Jakarta, ICMES: Pasukan Arab Suriah (SAA) memulai operasi militer untuk pembebasan kota Palmyra (Tadmur), sementara pasukan Rusia menemukan amunisi dan senjata buatan Amerika Serikat, Jerman dan Bulgaria di Aleppo, dan relawan Irak siap membantu Suriah menumpas teroris.
Di Irak sendiri, pasukan negara ini berhasil menghabisi 60 anggota kelompok teroris takfiri ISIS di utara Mosul, dan relawan menyatakan ISIS memiliki jalur akses Irak-Suriah berupa ratusan terowongan.
Berita selengkapnya;
SAA Mulai Operasi Pembebasan Palmyra, 50 Anggota ISIS Temui Ajal
Pasukan Arab Suriah (SAA), Rabu (28/12/2016), memulai operasi militer untuk pembebasan kota Palmyra (Tadmur) yang diduduki lagi oleh gerombolan teroris takfiri ISIS pada pertengahan bulan ini.
SAA bersama kelompok-kelompok bersenjata pendukungnya serta helikopter Rusia menggempur posisi-poisisi ISIS di sekitar kota purbakala yang terletak di bagian timur provinsi Homs tersebut.
“Pasukan pemerintah Suriah hari ini, Rabu, menggempur kawasan al-Bayarat di barat kota Tadmur dengan artileri dan roket, sementara helikopter-helikopter Rusia membom kawasan Qasr al-Hair barat, menyebabkan sedikitnya 50 anggota ISIS tewas,” ungkap sumber militer Suriah kepada kantor berita Jerman, DPA.
“Gempuran pendahuluan ini kemungkinan akan berlanjut hingga dua hari ke depan, dan akan disusul dengan operasi darat pasukan pemerintah dan sekutunya untuk mengusir ISIS dari kawasan Tadmur,” lanjut sumber anonim tersebut. (raialyoum)
Pasukan Rusia Temukan Senjata Buatan Jerman, AS dan Bulgaria di Aleppo
Para insinyur tempur Rusia menemukan amunisi dan senjata buatan Amerika Serikat (AS), Jerman dan Bulgaria di Aleppo timur.
“Di sana telah ditemukan amunisi dan senjata ringan kaliber besar serta sistem-sistem peluncur multipel roket Grad yang diproduksi di Jerman, AS, dan Bulgaria,” ungkap kepala pusat internasional pemberantasan ranjau Ivan Gromov dalam wawancara dengan TV Rossiya-24 milik Rusia, sebagaimana dilansir kantor berita Rusia TASS, Rabu (28/12/2016).
Dia juga menyebutkan bahwa para insinyur tempur Rusia menemukan granat mortir 122 mm, sistem peluncur roket multiple, granat genggam, peluncur granat , dan proyektil howitzer di salah satu markas militan. Menurutnya, jumlah senjata yang ditemukan itu sangat besar dan cukup untuk menyuplai satu batalyon secara keseluruhan.
TV Nova milik Bulgaria pada 13 Desember lalu menayangkan foto-foto yang diambil oleh para wartawan yang berhasil menyusup ke dalam salah satu gudang senjata milik kawanan teroris di kota lama Aleppo.
Menurut TV ini, sebanyak hampir 4 juta peluru mortir dan 4000 roket Grad buatan Bulgaria telah jatuh ke tangan kawanan teroris Fath al-Sham.
Menurut dokumen-dokumen yang didapat para wartawan, sebuah perusahaan telah mengekspor senjata dari Bulgaria pada Oktober 2015.
Sementara itu, pusat kepentingan Rusia di Hmeimim dalam statemennya di hari yang sama menyatakan tentara Rusia dari sebuah pusat internasional telah berhasil menyapu ranjau di kawasan seluas 966 hektar di Aleppo timur sejak tanggal 5 Desember lalu.
Statemen ini menambahkan bahwa dalam 24 jam lalu pasukan Rusia juga telah menyapu ranjau di sembilan masjid, empat sekolah, dan satu taman kanak-kanak. (tass/raialyoum)
Relawan Irak Akan Ikut Berlaga di Suriah Melawan Terorisme
Pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi (Mobilisasi Rakyat) akan ikut berperang secara legal melawan terorisme di Suriah, apabila ada permintaan dari pemerintah Damaskus. Demikian dikatakan oleh Qais al-Khazali, pemimpin kelompok Asaib Ahl al-Haq, salah satu elemen al-Hashd al-Shaabi, Rabu (28/12/2016).
