Jakarta, ICMES: Tentara Suriah yang didukung pasukan Hizbullah mulai melancarkan serangan sengit terhadap kubu pemberontak Suriah di sejumlah front timur kota Duma.
Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dan pemimpin Jabhat al-Nusra Abu Mohammad al-Golani mencapai kesepakatan setelah keduanya sama-sama mengalami kesulitan di Suriah.
Wakil Menlu Palestina Urusan Eropa Amal Jadou memastikan suara azan akan tetap berkumandang di kota suci Baitul Maqdis.
Utusan khusus PBB untuk Yaman mengingatkan dampak dan resiko besar operasi militer di dalam atau sekitar pelabuhan Hudaydah, Yaman.
Berita selengkapnya;
Bersama Hizbullah Tentara Suriah Mulai Hajar Jaish al-Islam di Duma
Tentara Suriah yang didukung pasukan Hizbullah, dini hari Jumat (31/3/2017), mulai melancarkan serangan sengit di sejumlah front timur kota Duma, provinsi Damaskus, yang menjadi sarang utama kelompok pemberontak Jaish al-Islam.
Sumber militer yang berperang bersama tentara Suriah mengatakan kepada DPA bahwa tentara Suriah dan perlengkapan militernya dalam jumlah besar telah dikerahkan ke sisi timur kawasan pertanian al-Raihan di bagian timur Duma, dan Jumat kemarin mereka mulai melancarkan serangan untuk membebaskan kawasan pertanian ini dari pendudukan kelompok-kelompok bersenjata.
Sumber anonim ini mengatakan, “Kelompok-kelompok penyerbu Garda Republik Suriah dan Brigade al-Nujaba yang berafiliasi dengan Hizbullah merupakan pasukan utama dalam serangan yang ditujukan untuk mengepung kota Duma demi pembebasannya atau untuk penetapan syarat penyerahan diri terhadap para kombatan oposisi yang menguasainya.”
Kawasan pertanian al-Raihan yang terletak di 3 km timur kota Duma merupakan garis pertahanan terakhir pemberontak di kota ini sehingga pertempuran berkobar sengit antara mereka dan tentara pemerintah yang memulai serangan daratnya sejak enam hari lalu.
Pasukan Suriah di Duma masih bertempur dan belum mengalami kemajuan, namun di Hama, 213 utara Damaskus, mereka mengumumkan telah menguasai beberapa kawasan dan menimpakan banyak kerugian jiwa dan materi pada kawanan bersenjata.
Dalam empat hari terakhir kelompok Jabhat Tahrir al-Sham menderita kekalahan di bagian utara provinsi Hama sehingga sejumlah distrik dan desa jatuh ke tangan pasukan pemerintah yang mulai gencar menyerang dengan dukungan serangan udara jet-jet tempur Rusia. (rayalyoum)
Sama-Sama Keteteran, ISIS dan Al-Nusra Jalin Kesepakatan di Suriah
Seorang hakim kelompok teroris Jaish al-Islam, Samer al-Kaaka, Jumat (31/3/2017), menyatakan telah dicapai kesepakatan antara pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dan pemimpin Jabhat al-Nusra Abu Mohammad al-Golani.
Disebutkan bahwa dalam kesepakatan ini ISIS bersedia menarik pasukannya dari Qalamoun timur, provinsi Hama timur, dan al-Lajah di provinsi Daraa. ISIS setuju menyerahkan semua kawasan ini kepada Hayat Tahrir Sham (HTS), aliansi kelompok-kelompok teroris yang dipimpin Jabhat al-Nusra. Kesepakatan ini ditujukan untuk memudahkan upaya HTS selanjutnya untuk mengusai Ghouta Timur, dan sebagai imbalannya, HTS akan memudahkan suplai ISIS dari semua kawasan yang dikuasainya di Suriah.
Sebelumnya, beredar kabar mengenai adanya negosiasi rahasia antara al-Nusra yang diwakili Abu Marya al-Qahtani dengan ISIS yang diwakili oleh seorang petingginya selama bulan Maret. Negosiasi ini menghasilkan kesepakatan pada 22 Maret.
Kesepakatan ini menunjukkan ketidak akuratan kabar kegagalan perundingan ISIS dengan al-Nusra mengenai peniadaan eksistensi ISIS di Suriah, karena paling tidak ISIS akhirnya bersedia menarik diri dari sebagian kawasan yang dibutuhkan oleh al-Nusra untuk mengembangkan pengaruhnya dan menyambung rute-rute logistiknya, dan sebagai imbalannya, al-Nusra memberikan kemudahan kepada ISIS untuk melakukan lalu lintas suplai antarkawasan yang dikuasainya.
