Rangkuman Berita Utama Timteng, Selasa 24 Januari 2017

perundingan suriah di astanaJakarta, ICMES: Hari pertama perundingan damai antara pemerintah dan oposisi Surian telah berlangsung di Astana, ibu kota Kazakhstan.

Jurnalis kondang Arab, Abdel Bari Atwan, menilai negara-negara Arab “gemetar ketakutan” terhadap presiden Amerika Serikat (AS), sementara Iran justru mengancamnya.

4000-an pengungsi telah pulang ke kampung halaman mereka di berbagai wilayah yang telah dibebaskan dari cengkraman kelompok teroris ISIS di Mosul timur, Irak utara.

Berita selengkapnya:

Perundingan Damai Suriah, Oposisi Enggan Berdialog Langsung

Hari pertama perundingan damai antara delegasi pemerintah Suriah di satu pihak dan delegasi kubu oposisi di pihak lain telah berlangsung di Astana, ibu kota Kazakhstan, Senin (23/1/2017).

Sumber yang dekat dengan pemerintah Suriah mengatakan kepada AFP, “Sesi-sesi pertemuan delegasi kami sudah selesai,” sementara juru bicara kubu oposisi Yahya al-Aridhi  juga mengatakan bahwa perundingan hari pertama sudah selesai.

“Tak ada tambahan pertemuan pada hari ini, tapi masing-masing pihak bekerja mengenai persoalan penguatan gencatan senjata yang telah dicapai pada 30 Desember 2016.

Perundingan pemerintah dan oposisi Suriah yang dimulai Senin pagi itu juga melibatkan Rusia, Iran, Turki dan PBB. Menurut al-Aridhi, perundingan ini “berkepanjangan dan menghasilkan”, dan perdebatannya “mendalam” mengenai “problematika politik” di Suriah bersama utusan Moskow.

Pada momen terakhir, delegasi oposisi menyatakan tidak bersedia berdialog langsung dengan delegasi pemerintah, meskipun semuanya duduk mengitari satu meja bundar di Hotel Rixos, Astana. Al-Aridhi mengatakan bahwa perundingan selanjutnya hari ini, Selasa (24/1/2017), akan dilakukan melalui mediator.

Mohammad al-Shami, anggota delegasi oposisisi Suriah mengatakan, “Ada berbagai kesulitan dan  pembicaraan mengenai beberapa kesepakatan rahasia…tapi capaian terpenting dan telah diberitahukan kepada kami ialah bahwa perundingan antara delegasi oposisi dan delegasi pemerintah akan dilakukan secara tidak langsung, dan bahwa tanggal 8 Februari mendatang akan menjadi jadwal dimulainya perundingan Jenewa.”

Mohammad al-Shami juga mengatakan, “Rusia dewasa ini menjadi pihak yang netral dan pelindung perundingan. Mereka bersikukuh pada kontinyuitas perundingan ini, dan pada sesi pertama mereka bekerjasama dengan Turki mengupayakan pendekatan persepsi pada level yang cukup dan dapat diterima untuk memulai perundingan. Misalnya, delegasi pemerintah semula menolak perwakilan Arab Saudi dan Qatar, tapi kemudian ada tekanan terhadap mereka, sebagaimana oposisi semula menolak adanya delegasi Iran, tapi mereka mereka juga mendapat tekanan.”

Dia kemudian menyebutkan bahwa semua pihak sepakat untuk memerangi kelompok teroris, terutama ISIS, meskipun masih ada perselisihan tajam mengenai kelompok mana saja yang patut dicantumkan dalam daftar kelompok teroris, terutama karena kubu oposisi meminta supaya beberapa kelompok bersenjata dari kalangan Muslim Syiah, termasuk Hizbllah Lebanon dan Hizbullah Irak, serta Pasukan Demokrasi Suriah ikut dicantumkan dalam daftar ini.

Selain itu, belum jelas pula kelompok-kelompok mana saja yang akan mengemban misi perang melawan teroris, tapi yang jelas Rusia dan Turki sudah memutuskan untuk terus menggempur ISIS dan Jabhat Fateh Sham (Jabhat al-Nusra).

Perundingan damai Suriah di Astana secara tertutup akan berlanjut sampai hari ini, Selasa (24/1/2017). Delegasi oposisi terdiri atas 14 kelompok bersenjata, sedangkan delegasi pemerintah Suriah dipimpin oleh Bashar al-Jaafari, dubes Suriah untuk PBB. (rayalyoum)

Atwan: Arab Gemetar, Iran Justru Ancam Trump

Penulis dan jurnalis kondang Arab berdarah Palestina, Abdel Bari Atwan, menilai negara-negara Arab “gemetar ketakutan” terhadap tampilnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), sementara Iran justru mengancam Trump.