“Al-Hashd al-Shaabi akan menang melawan ISIS dan para takfiri di Irak. Insya Allah, melalui prosedur yang legal dan benar, akan ikut berpartisipasi dalam kemenangan melawan kaum takfiri di Suriah,” katanya.
Dia melanjutkan, “Al-Hashd al-Shaabi sudah berubah menjadi sebuah lembaga yang sah. Ada kemungkinan pemerintah Irak akan bekerjasama dengan pemerintah Suriah untuk menghadapi ISIS di berbagai kawasan perbatasan dan dekat dengan Irak. Masalah ini sepenuhnya wajar.”
Beberapa elemen pejuang Irak lain sebelumnya juga menyatakan kesiapan mereka untuk berburu teroris di Suriah. Mereka menegaskan akan segera mengerahkan pasukan mereka ke Suriah untuk menumpas ISIS dan kawanan teroris lainnya jika ada permintaan resmi dari pemerintah Suriah.
Mengenai penumpasan ISIS di Irak sendiri, Perdana Menteri Haider Abadi kemarin menegaskan negaranya memerlukan waktu tiga bulan untuk menumpas ISIS. Namun pihak Amerika Serikat menyatakan bahwa penumpasan ISIS di Negeri 1001 Malam ini memerlukan waktu dua tahun. (irna)
Pasukan Irak Habisi 60 Anggota ISIS di Mosul
Pasukan Irak berhasil menghabisi 60 anggota kelompok teroris takfiri ISIS di utara Mosul. Demikian dinyatakan oleh Ali al-Fariji, kepala poros utara operasi pembebasan provinsi Nineveh dari pendudukan ISIS, Rabu (28/12/2016).
“Divisi 16 angkatan bersenjata Irak berhasil menangkal serangan teroris ISIS ke kawasan Baawizah di utara Mosul. Dalam kontra-serangan ini sebanyak 60 teroris tewas,” ungkap al-Fariji. Dia juga menyebutkan sebanyak lima bom mobil ISIS yang dikemudikan oleh teroris pembawa misi serangan bom bunuh diri ISIS hancur.
Sehari sebelumnya, pasukan intelijen militer Irak dalam operasinya di kawasan Gukjali di timur kota Mosul berhasil mengidentifikasi enam tempat yang digunakan oleh ISIS sebagai pabrik bom dan pembuatan bom mobil.
Di tempat-tempat itu ditemukan ratusan bom, peluru mortirm dan amunisi yang hendak digunakan ISIS untuk menyerang pasukan Irak dan bahkan para pengungsi.
Sebelumnya, tentara Irak di Mosul menemukan lebih dari 100,000 peluru mortir dari sebuah pabrik bahan peledak yang hendak dipakai ISIS untuk menyerang pasukan Irak dan warga sipil di berbagai kawasan yang sudah berhasil dibebaskan. (almadapress)
ISIS Punya Ratusan Terowongan Bawah Tanah di Perbatasan Irak-Suriah
Pasukan relawan Irak menyatakan ISIS memiliki jalur-jalur akses Suiah-Irak berupa ratusan terowongan yang sulit ditemukan karena beberapa faktor.
Javad al-Thabibawi, salah seorang komandan pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, menyatakan ISIS dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini telah menggali sekira 200 terowongan bawah tanah yang menghubungkan Suriah dengan Irak.
“Setelah masuk ke Mosul, ISIS menanamkan bahan-bahan peledak dan menggali terowongan bawah tanah untuk mencegah operasi pembebasan yang dilancarkan oleh tentara Irak. Beberapa terowongan di antaranya bisa digunakan untuk memindah personil maupun persenjataan.”
Menurutnya, tak mudah untuk menemukan terowongan-terowongan itu karena satu sama lain berjauhan dan berada di kawasan gurun.
Laporan lain menyebutkan bahwa belakangan ini ISIS menebar ranjau di jalanan di bagian barat Mosul untuk menghadang serbuan pasukan Irak.
Mereka juga membuat galian di antara rumah-rumah penduduk agar mereka dapat melintas dari rumah ke rumah. Penduduk yang menolak penggalian ini dieksekusi oleh ISIS, dan sejauh ini sudah ada enam orang yang dieksekusi terkait masalah ini. (almawqif/alghadpress)