Jakarta, ICMES: Tentara Suriah berhasil merebut kembali sekolah al-Hikmah yang merupakan titik strategis di bagian selatan kota Aleppo setelah.
Kelompok teroris ISIS telah memaksa puluhan keluarga penduduk Mosul supaya pindah dari bagian timur ke bagian barat kota ini.
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan mencatat kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok dan organisasi teroris.
Presiden Iran Hassan Rouhani hasil pemilu presiden Amerika Serikat tidak akan mempengaruhi kebijakan Iran
Irak tidak ingin membunuh pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, melainkan ingin menangkapnya hidup-hidup dan mengadilinya.
Berita selengkapnya:
Bertempur Sengit, Tentara Suriah Kuasai Lokasi Strategis di Selatan Aleppo
Tentara Suriah berhasil merebut kembali sekolah al-Hikmah yang merupakan titik strategis di bagian selatan kota Aleppo setelah bertempur sengit melawan militan oposisi dan teroris, Rabu (9/11/2016). Bersamaan dengan ini belasan warga sipil tewas terkena serangan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di sebuah daerah dekat Raqqah.
Sumber militer Suriah mengatakan kepada DPA, “Satuan-satuan tentara Suriah dan pasukan pendukungnya telah merebut kembali sekolah al-Hikmah di barat Proyek Apartemen 1070 dan barat akademi militer Aleppo. Mereka maju dan mengejar sisa-sisa teroris ke arah al-Rasyidin, dan menyebabkan puluhan orang tewas dan luka di barisan teroris.”
Dia menambahkan bahwa sekolah al-Hikmah tercatat sebagai titik strategis di Aleppo selatan, dan dengan menguasainya maka tentara Suriah berhasil menutup celah secara total di poros barat daya serta menguasai sepenuhnya banyak posisi di Aleppo selatan.
Di bagian lain, tentara Suriah dan sekutunya memulai operasi militer di kawasan al-Mohammadiah, Ghouta Timur, Provinsi Damaskus, dan menyebabkan tewasnya seorang tokoh kelompok teroris Jaish al-Islam, Rabu.
Operasi ini menerjang kubu-kubu pertahanan kelompok bersenjata dan dilakukan secara mendadak bersamaan dengan kemajuan tentara Suriah di bagian barat daya kawasan pertanian al-Raihan.
ISIS Paksa 80 Keluarga Pindah Dari Timur ke Barat Mosul
Seorang perwira militer Irak, Lettu Jalil al-Jabouri, Rabu (9/10/2016), menyatakan kelompok teroris ISIS telah memaksa puluhan keluarga penduduk Mosul supaya pindah dari bagian timur ke bagian barat kota ini. Dilaporkan pula bahwa ISIS mengeksekusi puluhan penduduk dengan aliran listrik.
“Informasi inteliijen yang masuk ke tentara Irak menyebutkan bahwa ISIS mulai memaksa penduduk supaya pindah dari bagian kiri (timur) ke bagian kanan (barat) kota Mosul,” katanya.
Dia menambahkan, “Dengan ancaman senjata, ISIS memaksa sedikitnya 80 keluarga penduduk kawasan al-Faisaliah di Mosul timur supaya bergerak ke bagian kanan.”
Menurutnya, ISIS memasang bom pada rumah-rumah warga, dan menjadikan mereka sebagai perisai di depan pasukan Irak yang menggelar operasi besar-besaran sejak 17 Oktober lalu untuk membebaskan Mosul dari pendudukan ISIS.
Pekan lalu pasukan Irak berhasil memasuki permukiman timur Mosul, tapi belakangan ini gerak maju mereka melambat akibat sengitnya perlawanan ISIS yang dilakukan dari perkampungan dan jalanan.
Di bagian lain, sumber lokal provinsi Nineveh mengatakan ISIS telah menyetrum 30 penduduk hingga tewas.
“Para teroris ISIS telah mengeksekusi 30 penduduk dengan sengatan listrik. Para korban itu didakwa melakukan aksi mata-mata untuk kepentingan pasukan pemerintah Irak,” tutur sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan itu. Dia menambahkan bahwa adegan eksekusi itu direkam oleh ISIS.
Kemenangan Donald Trump Bencana Bagi Ikhwanul Muslimin
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan memuluskan rencana untuk mencatat kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok dan organisasi teroris. Demikian dikatakan oleh penasehat Trump, Walid Phares, dalam statemen pertamanya segera setelah kemenangan Trump dalam pemilu presiden AS.
