Rangkuman Berita Utama Timteng, Kamis 12 Januari 2017

rafsanjani dan raja abdullah bin abdulazizJakarta, ICMES: Semua negara Arab ucapkan belasungkawa atas wafatnya Ayatullah Rafsanjani, kecuali Arab Saudi.

Lima diplomat Uni Emirat Arab termasuk di antara 50-an korban tewas serangkaian aksi peledakan baru-baru ini di Afghanistan.

Relawan Irak menyatakan Amerika Serikat (AS) menyebabkan perang melawan kelompok teroris ISIS berkepanjangan.

Mesir menjadikan Irak sebagai pengganti Arab Saudi dalam impor minyaknya.

Berita selengkapnya;

Semua Ucapkan Belasungkawa Atas Wafatnya Rafsanjani, Kecuali Arab Saudi

Semua pemimpin dan kepala negara Arab, termasuk anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC), menyampaikan ucapan belasungkawa kepada pemerintah dan rakyat Iran atas wafatnya tokoh besar dan mantan presiden Iran Ayatullah Hasyemi Rafsanjani, kecuali Kerajaan Arab Saudi.

Menurut Fars News, hal ini disayangkan terutama karena Rafsanjani merupakan pejabat Iran yang selalu menghendaki perbaikan hubungan Iran dengan negara-negara Arab Teluk Persia serta pernah dekat dengan para petinggi Saudi di era Raja Abdullah bin Abdulaziz.

Parahnya, TV al-Ekhbariya milik pemerintah Saudi malah meliput dan menayangkan komentar Maryam Rajavi, pemimpin kelompok oposisi bersenjata Iran Organisasi Mujahidin Khalq (MKO), mengenai meninggalnya Rafsanjani.

Rafsanjani berperan besar dalam normalisasi hubungan negaranya dengan Saudi setelah sekian lama memburuk akibat tragedi serangan petugas keamanan Saudi yang menyebabkan banyak jemaah haji Irak meninggal dunia pada dekade 1980-an. Selama menjabat presiden Iran, dia juga sudah dua kali mengadakan pertemuan dengan mendiang Abdullah bin Abdulaziz yang saat itu merupakan putera mahkota Arab Saudi sebelum kemudian dinobatkan sebagai raja.

Rafsanjani berulangkali berkunjung ke Iran dan merupakan pejabat Iran yang istimewa di mata para petinggi Saudi.

Setelah Salman bin Abdulaziz naik tahta di Saudi, Rafsanjani juga berencana berkunjung ke Saudi, tapi batal akibat terbentuknya koalisi Arab dan serangan Saudi ke Yaman serta memburuknya hubungan Teheran-Riyadh akibat beberapa faktor lain, terutama tragedi Mina tahun 2015 yang menjatuhkan banyak korban jemaah haji Iran, dan kemudian penjatuhan hukuman mati terhadap ulama Syiah Saudi Syeikh Nimr al-Nimr.

Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran menyusul insiden serangan demonstran Iran anti vonis mati tersebut terhadap Kedutaan Besar Saudi di Teheran.

Selama putus hubungan itu, Saudi berulangkali menuduh Iran berusaha mengekspor revolusi Islam ke negara-negara jirannya, tapi di saat yang Riyadh menyokong MKO yang jelas-jelas tercantum dalam daftar kelompok teroris versi Amerika Serikat dan Eropa.  (farsnews/raialyoum)

Lima Diplomat UEA Tewas Dalam Serangan Teror di Afghanistan

Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (11/1/2017), menyatakan lima diplomatnya termasuk di antara 56 korban tewas serangkaian aksi peledakan yang melanda Afghanistan sehari sebelumnya.

Kelimanya meninggal dunia akibat serangan teror bom di tempat kediaman gubernur Kandahar, Afghanistan selatan, yang menewaskan 13 orang pada Selasa malam waktu setempat. Pejabat kepolisian Kandahar mengatakan bahwa bahan peledak dalam peristiwa itu diletakkan di dalam bantal sandaran pada jamuan makan malam.

Duta Besar UEA untuk Afghanistan Juma Mohammed Abdullah al-Kaabi lolos dari sergapan maut dalam serangan itu, tapi menderita luka-luka.

Beberapa jam sebelumnya, dua ledakan mengguncang Kabul, ibu kota Afghanistan, dekat gedung parlemen ketika para pegawai selesai bekerja dan keluar dari gedung, mengakibatkan sedikitnya 36 orang tewas dan 80 lainnya luka-luka.

Sebelumnya lagi di hari yang sama satu anggota kelompok radikal Taliban meledakkan diri dan mengakibatkan tujuh orang tewas di Laskargah, ibu kota provinsi Hilmand.

Serangan Taliban menggila di berbagai wilayah Afghanistan, padahal kekerasan biasanya berkurang di musim dingin.

