Jakarta, ICMES:Rusia, Iran dan Suriah tanggapi pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa Turki ingin gulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Jarak pasukan Irak dengan Sungai Tigris yang membelah kota Mosul menjadi dua bagian kini hanya tinggal 5 km saja.
Pasukan Arab Suriah (SAA) dan kelompok-kelompok bersenjata pendukungnya menguasai kawasan baru di bagian tenggara Aleppo, sementara Israel tembakkan rudal ke Suriah untuk dukung kawanan teroris.
CIA menyebut pembatalan perjanjian nuklir dengan Iran bencana dan tindakan paling bodoh.
Berita selengkapnya;
Erdogan Mengaku Ingin Gulingkan al-Assad, Ini Tanggapan Rusia, Iran dan Suriah
Wakil Menlu Rusia Mikhail Bogdanov , Rabu (30/11/2016), mengatakan bahwa pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengenai upayanya menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad bertentangan dengan kesepakatan-kesepakatan sebelumnya antara Rusia dan Turki.
“Ini bertentangan dengan semua kesepakatan, pertama, Resolusi 2254, Resolusi 2268 serta keputusan format Wina dan format Lausanne. Kami berpartisipasi rapat dengan Turki dalam format-format ini, ” katanya.
Sebelumnya, jubir kepresiden Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa pernyataan Erdogan mengenai al-Assad itu mengejutkan Rusia, dan Kremlin memandang pernyataan ini serius dan menyalahi pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Kemlu Rusia menyatakan bahwa Menlu Rusia Sergei Lavrov dalam pembicaraannya di Turki pada hari ini, Kamis (1/12/2016), akan meminta klarifikasi mengenai pernyataan itu.
Sebagaimana dilansir kantor berita Turki, Anadolu, Selasa lalu Erdogan mengatakan bahwa operasi militer Turki di Suriah bersandi “Perisai Furat” ditujukan untuk mengakhiri pemerintahan Bashar al-Assad.
Pemerintah Iran juga mereaksi pernyataan Erdogan itu dengan menegaskan bahwa Teheran memiliki sikap yang sama dengan Moskow dalam masalah ini.
“Kami memiliki sikap yang sama, yakni Rusia dan Iran, mengenai sikap baru Erdogan yang berbeda dengan sikap dia nyatakan seminggu lalu,” ungkap Wakil Menlu Iran Ebrahim Rahimpour, Rabu.
Pihak Suriah sendiri, Kemlu negara ini menegaskan bahwa pernyataan Erdogan itu menandai kebohongan Turki selama ini mengenai campurtangannya di Suriah.
“Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa agresi Turki ke wilayah Suriah tak lain adalah akibat ketamakan dan ilusi yang diasup oleh pikiran thaghut berfaham radikal Ikhwan (al-Muslimin) ini, yang membuat Turki berubah menjadi pangkalan kelompok-kelompok teroris,” bunyi statemen Kemlu Suriah. (mm/sputnik/alalam/sana)
Pasukan Irak Dekati Sungai Tigris di Mosul
Komandan pasukan kontra-teroris Irak Letjen Abdul Wahab al-Saidi mengatakan bahwa jarak pasukan Irak dengan Sungai Tigris yang membelah kota Mosul menjadi dua bagian kini hanya tinggal 5 km saja.
Dia menjelaskan bahwa pasukannya sudah membersihkan kawasan Qadisiah 2, persimpangan al-Mahruq, dan al-Ibadi di timur laut Mosul.
“Hanya tinggal 5 km saja jarak mereka dari Sungai Dajlah (Tigris) yang membelah kota ini menjadi dua bagian,” lanjutnya.
Pasukan Irak terus bergerak maju di front barat untuk merebut kembali kawasan-kawasan yang masih diduduki gerombolan teroris takfiri ISIS.
Komandan operasi pembebasan Mosul Brigjen Abdul Karim al-Sab’awi kepada Anadolu mengatakan, “Pasukan gabungan kepolisian federal dan al-Hashd al-Shaabi (pasukan relawan) telah melepaskan dua lagi desa dari cengkraman ISIS di barat Mosul.”
Dia menjelaskan bahwa dua desa itu adalah al-Butsah timur dan al-Salihiyah di sisi Tal Abtah di barat daya Mosul.
Menurutnya, pasukan gabungan ini berusaha maju untuk memperketat kepungan terhadap ISIS di Tal Abtah yang sejauh ini sudah terkepung dari arah utara dan timur untuk diserbu kemudian.