Di pihak lain, Jaish al-Islam dukungan Arab Saudi yang merupakan kekuatan terbesar di Ghouta Timur, provinsi Damaskus, merasa terancam oleh kesepakatan ini, terutama setelah dikejutkan oleh penarikan diri ISIS secara tenang dari pinggiran kawasan yang dikuasainya untuk kepentingan al-Nusra, karena kesepakatan ini akan menambah tekanan ISIS dan al-Nusra terhadap Jaish al-Islam. Karena itu, Samer al-Kaaka mengecam keras Al-Golani.
Al-Nusra dan ISIS sama-sama sedang menghadapi perang yang menentukan. ISIS siap menghadapi perang Raqqa, sebagaimana mereka cepat atau lambat akan terbasmi di Mosul, sementara al-Nusra sedang tertekan di lapangan setelah dua serangan besarnya di Damaskus gagal, dan di Hama pun juga menderita kerugian besar. Karena itu keduanya lantas menjalin kesepakatan untuk memperbaiki keadaan masing-masing. (raialyoum)
Kemlu Palestina Pastikan Azan Tetap Berkumandang di Baitul Maqdis
Wakil Menlu Palestina Urusan Eropa Amal Jadou memastikan suara azan akan tetap berkumandang di kota suci Baitul Maqdis (al-Quds/Yerussalem).
“Sejak Islam masuk ke al-Quds, suara azan tak pernah terputus, dan kami tidak akan pernah membiarkan keputusan Rezim Zionis Israel menghentikan kumandang suara azan di kota ini” tegasnya dalam wawancara dengan kantor berita Turki, Anadolu, Jumat malam (31/3/2017).
Mengenai isu pemindahan kedubes Amerika Serikat (AS) dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis dia mengatakan, “Tindakan demikian akan menularkan perlawanan terhadap Israel ke dunia Islam dan dunia Arab, dan tak seorangpun menyetujui pemindahan kedubes AS ke Baitul Maqdis.”
Beberapa bulan lalu pemerintah Israel membuat rancangan undang-undang (RUU) yang melarang pengumandangan suara azan dari masjid-masjid di Baitul Maqdis dan kota-kota sekitarnya. Dalam kajian awalnya pada 8 Maret 2017, parlemen Israel Knesset menyetujui RUU ini, namun masih diperlukan dua kajian lagi di Knesset untuk dapat diterapkan sebagai undang-undang.
Draft ini mencanangkan pelarangan azan dengan menggunakan pengeras suara untuk azan dan lain-lain di daerah-daerah permukiman mulai pukul 23.00 sampai 07.00, dan pelanggaran larangan ini akan dikenai denda sebesar US$ 1,200.
RUU ini mengundang reaksi kecaman dan protes dari berbagai pihak Palestina, termasuk Hamas yang juga menegaskan tidak akan diam berpangku tangan jika Israel menerapkan larangan ini. (irna)
PBB Ingatkan Bahaya Kelaparan Jika Pelabuhan Hudaydah Yaman Diserang
Utusan khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed, Jumat (31/3/2017), mengingatkan resiko besar operasi militer di dalam atau sekitar pelabuhan Hudaydah, Yaman, mengingat lebih dari 70% impor bahan pangan dan bantuan kemanusiaan lainnya tersalur melalui pelabuhan ini.
Berbicara pada panel Middle East Institute, Washington, Amerika Serikat, dia mengaku sangat prihatin terhadap rencana pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan operasi militer di pelabuhan ini dalam waktu dekat.
Sebelumnya, lembaga Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) juga mengingatkan bahwa provinsi Taiz dan Hudaydah di Yaman sedang menghadapi resiko kelaparan jika warga di sana tidak mendapatkan bantuan tambahan.
Lembaga International Rescue Committee (IRC) juga mengingatkan bahaya yang sama dengan menyatakan bahwa pelabuhan ini akan berhenti beroperasi jika mendapat serangan militer.
Sementara itu, Kemhan Yaman pada pemerintahan koalisi Ansarullah-Saleh Kamis malam lalu menyatakan lebih dari 100 tentara Saudi dan pasukan Yaman loyalis Abd Rabbuh Mansour Hadi tewas terkena serangan rudal dan mortir tentara Yaman dan pasukan Ansarullah (Houthi).
Hari itu tentara Yaman melesatkan rudal Zilzal 1 dan Zilzal 2 ke arah pangkalan militer Saudi dan pasukan loyalis Hadi di Jawf, Yaman.
Selasa lalu tentara Yaman juga meluncurkan tiga rudal balistik Qaher M-2 secara bersamaan ke arah pangkalan militer King Khalid, dekat kota Khamis Mushait di bagian barat daya Arab Saudi. (reuters/fna)