Gubernur Kandahar Humayun Azizi juga menderita luka akibat ledakan di tempat kediamannya, sementara banyak korban lain terbunuh dengan kondisi tubuh hangus terbakar hingga sulit diidentifikasi identitasnya, seperti dikatakan komandan polisi setempat, Abdul Razzak.

Taliban mengaku bertanggungjawab atas peledakan di Kabul, tapi menolak tak bertanggungjawab atas peledakan di Kandahar. (raialyoum/aljazeera)

Relawan Irak: Kami Ingin Tumpas ISIS, AS Ingin Larikan Mereka

Sekjen Brigade Sayyid al-Syuhada, salah satu komponen pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Haji Abu Ala al-Walai, menyatakan Amerika Serikat (AS) menjadi kendala yang menyebab perang melawan kelompok teroris ISIS berkepanjangan.

“Dengan adanya orang-orang AS perang Mosul akan berkepanjangan. Kami bertujuan menumpas ISIS di Irak, sedang AS bertujuan melarikan mereka dari medan pertempuran,” katanya dalam wawancara dengan IRNA di Baghdad, Rabu (11/1/2017).

Dia memperkirakan bahwa dalam jangka waktu seminggu ke depan bagian timur Mosul akan bersih dari keberadaan ISIS.

“Setelah itu kami akan masuk ke bagian baratnya, dan dalam jangka waktu 10 hari al-Hashd al-Shaabi akan masuk ke Tal Afar dari arah barat, dengan izin Allah,” harapnya.

Mengenai capaian yang telah diraih oleh pasukan relawan Irak dia mengatakan, “Sejauh ini Al-Hashd al-Shaabi telah membersihkan wilayah seluas 4,500 km persegi dari noda keberadaan ISIS.”

Sementara itu, juru bicara Pasukan Kontra-Terorisme Irak Sabah Nooman di hari yang sama mengumumkan pasukan Irak telah menguasai sedikitnya 80 persen bagian timur Mosul.  (irna/raialyoum)

Diputus Arab Saudi, Mesir Lirik Minyak Irak

Seorang pejabat Kementerian Perminyakan Mesir, Rabu (12/1/2017), menyatakan dewasa ini sedang dilakukan upaya perbaikan hubungan negara ini dengan Irak, dan dengan adanya minyak Irak maka Mesir menjadi tidak membutuhkan lagi minyak Saudi Aramco milik Arab Saudi.

Pejabat yang tak disebutkan namanya itu dalam wawancara dengan Arabic Sputniknews milik Rusia menyebutkan bahwa kesepakatan yang baru dicapai antara Mesir dan Irak telah berpengaruh besar dalam proses perbaikan hubungan kedua negara.

“Sejak Saudi enggan meneken kontrak minyak dengan Mesir akibat pendirian politiknya, minyak Baghdad menjadi pengganti minyak Saudi Aramco.,” katanya.

Menurutnya, kesepakatan minyak antara Mesir dan Irak sudah diteken, tapi belum jelas kapan akan dilaksanakan.

“Kesepakatan ini merupakan pendahuluan bagi dimulainya kerjasama di semua sektor, terutama perminyakan,” lanjutnya.

Dia juga mengatakan bahwa setelah beberapa negara Arab dan Barat menyatakan bersedia membantu Mesir di sektor perminyakan, Kairo dapat membatalkan secara total kontrak minyaknya dengan perusahaan minyak nasional Saudi Aramco.

Sementara itu, Dubes Irak untuk Mesir Habib al-Sadr menyatakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang akan dilakukan upaya intensif untuk memperkuat hubungan kedua negara.

Dia mengatakan bahwa delegasi investor dan pengusaha Irak pekan depan akan berkunjung ke Kairo untuk merundingkan pembentukan dewan kerjasama kedua negara dan meneliti berbagai peluang investasi di Mesir.

“Sesuai para pejabat Baghdad dengan para pejabat Mesir, sejak beberapa hari mendatang Irak akan mengekspor minyak ke Mesir sebanyak 1 juta barel perbulan,”  tuturnya.

Akibat perselisihan kebijakan luar negeri antara Kairo dan Riyadh, Saudi Aramco yang notabene perusahaan minyak terbesar di dunia sejak Oktober 2016 berhenti mengekspor minyak ke Mesir meskipun sudah ada kontrak ekspor minyak Saudi ke Mesir selama lima tahun.

Mesir sejalan dengan Rusia dalam isu Suriah, dan enggan menyumbang pasukan militer kepada koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang Yaman. Hal ini menimbulkan ketegangan dalam hubungan Kairo-Riyadh sehingga para pejabat dan media kedua negara terlibat aksi saling menghujat.

Karena itu, setelah ekspor minyak Saudi Aramco ke Mesir berhenti Kairo berusaha mencari importir pengganti demi memenuhi kebutuhan minyaknya. (irna)