“Arab lemah dan terpecah belah, tak memiliki kartu apapun untuk dapat memberikan tekanan kuat terhadap presiden baru (AS), dan tak berlebihan apabila kita mengatakan bahwa sebagian besar mereka gemetar ketakutan terhadapnya. Karena itu mereka menduga lebih buruk. Berbeda dengan rival mereka di Teheran, misalnya, yang malah mengancam akan segera memulai lagi pengayaan uranium jika Trump menerapkan ancamannya untuk membatalkan perjanjian nuklir,” tulis Atwan di rubrik “Iftitah” (Pembukaan) pada media online Rai al-Youm yang berbasis di London, Minggu (22/1/2017).

Pemimpin redaksi Rai al-Youm ini menambahkan, “Di Arab tak ada uranium maupun mesin sentrifugal untuk memperkayanya, dan kalaupun ada, signifikansi minyak mereka di dunia serta kekayaan mereka sedang menuju kemusnahan, dan pasukan mereka berantakan satu persatu. Kondisi ini sangat mengenaskan dalam arti yang sesungguhnya. Dan yang lebih menyakitkan ialah tidak adanya polemik yang nyata untuk mengetahui sebab-sebab mengapa kondisi kita jadi demikian, dan untuk memastikan siapa yang bertanggungjawab atasnya dengan transparan dan berani.”

Mengutip pakar hubungan Arab-AS, Abdul Munim Said, Atwan menyebutkan bahwa kebijakan Washington di Timteng, terutama terhadap Arab Saudi dan Mesir, akan berubah.

Menurut Atwan, Said termasuk orang yang pertama kali mengingat negaranya, Mesir, agar tidak berharap banyak kepada presiden dan pemerintahan baru AS. Said juga mengimbau negara-negara Arab kawasan Teluk Persia agar bersiap-siap menghadapi perubahan besar dalam kebijakan AS di Timteng, terutama terkait janji Trump dalam kampenye pilpresnya bahwa jika dia terpilih sebagai presiden maka tak ada lagi dukungan cuma-cuma  AS kepada negara-negara Arab itu.  (raialyoum)

Mosul Timur Bebas, 4000 Pengungsi Pulang, 30 Teroris Tewas di Anbar

Perdana Menteri Irak Haider Abadi, Senin (23/1/2107), mengonfirmasikan bahwa Mosul timur sudah bebas sepenuhnya dari pendudukan kelompok teroris ISIS.

“Pembebasan Mosul secara total menjadi hadiah bagi seluruh orang Irak,” katanya dalam pertemuan dengan Hammam Hamudi, anggota parlemen Irak, di kantor Perdana Menteri Irak.

Di hari yang sama, Kementerian Imigrasi Irak  mengumumkan sebanyak 4000-an pengungsi telah pulang ke kampung halaman mereka di berbagai wilayah yang telah dibebaskan dari cengkraman kelompok teroris ISIS di Mosul timur, Irak utara. Di sisi lain, 30 anggota ISIS di provinsi Anbar, Irak barat, tewas digempur angkatan udara Irak.

Disebutkan bahwa para pengungsi ini telah meninggalkan kamp pengungsi Hasan Sham dan al-Khazir menuju kampung halaman mereka di kawasan Gokjali dan Mosul timur, provinsi Nineveh, Irak utara.

Pejabat Kementerian Imigrasi Irak yang menangani kamp pengungsi, Mostafa Hamid, dalam jumpa pers mengatakan, “4078 pengungsi Irak yang tinggal di kamp Hasan Sham dan al-Khazir di timur Mosul telah kembali ke daerah-daerah asal mereka di Mosul.”

Mosul timur dalam beberapa hari terakhir dinyatakan bebas dari pendudukan ISIS, meskipun masih ada sebagian kecil kawasan ini yang masih diwarnai kecamuk pertempuran antara pasukan Irak dan kawanan teroris yang dikenal sangat kejam dan bengis tersebut.

Sementara itu, tak kurang dari 30 anggota ISIS tewas, 25 rekan mereka luka-luka,  dan peralatan tempur mereka hancur dihantam serangan udara Irak terhadap sebuah kamp pelatihan teroris di kota al-Qaim, provinsi Anbar.

Pasukan udara Irak belakangan ini berulangkali melancarkan serangan udara ke kawasan utara dan barat laut  Anbar, terutama kota al-Qaim serta daerah al-Anah dan Rawah yang semuanya berada di wilayah perbatasan Irak-Suriah yang diduduki ISIS.  (alyoum7/irna)