Jakarta, ICMES: Israel merasa cemas terhadap proyek pembangunan pelabuhan baru di kota Latakia, Suriah, dan pembangunan jalan panjang di wilayah Irak karena dapat digunakan oleh Iran untuk menyerang Israel.
Pasukan Irak berhasil menguasai sepenuhnya bagian timur Sungai Tigris di kota Mosul, Irak utara.
Pejabat Amerika Serikat menyatakan bahwa Rusia telah mengirim pasukan ke sebuah pangkalan militer di bagian barat Mesir dan ini menjadi pertanda bahwa Rusia bisa jadi akan melakukan campurtangan militer di Libya.
Berbagai pihak yang bertikai di Yaman menolak berdiskusi mengenai upaya perdamaian yang dilakukan oleh PBB untuk mengatasi krisis di negara ini, sementara kekerasan terus berlanjut sehingga kondisi warga sipil di sana “tragis”.
Berita selengkapnya;
Pangkalan AL Iran di Suriah Cemaskan Israel
Rezim Zionis Israel merasa cemas terhadap proyek pembangunan pelabuhan baru di kota Latakia, Suriah, dan pembangunan jalan panjang di wilayah Irak karena dapat digunakan oleh Iran untuk menyerang Israel.
Sumber-sumber badan keamanan Israel menyatakan proyek pembangunan pelabuhan itu akan meningkatkan aktivitas militer Iran di Laut Mediteranian dan akan menjadi pangkalan depan untuk melautkan unit-unit tempur Angkatan Laut (AL) Iran.
Mereka menjelaskan bahwa pergesekan antara AL Iran dan AL Israel di berbagai kawasan yang relatif dekat wilayah pendudukan Palestina dengan sendirinya akan menyentuh supremasi maritim Israel sehingga rezim Zionis ini praktis perlu melakukan interventarisasi ulang dan memperbaharui kesiapannya.
“Pembangunan pangkalan laut Iran ini meresahkan dan akan menjadi faktor yang sangat krusial bagi aktivitas AL Israel. Dan dalam kondisi berperang melawan Hizbullah, Iran bisa jadi akan ikut berperang… Jarak 170 mil dari Latakia ke tepian wilayah Israel merupakan jarak yang singkat dalam doktrin kelautan,” ungkap sumber keamanan papan atas Israel, seperti dilansir Walla dan dikutip oleh beberapa media berbahasa Arab Timteng, Selasa (14/3/2017).
Dia menambahkan, “Ini berarti bahwa musuh dapat dilihat dengan mata telanjang, ini akan mengubah perimbangan kekuatan di kawasan, ini lebih menyerupai tindakan Iran menyebar kelompok pasukan di Dataran Tinggi Golan (wilayah Suriah yang diduduki Israel ). Duduk persoalannya berkenaan dengan orang-orang yang setiap hari berjaga-jaga dan berpikir mengenai cara memusnahkan Israel.”
Dia juga mengatakan, “Lihatlah bagaimana Iran menyulitkan kehidupan AL Amerika Serikat (AS) di Teluk (Persia). Tentara Iran mendekati tentara AS dan memprovokasi mereka tanpa rasa takut. Februari tahun lalu Korps Garda Revolusi Islam/IRGC (pasukan elit Iran) menahan kapal AL AS yang tersesat hingga masuk ke perairan Iran.”
Walla melaporkan bahwa Israel berusaha menekan Rusia supaya melarang pengadaan pangkalan maritim untuk Iran di Suriah dan mencegah akses Brigade al-Quds IRGC.
Di sisi lain, badan keamanan Israel mengklaim Iran berusaha membuat terobosan darat menuju Israel dengan membuat jalur darat yang panjang dari Irak hingga Suriah, dan jalur ini praktis akan mendatangkan bahaya persenjataan Iran yang oleh Barat diminta supaya berada dalam pengawasan negara-negara besar.
Menurut mereka, jalur darat ini akan membuat Iran leluasa mengirim persenjataan dan sistem militer melalui rute Irak ke Suriah kemudian ke Hizbullah di Lebanon dan bahkan ke Jalur Gaza. (shasha/arab48/alalam)
Pasukan Irak Kuasai Penuh Bagian Timur Sungai Tigris di Mosul
Sumber-sumber berita Irak Selasa malam (14/3/2017) menyatakan pasukan Negeri 1001 Malam ini berhasil menguasai sepenuhnya bagian timur Sungai Tigris di kota Mosul, Irak utara, setelah berhasil membebaskan dua desa dari pendudukan kelompok teroris takfiri ISIS.
Media Perang Irak melaporkan bahwa pasukan negara ini telah membebaskan desa Sheikh Mohammad dan Jamaliah di timur kawasan Badush, dan kini mereka sedang menggelar operasi sapu bersih bom dan ranjau yang ditebar ISIS di dua desa itu dan di bagian timur Sungai Tigris.
Bersamaan dengan ini Kepala Kepolisian Federal Irak Letjen Raid Shakir Jawdat mengumumkan pihaknya berhasil menghabisi pentolan ISIS bernama Abdulrahman al-Ansari dalam operasi pembebasan distrik Bab al-Tub di kota lama Mosul.
Disebutkan pula bahwa pasukan Irak telah berhasil membebaskan beberapa bagian dari distrik ini, termasuk area pabrik semen Mosul di bagian tenggara kota ini.