Kemhan Irak dalam statemennya menyatakan bahwa jet-jet tempur Irak telah menggempur posisi-posisi ISIS dalam kota Mosul.
“Serangan ini menghancurkan sebuah gudang untuk membuat bom mobil di Mosul baru, pusat pelatihan teroris di al-Dawasah, gudang-gudang rudal dan senjata , dan pabrik bahan peledak di sisi barat,” ungkapnya.
Ditambahkan bahwa serangan udara lain telah menerjang posisi-posisi ISIS di provinsi Anbar,termasuk markas operasi mereka, hingga menewaskan 21 anggota ISIS yang beberapa di antaranya warga negara asing. (raialyoum)
SAA Rebut Kawasan Baru di Aleppo
Pasukan Arab Suriah (SAA) dan kelompok-kelompok bersenjata pendukungnya menguasai kawasan baru di bagian tenggara Aleppo, Rabu (30/11/2016).
Sumber-sumber militer Suriah mengatakan, “Pasukan pemerintah yang didukung oleh kelompok-kelompok pertahanan rakyat berhasil menyapu kawanan bersenjata dari lingkungan Sheikh Said di tenggara Aleppo dan menguasai penuh kawasan ini setelah terlibat pertempuran sengit.”
SAA dan sekutunya menyerang kantung-kantung pemberontak di Aleppo timur dari berbagai arah, dan sejauh ini sekira 40 persen wilayah ini sudah berhasil direbut kembali oleh SAA.
Ketua parlemen daerah Aleppo timur Brita Haji Hasan menyerukan supaya disediakan “jalur aman bagi ratusan ribu warga sipil” untuk keluar dari Aleppo timur.
“Biarlah warga sipil keluar, lindungilah warga sipil, sediakan jalur aman supaya mereka bisa beranjak,” ujarnya. (dpa/afp/
SAA Menang, Israel Luncurkan Rudal ke Suriah
Sumber militer Suriah mengatakan Israel melancarkan serangan ke kawasan al-Saburah, Damaskus, dengan tujuan mengalihkan perhatian dunia dari kemenangan SAA di Aleppo dan menguatkan kembali mental kelompok-kelompok teroris yang sudah berantakan.
“Pasukan udara rezim Zionis Rabu pagi telah menembakkan dua rudal dari wilayah udara Lebanon ke kawasan al-Saburah di bagian barat provinsi Damaskus,” ungkap sumber itu.
Dia mengatakan serangan itu tidak menimbulkan kerugian jiwa maupun materi.
Israel sudah berulangkali menyerang posisi-posisi SAA demi menyokong kelompok teroris Jabhat al-Nusra dan lain-lain yang bercokol di provinsi Quneitra, Suriah.
Suriah dilanda gejolak pemberontakan dan terorisme sejak 2011, dan pihak yang paling diuntungkan oleh kondisi ini adalah Israel karena Suriah bersekutu dengan Iran dan Hizbullah Lebanon. (mm/sana/irna)
CIA: Hentikan Perjanjian Nuklir Dengan Iran Adalah Tindakan Paling Bodoh
Direktur Dinas Rahasia Amerika Serikat (AS), CIA, John Brennan, mengingatkan presiden terpilih negara ini, Donald Trump, bahwa pembatalan perjanjian nuklir dengan Iran akan jadi “bencana” dan merupakan tindakan “paling bodoh.”
Dalam wawancara dengan Radio BBC, Rabu (30/11/2016),dia juga mengecam Rusia terkait perang Suriah dan menyarankan Trump supaya berhati-hati terhadap janji-janji Rusia.
Pada masa kampanye pemilu presiden AS, Trump mengancam akan mengoyak surat perjanjian nuklir dengan Iran, dan mengatakan akan berusaha untuk lebih dekat dengan Rusia.
Brennan mengatakan bahwa jika perjanjian nuklir dengan Iran jadi dibatalkan maka ini akan menjadi peristiwa pertama kali karena selama ini belum pernah pemerintahan baru AS membatalkan perjanjian yang sudah diteken oleh pemerintahan sebelumnya.
“Saya pikir itu akan menjadi bencana, itu benar-benar akan demikian,” ungkapnya.
Kepala intelijen AS menambahkan, “Ini dapat menimbulkan adanya program senjata di Iran, yang dapat menyebabkan negara-negara lain di kawasan memulai program mereka sendiri dengan konflik militer, jadi saya pikir itu akan menjadi puncak kebodohan jika pemerintahan berikutnya adalah untuk menyobek kesepakatan itu. ” (mm/afp/guardian)