosul, Senin (5/12/2016.

Angkatan bersenjata Irak mengatakan bahwa dua perwira tinggi itu terbunuh dalam pertempuran melawan gerombolan ISIS dalam opaya menguasai sisi timur distrik Shurkat, provinsi Salahuddin, di utara Baghdad.

Komando operasi gabungan pasukan Irak dalam statemennya menyatakan, “Dua pejuang gagah berani telah gugur di gelanggang kemuliaan saat keduanya melawan para begundal terorisDAESH (ISIS). Keduanya adalah Syahid Kolonel Amir Wadi Mohammad al-Shibli, komandan Resimen 2 Brigade Lapis Baja dan Syahid Brigjen Jabar Sarhan Shiya’ al-Tamimi, komandan Resimen 3 Brigade Infantri.”

Pasukan Kontra-terorisme Irak di hari yang sama mengumumkan bahwa  “menteri perminyakan” ISIS tewas di provinsi Nineveh, Irak utara.

“Pasukan keamanan Irak hari ini berhasil menghabisi menteri perminyakan ISIS yang memiliki julukan Abu Azam di provinsi Nineveh,” katanya, tanpa memberikan keterangan rinci mengenai keterbunuhan Abu Azam. (mm/raialyoum/alsumaria)

Al-Baghdadi Tak Ada Di Mosul, ISIS Angkat Jubir Baru

Sumber-sumber lokal Senin malam  (5/12/2016) menyebutkan bahwa “khalifah” dan pemimpin besar ISIS Abu Bakar al-Baghdadi sudah tidak ada di Mosul, melainkan terlihat bersama sejumlah petinggi ISIS lain di sebuah desa di kawasan al-Biaj, wilayah barat provinsi Nineveh di perbatasan Irak-Suriah.

Laporan lain tentang ISIS menyebutkan bahwa ekstrimis berfaham Salafi/Wahabi ini telah mengangkat juru bicaranya yang baru bernama Abu al-Hasan Muhajir, menggantikan Abu Muhammad al-Adnani yang beberapa waktu lalu dikabarkan tewas terkena serangan udara pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di kota al-Bab, Suriah, pada 30 Agustus 2016.

Dalam pesan pertamanya, Muhajir menyerukan serangan bom bunuh diri terhadap kedutaan besar Turki di semua negara dunia.  Pemerintah Turki sendiri belum berkomentar mengenai seruan ini.       (mm/reuters/alyoum7)

Mansour Hadi Tolak Serahkan Kekuasaann di Yaman

Abd Rabbuh Mansour Hadi, presiden tersingkir Yaman yang juga sudah mengundurkan diri namun maju lagi sebagai presiden, mengaku tidak akan menyerahkan kekuasaan kecuali kepada presiden terpilih pada masa transisi mendatang.  Pengakuan ini dikatakan oleh sumber yang dekat dengan Hadi kepada AFP, Senin (5/12/2016).

Sumber itu juga menyebutkan bahwa Hadi dalam pertemuan dengan Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismal Ould Cheikh Ahmed  di Aden, Yaman selatan, Kamis pekan lalu telah mengritik prakarsa yang dicanangkan untuk menggairahkan lagi perundingan damai Yaman.

Menurut sumber itu, Hadi bersikeras supaya “kembali kepada proses politik yang terhenti sebelum terjadi revolusi” yang digerakkan oleh Ansarullah (Houthi) yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, pada September 2014. Proses itu berkenaan dengan pelaksanaan referendum konstitusi baru dan pengaturan pemilu presiden.

Lebih jauh, dia juga menuntut mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dan pemimpin Ansarullah Abdul Malik al-Houthi supaya “berhenti terlibat dalam kegiatan politik dan harus keluar ke Yaman selama 10 tahun ke tempat pengasingan yang dapat mereka pilih, serta diterapkan sanksi internasional oleh Dewan Keamanan PBB terhadap keduanya.” (mm/raialyoum)