Rangkuman Berita Utama Timteng, Jumat 2 Desember 2016

peshmerga-irakJakarta, ICMES:  Sekira 1600 anggota pasukan Kurdi Irak, Peshmerga terbunuh dalam perang Mosul, dan pasukan Irak dinilai memasuki babak sulit dalam perang ini.

Arab Saudi mengancam akan menghentikan bantuan dana Liga Arab, dan mengajukan usulan pemecatan Menlu Mesir.

PBB menyerukan lagi kepada kelompok teroris Jabhat al-Nusra supaya angkat kaki dari Aleppo timur.

Berita selengkapnya;

Perang Mosul Renggut 1600 Nyawa Pasukan Peshmerga

Para petinggi pasukan Kurdi Irak, Peshmerga, menyatakan sekira 1600 anggota pasukan ini terbunuh dalam perang yang dimulai sejak 17 Oktober 2016 untuk pembebasan kota Mosul, Irak utara, yang diduduki kelompok teroris ISIS sejak Juni 2014 sampai sekarang.

Demikian dikatakan jubir Peshmerga Halgurd Hekmat kepada AFP beberapa waktu lalu, tapi di kemudian Peshmerga meralat keterangan itu.

Sekjen Kementerian Peshmerga Jibar Yawar kepada AFP mencoba meluruskan ihwal jumlah itu dengan menyebutkan total korban tewas dan luka pihak Peshmerga selama ISIS bercokol di Mosul sejak dua setengah tahun silam.

“Sejak awal perang melawan ISIS, yakni Juni 2014 hingga 30 Noveber 2016, jumlah syuhada mencapai 1614 orang, dan jumlah korban luka 9515 orang,” katanya, Kamis (1/12/2016).

Sementara itu, utusan PBB untuk Irak di hari yang sama menyatakan sekira 2000 tentara Irak terbunuh dalam pertempuran yang terjadi berbagai wilayah negara ini, terutama selama November 2016 dalam perang pembebasan Mosul.

Menurut data bulanan yang dirilis PBB, sebanyak 1959 pasukan Irak terbunuh dan sekira 450 lainnya luka-luka, namun jumlah ini mencakup tentara, polisi, Peshmerga, pasukan keamanan yang bernaung di bawah Kemendagri, dan relawan.

PBB juga mencatat sebanyak 926 warga sipil terbunuh. Dengan demikian, jumlah total korban tewas mencapai 2885 orang.  (raialyoum)

Pasukan Irak Masuki Babak Sulit Dalam Perang Mosul

Juru bicara pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di Irak, John Dorian, mengatakan bahwa operasi pembebasan Mosul belakangan ini memasuki babak berat, tapi babak ini akan usai jika pasukan Irak bisa memasuki Mosul dari arah utara dan selatan.

“Pasukan Irak sejak awal operasi pembebasan Mosul pada bulan lalu bisa merebut dengan cepat desa-desa sekitar Mosul, tapi setelah pasukan Irak masuk ke bagian timur Mosul dan dimulainya perang kota di kawasan ini perkembangan perang menjadi lambat. Situasi di Mosul sekarang sangat berat,” katanya kepada Reuters, Kamis (1/12/2016).

Dia menjelaskan, “Selama berada di Mosul, IS (ISIS) mendapat kesempatan yang cukup untuk membangun kubu-kubu pertahanan yang tangguh dan memiliki gudang-gudang senjata, dan kini mereka menggunakannya untuk memperlambat proses gerak maju pasukan Irak.”

Dia melanjutkan bahwa selain itu ISIS juga menggunakan bom-bom mobil serta menjadikan warga sipil sebagai tameng.

Meski demikian, Dorian optimis bahwa pada akhirnya pasukan Irak akan dapat melewati babak sulit ini. (alsumaria)

Soal Suriah, Saudi Ancam Putuskan Bantuan Dana Kepada Liga Arab

Arab Saudi kecewa berat terhadap Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit sehingga memberi isyarat ancaman akan menghentikan bantuan dana kepada organisasi negara-negara Arab ini dia tidak mengubah sikapnya.