“Rencana itu mengambang di Kongres selama sekian tahun akibat ketidak percayaan Gedung Putih kepadanya, sebab Presiden Barack Obama mendukung mereka,” ungkap Phares, Rabu (9/11/2016).
Dia menambahkan, “Trump memandang Ikhwanul Muslimin sebagai salah satu kelompok radikal paling berbahaya. Karena itu dia ingin mengarahkan serangan militer terhadap Ikhwanul Muslimin, bukan malah melindunginya secara politik sebagaimana dilakukan oleh Obama dan Hillary Clinton.”
Senada dengan ini, Ketua Kimisi Hubungan Afrika pada parlemen Mesir, Mostafa El–Guindy, menyatakan terpilihnya Trump sebagai presiden AS merupakan “bencana” bagi Ikhwanul Muslimin.
Dia memperkirakan bahwa Kongres tidak lama lagi akan memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar organisasi teroris.
Menurut pemilik properti yang disewa oleh Trump pada masa kampanye pemilu presiden AS ini, kemenangan Trump justru menguntungkan keamanan global.
Hasil Pilpres AS Tak Mengubah Kebijakan Iran
Kemenangan Donald Trump dalam pilpres Amerika mendapat tanggapan dari sejumlah tokoh politik Iran.
Hassan Rouhani, Presiden Republik Islam Iran, menyatakan, Iran adalah negara bermartabat karena kebijakan-kebijakannya berdasarkan kehendak rakyat. Oleh karena itu, hasil pemilihan presiden Amerika tidak berdampak pada kebijakan-kebijakan Republik Islam Iran.
“Posisi Amerika di masyarakat internasional telah melemah dikarenakan kebijakan-kebijakannya yang keliru. Kesenjangannya dengan masyarakat dunia dan Eropa akan memperparah posisinya ini. Hasil pilpres Amerika adalah pertanda adanya perselisihan dan instabilitas internal. Akan butuh waktu lama untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri ini,”ungkap Rouhani.
Menurut Rouhani, saat ini Amerika tak bisa lagi menggunakan Iranphobia untuk mengintimidasi negaranya. Mereka juga tak mampu lagi memobilisasi negara-negara lain untuk menekan Iran.
“Kecerdikan Iran dalam kesepakatan nuklir adalah ia tidak menerima JCPOA sebagai hasil kesepakatan dengan sebuah negara atau pemerintah, tapi menerimanya sebagai sebuah resolusi PBB. Sebab itu, kesepakatan ini tak bisa diubah dengan sikap negara tertentu,”demikian ia menjelaskan.
Irak Ingin Tangkap al-Baghdadi Hidup-Hidup
Presiden Irak Fuad Masum menyatakan negaranya tidak ingin membunuh gembong kelompok teroris takfiri ISIS, Ibrahim al-Samurra’i alias Abu Bakar al-Baghdadi, dalam operasi pembebasan Mosul, ibu kota Nineveh, Irak utara, melainkan ingin menangkapnya hidup-hidup dan mengadilinya.
“Kami tidak merencanakan pembunuhan terhadap penjahat al-Baghdadi, melainkan ingin menangkap dan mengirimnya ke mahkamah di depan mata dunia, dan kita biarkan pengadilanlah yang mengeluarkan vonis yang adil terhadapnya atas semua kejahatan yang terkait dengannya atau yang berada di bawah pengawasannya,” ujar Masum dalam sebuah wawancara yang dimuat di situs kepresiden Irak, Rabu (9/11/2016).
Sembari berharap al-Baghdadi dapat diringkus hidup-hidup, dia menjelaskan bahwa negaranya sedang mengatur operasi pemburuan para pemimpin ISIS, termasuk al-Baghdadi, di kawasan perbatasan Irak-Suriah.
“Penyidikan terhadap pemimpin teroris ISIS akan mengungkap banyak informasi dan rahasia mengenai kelompok-kelompok teroris,” imbuhnya.
Sejauh ini pasukan Irak sudah berhasil memasuki bagian timur Mosul dan mencapai sisi utara Mosul, tapi seorang komandan militer dan dua pakar lain sebelumnya mengatakan kepada Anadolu bahwa perang yang sesungguhnya akan terjadi jalanan dan perkampungan sisi kanan Mosul, kota yang terbelah oleh Sungai Tigris menjadi dua bagian.
(raialyoum/alalam/anadolu/alsumarianews/rt/irna)