Peran Yordania dalam Kemunculan ISIS

Target Ekspansi ISIS

Target Ekspansi ISIS

Yordania mengeksekusi dua tahanan, sebagai reaksi atas tewasnya Moaz al-Kasasbeh, pilot Yordania, yang dieksekusi dengan cara dibajar hidup-hidup oleh kelompok teroris transnasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Sebelumnya, ISIS menuntut pembebasan atas tahanan wanita, yaitu Sajida al-Rishawi, yang dijatuhi hukuman mati karena berperan dalam serangan bom bunuh diri di Amman pada tahun 2005. Rishawi dieksekusi saat fajar, Rabu, 4 Februari 2015.

Selain Rishawi, Yordania juga mengeksekusi anggota senior Al-Qaeda asal Irak, Ziyad Karboli, yang telah dijatuhi hukuman mati pada tahun 2008. Ia dinyatakan bersalah karena membunuh seorang penduduk Yordania.

Seperti diketahui, ISIS telah menangkap al-Kasasbeh, saat pesawatnya ditembak jatuh di wilayah Suriah pada Desember 2014. Selain itu, ISIS juga menyandera dua jurnalis asal Jepang, dan meminta uang tebusan senilai 200 juta USD. Pemerintah Jepang meminta Yordania untuk bernegosiasi dengan ISIS, namun gagal. Kedua sandera asal Jepang itu dieksekusi dengan cara dipenggal di padang pasir. Lalu tak lama berselang, ISIS merilis video berdurasi 22 menit 34 detik yang menunjukkan al-Kasasbeh dikurung lalu dibakar hidup-hidup.

Peran Yordania dalam Kemunculan ISIS
Negara yang dipimpin oleh Raja Abdullah II ini telah bergabung dalam koalisi anti-ISIS yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Sejak Agustus 2014, pasukan koalisi secara aktif menggempur wilayah Suriah dari udara, dengan dalih memerangi ISIS. Namun tindakan ini dikecam oleh Presiden Suriah Bahsar al-Assad, dan menyebut hal ini sebagai tindakan ilegal.

Assad menilai, AS dan sekutunya tidak benar-benar serius memerangi terorisme, apalagi, sejak dimulainya serangan ini, ISIS justru mengontrol lebih banyak wilayah di Suriah dan Irak.

Di sisi lain, laporan investigasi dari WND mengungkapkan, bahwa Yordania merupakan basis pelatihan pemberontak Suriah sejak tahun 2012. Namun seiring waktu, anggota kelompok yang disebut ‘moderat’ ini bergabung dengan ISIS.

Pihak berwenang Yordania mengungkapkan, pada awalnya pasukan pemberontak ini dipersiapkan untuk bertempur melawan tentara Suriah. Dan sejak awal pelatihan, AS telah mengetahui bahwa petempur ini terkait dengan kelompok radikalis seperti Al-Qaeda.

Laporan pertama WND pada tahun 2012 menyebutkan, bahwa AS, Turki dan Yordania menjalankan pelatihan dasar bagi para pemberontak Suriah di kota Safawi, di wilayah gurun bagian utara negara Yordania.

Keterangan senanda juga disampaikan oleh portal media Jerman, Der Spiegel. Laporannya menyebutkan bahwa ada warga AS yang melatih pemberontak Suriah di Yordania. Hanya saja, media itu tidak dapat memastikan, apakah pelatih asal AS tersebut bekerja untuk pihak swasta, atau bekerja untuk Angkatan Bersenjata AS. Pelatihan itu, difokuskan dalam penggunaan senjata anti-tank.

Lalu, surat kabar Inggris The Guardian juga melaporkan pada Maret 2014 lalu bahwa pelatih AS membantu pemberontak Suriah di Yordania bersama dengan instruktur Inggris dan Perancis. Namun saat dikonfirmasi oleh Reuters, juru bicara Departemen Pertahanan AS menolak mengomentari laporan majalah Jerman Der Spiegel. Sedangkan pihak Inggris dan Perancis, juga memilih bungkam.

Sumber:
http://www.wnd.com/2014/06/officials-u-s-trained-isis-at-secret-base-in-jordan/
http://english.al-akhbar.com/content/jordan-executes-sajida-al-rishawi-after-isis-burns-pilot-alive
http://liputanislam.com/wawancara/bashar-al-assad-akibat-serangan-udara-as-wilayah-yang-dikuasai-isis-meluas/