Saudi kecewa  karena, menurutnya, Aboul Gheit membaurkan dan tidak membedakan antara pandangan pribadinya yang notabene kebijakan resmi pemerintah Mesir di satu phaki dan pandangan Liga Arab mengenai krisis Suriah di pihak lain.

Kekecewaan ini bahkan mendorong rezim Riyadh beberapa kali melayangkan protesnya kepada sekretariat Liga Arab dengan tema “Pesan Amarah.”

Saudi kecewa lantaran Aboul Gheit membuat pernyataan yang menyudutkan para pakar yang berpendapat bahwa krisis Suriah tak dapat diselesaikan selagi Bashar al-Assad tetap bertahan sebagai presiden Suriah, dan pendapat ini merupakan pendirian Turki, Saudi, Qatar, dan beberapa negara Arab lain.

Sumber-sumber Mesir dan Saudi mengungkap bahwa Riyadh dalam pesannya ke sekretariat Liga Arab telah memberikan sinyalemen kemungkinan Saudi menghentikan bantuan dananya kepada Liga Arab dan mempertimbangkan kembali rencana pencalonan lagi Aboul Gheit sebagai sekjen organisasi ini di masa mendatang. (mm/alaraby)

Ini Alasan Saudi Menghendaki Pemecatan Menlu Mesir

Saudi mengajukan pemecatan Menteri Luar Negeri Mesir sebagai syarat pemulihan hubungan Riyadh-Kairo. Sameh Shoukry dituding sebagai penyebab memburuknya hubungan kedua negara.

Menurut laporan koran al-Mesryoon yang dikutip dari sumber diplomatik, Saudi mengambil sikap ini setelah pertemuan Sameh Shoukry, Menteri Luar Negeri Mesir, dengan sejawatnya dari Iran, Javad Zarif, di Rapat Umum PBB September lalu. Riyadh memandang pertemuan itu sebagai ‘penentangan’ Mesir terhadap Saudi dan awal kerjasama antara Kairo-Teheran.

Sumber diplomatik ini menyatakan, salah satu penyebab perselisihan Kairo-Riyadh adalah inisiatif Shoukry menghadiri pertemuan para kepala negara Arab-Afrika. Padahal Saudi dan tujuh negara Arab lain, beserta Maroko, memboikot pertemuan tersebut.

Shoukry juga dianggap dalang ketegangan Mesir-Saudi karena, sebagaimana dinyatakan situs berita Arabi21, dia menyebut pemikiran Wahabi sebagai pangkal terorisme. Selain itu, Shoukry juga mendukung Jenderal Michel Aoun, presiden Lebanon, yang merupakan pembela Bashar Asad.

Yang menarik, pertemuan Sameh Shoukry dengan Imad Michel Aoun (ketua Parlemen Lebanon) dan Saad al-Hariri (Perdana Menteri) adalah kunjungan pertama seorang menteri luar negeri Arab ke Beirut pasca pilpres Lebanon.

Sikap lemah Mesir terhadap UU JASTA juga membuat Saudi yakin bahwa Sameh Shoukry dan Kementerian Luar Negeri Mesir menentang kebijakan negara petro dolar ini.

Menanggapi tuntutan pemecatan Shoukry, Mesir menyatakan bahwa itu urusan dalam negeri Mesir yang tak boleh diintervensi pihak asing. (af/tasnimnews)

PBB Minta Teroris Jabhat al-Nusra Tinggalkan Aleppo

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura menegaskan lagi seruannya kepada kelompok teroris Jabhat al-Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah, supaya angkat kaki dari Aleppo timur.

Seruan ini pernah disampaikan de Mistura pada 6 Oktober lalu. Saat itu dia menyatakan siap mengawal mereka jika mereka bersedia meninggalkan Aleppo menuju Idlib atau tempat-tempat lain.

Dia mengingatkan bahwa Aleppo timur akan hancur jika aksi militer berkelanjutan di kawasan ini.

“Saya memperbarui permintaan kami kepada al-Nusra supaya meninggalkan Aleppo timur dengan perjalanan yang aman. Ini akan membantu menghindari pertumpahan darah, dan meningkatkan pengaruh kami dalam mengupayakan jeda yang mendesak,” katanya dalam jumpa pers, Kamis (1/12/2016). (mm/sputnik)