Jakarta, ICMES Turki mengumumkan operasi militernya bersandi “Perisai Furat” di Suriah telah berakhir, tapi tidak menyebutkan apakah akan segera menarik pasukannya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan tak ada satupun fakta yang menunjukkan Iran bekerjasama dengan para teroris.
Konferensi Tinggi Tinggi (KTT) Liga Arab ke-28 di kawasan Laut Mati, Yordania, menghasilkan deklarasi mengenai berbagai persoalan yang melanda dunia Islam.
Seorang ibu Palestina gugur diterjang peluru karena, menurut klaim Israel, berusaha menikam polisi Israel di gerbang Kota Lama Baitul Maqdis.
Berita selengkapnya;
Turki Umumkan Berakhirnya Operasi “Perisai Furat”
Pemerintah Turki mengumumkan operasi militernya bersandi “Perisai Furat” di Suriah telah berakhir, tapi tidak menyebutkan apakah akan segera menarik pasukannya dari Suriah.
Dewan Keamanan Nasional Turki pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, Rabu (29/3/2017), menyatakan bahwa serangan militernya di Suriah yang sudah menelan waktu setengah tahun “telah berakhir dengan sukses.”
Perdana Menteri Turki Binali Yelderim juga turut mengumumkan berakhirnya operasi militer Perisai Furat, tapi sembari menyatakan tidak tertutup kemungkinan negaranya akan melakukan serangan militer lagi di wilayah Suriah.
Turki menggelar operasi Perisai Furat sejak Agustus tahun lalu di Suriah utara dengan dalih untuk menghalau kelompok teroris ISIS dan Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) dari garis perbatasannya. SDF yang sebagian besar anggotanya adalah milisi Kurdi disebut Ankara sebagai kelompok teroris.
Melalui operasi ini kelompok-kelompok oposisi Suriah yang didukung Turki dapat mendepak ISIS dari sejumlah kota di Suriah utara, termasuk Jarablus, al-Ra’i, Dabiq, dan al-Bab di mana banyak tentara Turki terbunuh dalam perang melawan ISIS.
Turki semula terindikasi kuat bermain mata dengan ISIS dan memfasilitasi masuknya para ekstrimis dari berbagai negara ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Irak , tapi belakangan terjadi perselisihan sengit antara Turki dan ISIS sehingga ISIS melakukan serangkaian aksi teror di Turki, dan Turkipun lantas ikut beraksi menekan ISIS di Suriah. (mm/rt/raialyoum)
Rusia: Tak Ada Fakta Iran Dukung Terorisme
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam wawancara dengan majalah National Interest menyatakan tak ada satupun fakta yang menunjukkan Iran bekerjasama dengan para teroris.
Sebagaimana dikutip TASS milik Rusia, Rabu (29/3/2017), Lavrov mengatakan, “Saya kira pemerintahan Trump (Presiden Amerika Serikat/AS) tidak akan berpikir sesuai slogan-slogan yang dilontarkannya dalam kampanye pilpres, dan bahwa Iran adalah negara teroris pertama. Kita tak memiliki satupun fakta yang mendukung klaim ini.”
Dia menambahkan, “Paling tidak, ketika kami berhadapan dengan ancaman teror besar, ketika kami mendapat serangan pada dekade 90-an abad lalu di utara Kaukasus, kami mengungkap dan menemukan puluhan dan ratusan kombatan teroris asing dari negara-negara yang sangat dekat dengan Iran, tapi sama sekali bukan dari Iran.”
Menurutnya, Iran tidak pernah menggunakan hubungannya dengan kelompok-kelompok Islamis seperti Hizbullah dan Hamas untuk “menebar ekstrimisme dan menimbulkan kekacauan.”
Lavrov juga mengatakan bahwa Rusia dan Iran adalah dua negara yang bekerjasama erat dengan tentara Suriah dalam perang melawan teroris di Suriah. (raialyoum)
KTT Liga Arab ke-28 Digelar Di Yordania Di Tengah Suasana Konflik
Konferensi Tinggi Tinggi (KTT) Liga Arab ke-28 di selenggarakan di kawasan Laut Mati, Yordania, Rabu (29/3/2018), di tengah banyaknya tantangan dan suasana kemelut antarnegara di Timteng.
Pada KTT ini beberapa pemimpin negara Arab mengecam arogansi dan kesewenang-wenangan Israel terhadap bangsa Palestina serta menyerukan penghentian proyek pembangunan permukiman Zionis di wilayah pendudukan Palestina.