Laporan lain menyebutkan pasukan Irak terlibat pertempuran sengit di jalanan dekat Masjid Agung al-Nuri di kota lama Mosul, tempat gembong ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, pada tahun 2014 muncul untuk pertama kalinya mendeklarasikan “negara kekhalifahan” ISIS di wilayah yang mereka duduki di Irak dan Suriah.
Mayor Ali Abdul Latif, seorang komandan polisi Irak mengatakan, “Pasukan Irak telah membebaskan bangunan perusahaan umum semen, dekat kawasan Bab al-Tub, bagian tenggara kota lama Mosul, bergerak maju di jalan al-Kurnish, membebaskan secara total dan menguasai jembatan lama.”
Perwira polisi Irak lainnya, Letkol Mohammad Azizi, menjelaskan, “Dengan bebasnya jembatan lama maka tiga dari total lima jembatan Mosul telah berhasil dibebaskan secara penuh dari pendudukan ISIS, dan gerak maju pasukan terus berlanjut untuk pembebasan lokasi-lokasi penting lainnya.”
Dia menambahkan dalam pertempuran yang terjadi jalan al-Kurnish sebanyak 18 teroris tewas, dan dua serangan bom mobil berhasil digagalkan.
Seperti diketahui, sejak 19 Februari lalu pasukan Irak memulai lagi operasi militer besar-besaran untuk menumpas ISIS di bagian barat Mosul setelah pembebasan Mosul timur pada Januari lalu. Hingga kini pasukan Irak terus bergerak maju menggempur ISIS di Mosul barat. (alahed/alalam/raialyoum)
Rusia Kirim Pasukan Ke Mesir, Diduga Akan Beraksi di Libya
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Rusia telah mengirim pasukan ke sebuah pangkalan militer di bagian barat Mesir dan ini menjadi pertanda bahwa Rusia bisa jadi akan melakukan campurtangan militer di Libya.
Pejabat yang meminta identitasnya dirahasiakan itu mengatakan kepada AFP, “Rusia tampaknya telah menyebar pasukan khusus di pangkalan udara udara di kota Sidi Barrani yang berjarak sekira 100 km dari perbatasan Libya.”
Dia mengatakan bahwa tentara AS mematau perkembangan situasi ini dengan cermat.
Beberapa pejabat dan sumber lain mengatakan kepada Reuters bahwa pengerahan pasukan ini bisa jadi dilakukan untuk menyokong Khalifa Haftar yang membuat Tentara Nasional Libya dewasa ini terlibat perang saudara melawan pemerintah Libya yang mendapat “dukungan internasional”.
Para pejabat keamanan Mesir yang juga anonim mengatakan pasukan Rusia itu mencakup 22 pasukan khusus. Tanpa menyebutkan misi pasukan ini, mereka menambahkan bahwa Rusia awal Februari lalu juga telah menggunakan pangkalan udara Marsa Matrouh, Mesir, dan terbang di enam unit militer sebelum melanjutkan ke Libya 10 hari kemudian.
Sumber diplomatik Barat yang juga meminta identitasnya dirahasiakan telah mengonfirmasi laporan mengenai keberadaan tentara Rusia dewasa ini di sebuah fasilitas militer di Mesir barat.
Di pihak lain, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia membantah laporan tersebut .
“Tak ada satuan-satuan pasukan khusus Rusia di Sidi Barrani, Mesir. Ini bukan pertama kalinya sumber-sumber anonim memberikan informasi seperti ini kepada media Barat,” ungkap Kemhan Rusia.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengaku pihaknya tidak memiliki informasi apapun mengenai pengiriman pasukan Rusia ke Mesir. Dia juga membantah Moskow berkepentingan meningkatkan aktivitasnya di Libya.
Meski demikian, dia menambahkan bahwa Rusia peduli kepada stabilitas Libya supaya tidak menjadi “tempat inkubasi para teroris.”
Pasca penggulingan mendiang Moammar Ghaddafi pada tahun 2011, berbagai pihak bersaing untuk menguasai Libya.
Krisis Libya diperparah oleh keberadaan ISIS di negara ini meskipun pasukan lokal yang didukung AS berhasil mengusir ISIS dari kota Sirte. (raialyoum/dailycaller)
PBB: Semua Pihak Di Yaman Menolak Berdiskusi
Berbagai pihak yang bertikai di Yaman menolak berdiskusi mengenai upaya perdamaian yang dilakukan oleh PBB untuk mengatasi krisis di negara ini, sementara kekerasan terus berlanjut sehingga kondisi warga sipil di sana “tragis”. Demikian dikatakan Utusan Khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed dalam jumpa pers usai pertemuan dengan Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault di Paris, Selasa (14/3/2017).
“Kita mengetahui bahwa penyelesaian di Yaman terfokus pada aspek politik, dan yang lain aspek militer. Karena itu, memalukan ketika pihak-pihak yang bertikai tidak bersedia duduk satu meja untuk mendiskusikannya,” ungkap Ould Cheikh.
Dia menambahkan, “Salah satu sikap yang membuat kami prihatin ialah apa yang kita lihat berupa terjadinya peningkatan operasi militer dengan segala akibatnya bagi warga sipil.”
Sementara itu, Lembaga Anak PBB, UNICEF, Senin lalu melaporkan bahwa sejak dua tahun lalu, yaitu sejak pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, menginvasi Yaman, sampai 10 Maret lalu sekira 7,700 orang Yaman, 1,564 di antaranya anak kecil, tewas. (rt/irna)