Dalam deklarasi yang dibacakan oleh Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada akhir pertemuan disebutkan bahwa para pemimpin Liga Arab mendukung “solusi dua negara” Palestina dan Israel, menolak tindakan-tindakan sepihak Israel dan menyerukan kepada negara-negara dunia supaya tidak memindahkan Kedubes masing-masing untuk Israel dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis.
Liga Arab juga mengutuk kejahatan terbuka terhadap warga minoritas Muslim Rohingya di Myanmar dan menyerukan pengerahan segala fasilitas yang tersedia untuk menumpas terorisme sekaligus mengatasi Islamfobia.
Emir Kuwait Syeikh Sabah al-Ahmad al-Sabah dalam pidatonya pada konferensi yang dihadiri oleh sekira 20 kepala negara Arab ini menegaskan negaranya mendukung solusi damai bagi krisis Suriah dan diadakannya dialog Arab dengan Iran.
“Sekarang ini masyarakat dunia gagal meraih kesepakatan mengenai krisis Suriah, jalur diplomatik belum membuahkan hasil, dan Kuwait mengharapkan upaya PBB untuk menyediakan keadaan yang kondusif bagi terwujudnya perdamaian di Suriah,” ujarnya.
Menyinggung hubungan Kuwait dengan Iran dia mengatakan bahwa hubungan dengan Iran haruslah berdasarkan prinsip menjaga keamanan dan stabilitas sesuai undang-undang internasional yang melarang campurtangan dan menekankan semangat saling menghormati martabat dan kedaulatan satu sama lain.
Pada acara yang sama, Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi menegaskan negaranya menghendaki penyelesaian krisis Yaman melalui jalur politik.
“Kairo mendukung solusi diplomatik Yaman dengan mengindahkan resolusi-resolusi internasional, inisiatif dengan-negara Teluk dan hasil perundingan damai nasional (Yaman),” tuturnya.
Dia juga menegaskan dukungan negaranya kepada perang Irak melawan kelompok teroris ISIS. Sedangkan mengenai Suriah dia mengatakan bahwa berlanjutnya perundingan intra-Suriah di Jenewa, Swiss, menunjukkan adanya kemajuan dalam proses penyelesaian krisis Suriah.
Raja Bahrain Syekh Hamad bin Isa al-Khalifa mengaku prihatin atas berlanjutnya penderitaan rakyat Suriah meskipun berbagai diplomatik sudah dilakukan untuk mencarikan penyelesaian bagi krisis Suriah. Dia juga menyerukan penghentian campurtangan negara-negara lain di Suriah. Hal yang sama juga dia katakan berkenaan dengan krisis Yaman. (irna/aljazeera/alyoum7)
Seorang Ibu Palestina Gugur Ditembak Polisi Israel
Seorang perempuan Palestina gugur diterjang peluru karena, menurut klaim Israel, berusaha menikam polisi Israel di gerbang Kota Lama Baitul Maqdis (al-Quds/Yerussalem), Rabu (29/3/2017).
Dalam beberapa foto yang tersebar di medsos terlihat seorang ibu setengah baya tertelungkup setelah mendapat serangan di luar gerbang utama Kota Lama. Disebut-sebut bahwa perempuan itu merupakan ibu dari seorang pria Palestina yang juga gugur ditembak polisi Israel tahun lalu.
Seorang saksi di lokasi peristiwa mengaku tidak melihat adanya pisau pada korban.
“Saya tidak melihat pisau, semua saya lihat adalah bahwa dia tersandung, meraih penghalang polisi dan ditembak dua kali,” ungkap saksi Mummad Shalodi.
Juru bicara polisi Israel Lubna al-Samri dalam statamen awal mengatakan bahwa wanita itu berusaha menusuk polisi dengan gunting di Gerbang Damaskus Kota Lama , dan dia kemudian “dinetralkan”.
Foto yang diperoleh dari rekaman keamanan yang disediakan oleh polisi menunjukkan seorang wanita setengah baya mengangkat gunting di atas kepala.
Namun Shalodi mengatakan tidak pernah melihat korban mengangkat tangannya dan skeptis tentang keaslian foto itu.
Kementerian kesehatan Palestina mengidentifikasi korban itu bernama Siham Nimr, 49 tahun, dari kamp pengungsi Shuafat di Baitul Maqdis Timur.
Kantor berita Palestina Wafa menyebutkan bahwa Siham Nimr adalah ibu Mustafa Nimr, 27 tahun, yang gugur ditembak polisi Israel dalam kerusuhan yang terjadi malam hari di kamp Shuafat pada September tahun lalu. (aljazeera)